Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Sudah Siapkah Kita Dengan Kecerdasan Buatan Atau AI?

6 November 2025   08:29 Diperbarui: 6 November 2025   08:29 153 1 0

https://youtu.be/1yO89TKi9hQ?si=H23aGLuoldW-vxBP

Kisah Omjay kali ini tentang kesiapan kita menghadapi keecrdasan buatan atau akal imitasi. Alhamdulillah kemarin omjay sempat diundang mafindo untuk ikut acara ai ready asean dari mafindo di hotel royal kuningan jakarta selatan.

Omjay guru blogger indonesia/dokpri
Omjay guru blogger indonesia/dokpri

Sudah Siapkah Kita dengan Kecerdasan Buatan (AI)?

Beberapa tahun terakhir, istilah Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan (AI) semakin sering kita dengar. Mulai dari aplikasi penerjemah bahasa, kamera ponsel yang bisa mengenali wajah, hingga ChatGPT yang mampu menulis seperti manusia. Semua itu adalah hasil dari kemajuan teknologi AI. Namun, pertanyaan penting yang perlu kita renungkan bersama adalah: sudah siapkah kita menghadapi dunia yang semakin dikuasai oleh kecerdasan buatan ini?

1. AI Hadir di Sekitar Kita Tanpa Kita Sadari

AI bukan lagi teknologi masa depan. Ia sudah hadir dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Saat kita membuka ponsel dengan face unlock, saat berbelanja online dan menerima rekomendasi produk yang sesuai minat, bahkan ketika guru memeriksa tugas siswa menggunakan aplikasi yang bisa mendeteksi plagiarisme---semuanya adalah penerapan AI.

Di dunia pendidikan, misalnya, banyak guru kini terbantu oleh teknologi. AI dapat membantu membuat soal, merancang RPP, bahkan memberikan umpan balik otomatis kepada siswa. Namun di sisi lain, AI juga menimbulkan kekhawatiran: apakah peran guru akan tergantikan?

2. AI: Ancaman atau Kesempatan?

Menurut Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd atau yang akrab disapa Omjay, Guru Blogger Indonesia, AI bukanlah musuh, melainkan alat bantu yang bisa mempercepat pekerjaan. Dalam berbagai pelatihan menulis yang beliau selenggarakan, Omjay sering menegaskan, "Gunakan AI untuk belajar, bukan untuk malas berpikir. Menulislah dengan hati, bukan dengan ChatGPT."

Pesan itu sederhana tapi sangat dalam. AI memang mampu menghasilkan teks yang bagus, tapi tidak bisa menggantikan kepekaan manusia, pengalaman hidup, dan nilai kemanusiaan dalam setiap tulisan. Maka, yang dibutuhkan bukan sekadar kemampuan menggunakan AI, tetapi juga kebijaksanaan dalam menggunakannya.

3. Pendidikan dan Dunia Kerja Berubah

Kehadiran AI akan mengubah banyak hal, termasuk dunia pendidikan dan pekerjaan. Menurut berbagai riset, sekitar 30% jenis pekerjaan yang ada saat ini bisa hilang dalam 10 tahun ke depan karena otomatisasi. Namun, di sisi lain akan muncul banyak pekerjaan baru yang justru membutuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif---kemampuan yang tidak bisa digantikan oleh mesin.

Sekolah dan guru perlu menyiapkan generasi muda agar tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta teknologi. Pelajaran Informatika, Coding, dan AI harus menjadi bagian penting dalam kurikulum. Guru juga harus terus belajar agar tidak ketinggalan zaman. Seperti kata pepatah: "Guru yang berhenti belajar, berhenti mengajar."

4. Tantangan Etika dan Kemanusiaan

AI juga membawa tantangan besar di bidang etika. Siapa yang bertanggung jawab jika AI membuat keputusan yang salah? Bagaimana menjaga privasi data pengguna? Apakah manusia masih punya kebebasan berpikir jika semua hal ditentukan oleh algoritma?

Inilah saatnya kita memperkuat nilai-nilai kemanusiaan di tengah kemajuan teknologi. AI bisa meniru suara manusia, menulis puisi, bahkan membuat lukisan, tetapi ia tidak punya hati dan empati. Maka, pendidikan karakter, akhlak, dan budi pekerti harus menjadi dasar dalam penggunaan AI. Teknologi tanpa nilai justru bisa menjerumuskan manusia pada keserakahan dan dehumanisasi.

5. Menjadi Pengguna Cerdas AI

Kesiapan menghadapi AI bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga soal mental dan moral. Kita perlu menjadi pengguna cerdas AI---yang tahu kapan harus menggunakannya, dan kapan harus berpikir sendiri.

Bagi guru, AI bisa menjadi asisten dalam menyiapkan bahan ajar atau menganalisis hasil belajar. Bagi siswa, AI bisa menjadi teman belajar yang sabar dan selalu tersedia. Tapi keduanya harus sadar bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan sumber kebenaran mutlak.

Omjay sering mengingatkan peserta pelatihannya, "AI boleh pintar, tapi hati manusia tetap lebih berharga." Maka, jangan biarkan AI mengambil alih cara berpikir dan menulis kita. Gunakan AI untuk memperkaya pengetahuan, bukan menggantikan proses belajar.

6. Kesimpulan: Siap Jika Mau Belajar

Apakah kita sudah siap dengan kecerdasan buatan? Jawabannya tergantung pada kemauan kita untuk belajar dan beradaptasi. Siapa yang cepat belajar, dia yang akan bertahan. Siapa yang menolak perubahan, akan tertinggal.

AI bukanlah akhir dari kreativitas manusia, melainkan awal dari era baru yang menuntut manusia menjadi lebih bijak. Kita tidak bisa melawan arus teknologi, tapi kita bisa mengarahkan penggunaannya agar tetap berpihak pada kemanusiaan.

Mari bersama-sama belajar, berinovasi, dan berkolaborasi dengan AI. Karena di masa depan, bukan manusia yang melawan mesin, tetapi manusia yang menggunakan mesin dengan hati.

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Ai ready asean di hotel royal kuningan jakarta/dokpri
Ai ready asean di hotel royal kuningan jakarta/dokpri