Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Guru

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Olahraga Pagi di Tegallega Bandung yang Ramai

22 November 2025   15:43 Diperbarui: 22 November 2025   15:50 167 1 0

Taman tegallega bandung/dompri
Taman tegallega bandung/dompri

Kisah Omjay kali ini tentang berolahraga pagi taman tegallega bandung yang ramai pengunjung. 


Banyak pedagang kaki lima di tempat ini dan mereka menjual barang dagangannya dengan harga sangat murah.

Pagi yang Ramai di Tegallega: Ketika Olahraga Menjadi Pasar Kehidupan yang Menghidupkan

Bandung selalu punya cara memanjakan siapa pun yang singgah. Udara paginya yang sejuk, pepohonan yang rindang, serta keramahan warganya membuat kota ini seperti ruang tamu besar yang selalu terbuka. Begitu juga Tegallega---sebuah kawasan legendaris yang setiap akhir pekan menjelma menjadi pusat olahraga, rekreasi, sekaligus pasar rakyat yang meriah.

Pagi itu, saya tiba lebih awal. Matahari baru mengintip dari balik pepohonan tinggi, dan embun masih menggantung malu-malu di ujung daun. Namun, Tegallega sudah lebih dulu bangun. Ratusan orang berjalan cepat, berlari kecil, bersepeda, ada pula yang sekadar duduk melepas penat sambil menikmati udara Bandung yang masih bersih.

Olahraga yang Tak Sekadar Gerak Tubuh

Melihat keramaian seperti ini membuat hati hangat. Para ibu-ibu bersemangat mengikuti senam pagi dengan musik ritmis. Para bapak serius berlari putaran demi putaran, sementara anak-anak tertawa riang mengejar merpati. Tegallega benar-benar menjadi ruang publik yang hidup---tempat di mana orang tua, anak muda, hingga lansia bercampur tanpa sekat.

Saya sendiri memulai dengan berjalan kaki mengelilingi area lapangan. Setiap sudut menawarkan pemandangan yang menyenangkan: suasana yang ramai tapi tidak gaduh, penuh aktivitas tapi tetap tertib. Inilah wajah Bandung yang saya rindukan---hangat, ramah, dan bersahaja.

Pasar Rakyat yang Menggoda

Setelah cukup berkeringat, aroma masakan dari pedagang kaki lima mulai menggoda. Inilah salah satu daya tarik Tegallega setiap pagi. Barisan pedagang menjajakan makanan murah meriah, dari bubur kacang hijau, lontong, mie kocok mini, hingga aneka cemilan buah.

Harga-harganya pun ramah di kantong. Tak heran pengunjung selalu ramai. Di satu sisi orang datang untuk olahraga, tetapi di sisi lain mereka juga ingin menikmati suasana pasar rakyat yang hidup dan penuh kehangatan.

Saya pun ikut menikmati suasana itu. Beberapa pedagang memanggil dengan ramah, menawarkan dagangan masing-masing. Tatapan mereka penuh harapan, senyumnya tulus. Di sinilah saya merasakan bahwa belanja di pasar rakyat bukan sekadar transaksi, tapi bentuk saling menghidupkan.

Belanja Kebutuhan Harian ala Tegallega

Pagi ini saya membeli cukup banyak barang---dan semuanya dengan harga yang sangat bersahabat.

Pohon bunga kecil yang cantik, untuk memperindah halaman rumah. Si pedagang bahkan memberikan petunjuk merawatnya dengan sabar.

Kelapa muda, yang langsung dibelah dan disajikan segar. Minumannya menyegarkan tenggorokan setelah berjalan cukup jauh.

Alpukat matang, ukuran besar dan aromanya wangi.

Keset baru untuk rumah, kuat dan tebal.

Topi untuk melindungi kepala dari panas matahari saat berjalan pagi.

Dan tentu saja, aneka cemilan buah yang selalu menggugah selera---potongan pepaya, melon, jambu, dan semangka yang disusun rapi dalam plastik.

Tak terasa tangan sudah penuh oleh barang belanjaan. Namun hati justru terasa lebih ringan. Ada kebahagiaan yang sulit dijelaskan ketika membeli langsung dari pedagang kecil---seakan kita sedang membantu seseorang menyambung hidup hari itu.

Tegallega: Ruang Hidup yang Menyatukan

Yang menarik dari Tegallega adalah kemampuannya menyatukan begitu banyak aktivitas dalam satu ruang. Olahraga, hiburan, belanja, bahkan sekadar melepas penat---semuanya bercampur harmonis. Orang Bandung memanfaatkannya dengan baik, tanpa saling mengganggu, tanpa memonopoli ruang.

Di sinilah saya merasa bahwa kota yang baik adalah kota yang memberi ruang. Ruang untuk bergerak, ruang untuk bernapas, ruang untuk bertemu, dan ruang untuk saling menghidupkan. Tegallega adalah bukti nyata bahwa ruang publik bisa menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat.

Penutup: Pagi yang Mengajarkan Kebahagiaan Sederhana

Olahraga pagi saya di Tegallega bukan hanya soal kesehatan fisik. Ia menjadi pengingat bahwa kebahagiaan bisa hadir melalui hal-hal kecil: sapaan pedagang, senyum orang asing, udara segar, minuman kelapa muda, atau sekadar berjalan tanpa tujuan yang rumit.

Tegallega bukan hanya sebuah tempat. Ia adalah denyut nadi kota, tempat di mana Bandung menunjukkan kehangatannya yang paling jujur.

Dan ketika saya pulang membawa belanjaan lengkap---pohon bunga, kelapa muda, alpukat, keset, topi, serta aneka cemilan buah---saya merasa seperti membawa pulang sebagian kecil energi positif dari Bandung. Pagi yang sederhana, namun begitu berarti.

Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - omjay
Guru blogger indonesia
Blog https://wijayalabs.com

Omjay guru blogger indonesia/dokpri
Omjay guru blogger indonesia/dokpri