Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Penulis

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Wisata Kuliner Tradisional yang "Ngangeni" Ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

30 Juni 2024   17:24 Diperbarui: 30 Juni 2024   17:37 764 6 3

Mobil sewa yang kami pakai dengan driver Mas Thofik. Baru pertama kali Mas Thofik berkunjung lokasi tersebut. Dengan demikian jalan yang dilewati belum dikenalinya.

Kami sempat "tersesat" karena melewati jalan yang sempit. Mobil tidak dapat lewat. Terpaksa mobil harus kembali memutar melewati jalan lain. 

Waktu tempuh pun kian lama. Akibatnya, kami tiba di lokasi "pasar" itu sudah agak siang sedikit. Pengunjung sudah cukup banyak. Tempat parkir sudah dipenuhi pengunjung. Kami harus bersabar karena perlu berjalan kaki agak jauh.

Untuk membeli makanan yang diinginkan kami harus antre. Pada setiap lapak sudah cukup banyak pembeli yang antre. Untuk itu, saya mencari lapak yang paling sedikit pengunjungnya.

Kebetulan ada lapak yang tidak banyak dikerumuni pengunjung.  Saya segera menuju ke sana. Kebetulan ada penjual nasi dengan lauk ikan lele. Saya pun membeli dengan lauk dua ikan lele. Minuman teh hangat. Total yang harus saya bayar Rp 24.000 (dua puluh empat ribu rupiah). Dalam hati saya membatin, apakah tidak salah hitung, ya?

Saya tidak terlalu memikirkan hal itu lagi. Saya segera mencari camilan di lapak lain yang agak sepi. Kebetulan ada sebuah lapak yang menjual camilan terbuat dari ketan, yaitu lemper dan wajik. Masing-masing saya  beli lima buah. Harga satu  uah camilan basah itu Rp 2.000 (dua ribu rupiah). Dengan demikian, saya perlu membayar Rp 20.000 (dua puluh ribu rupiah) untuk sepuluh buah camilan atau kudapan terbuat dari ketan tersebut.

Pengunjung Semakin Banyak

Pada hari itu semakin siang jumlah pengunjung semakin banyak. "Pasukan" gowes dari beberapa rombongan tampak mewarnai pasar yang menjual makanan tradisional itu. Kami pun segera meninggalkan Loka Batari saat sinar matahari semakin terasa terik padahal waktu baru menunjukkan pukul 08.00 WIB.

Pada perjalanan pulang banyak kendaaan yang berpapasan dengan mobil yang kami tumpangi. Bahkan ada rombongan menggunakan sepur mini (kereta mini). Bukan hanya satu. Kami berpapasan lebih dari dua sepur mini yang menuju Loka Batari

Ditulis di rumah ibunda di Klaten, 30 Juni 2024

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2