Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Penulis

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Dua Sahabat Beda Iman: Cendikiawan Hindu dan Pendeta Kristen Menari dalam Keragaman

27 September 2020   15:57 Diperbarui: 27 September 2020   16:03 459 3 0

Kami, dua sahabat sejak SMP, yang terpisah sekitar 25 tahun, namun tak pernah terpisah dalam makna sesungguhnya dan kini hadir sebagai pelayan umat. Dr. Ni Kadek Surpi Aryadharma, M.Fil.H adalah seorang Brahmavadin ; Cendekiawan Hindu, Dosen dan Penulis serta pengajar Veda dan Pdt. Ruth Parwata, S.Th.,M.Th Pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah, yang kini memimpin ribuan jemaat pada 10 (sepuluh) gereja di wilayah Sulawesi.

Tak ada hambatan sama sekali, tak ada kecanggungan akan budaya dan agama yang berbeda. Sebab kami sadar, keragaman adalah anugrah dan kita tetap bisa menari Bahagia ditengah perbedaan itu. 

Kata-kata Indah dari Ibu Pendeta Ruth bahwa seseorang tetap bisa, duduk Bersama, minum Bersama dengan Bahagia tanpa mempertanyakan atau mempersoalkan isi gelas masing-masing. 

Kedewasaan iman adalah kunci sukses seseorang bisa bergaul luas tanpa rasa takut akan 'pengikisan iman' 'terpapar ajaran lain atau pendangkalan iman ketika kita bergaul dengan orang lain. 

Sebab sejatinya yang paling penting adalah : esensi dari ajaran agama berupa kebenaran dan cinta kasih yang tercermin dalam kehidupan, bahwa tentang bagaimana seseorang hidup dengan baik, menerapkan ajaran agama dan mampu membangun jembatan dialog dengan orang lain, baik internal maupun eksternal. 

Sebagai seorang dosen, Dr. Surpi bahkan terbiasa membaca Bible, sejak muda, terbiasa berdiskusi dan menghadiri kegiatan liantas agama. Bahkan menyukai sejumlah lagu rohani Kristen dan dengan Bahagia menyanyikannya tanpa merasa di-Kristen-kan. 

Demikian pula Pdt. Ruth memiliki keinginan yang sangat kuat membaca Bhagavad Gita, Kitab Populer Hindu yang telah dibaca tokoh-tokoh dunia, bahkan ingin membaca Veda dan mendalami pengetahuan Hindu.  Kami dua sahabat ini bertukar banyak pengetahuan tanpa rasa canggung.

Selain itu, kami rindu situasi pergaulan di masa lampau, ketika kecil dimana setiap anak bergaul dengan riang gembira tanpa mempersoalkan agama yang dianut. Kami merindukan Indonesia yang teduh, yang rukun dan saling menghargai ditengah perbedaan. 

Demikian pula kemampuan seseorang di ranah publik mestinya tidak diukur dengan ukuran agama, melainkan kompetensi dan kemampuan personalnya. 

Mari kita kembalikan agama sebagai hal prinsip yang sangat pribadi, bukan menjadi isu sensitive yang kerap menimbulkan situasi panas. "Jika kita tidak bisa bersaudara dalam iman, kita tentu sangat biasa bertemu dan bersaudara dalam kemanusian"

sumber Youtube/Surpi Aryadharma
sumber Youtube/Surpi Aryadharma