Berburu Bumbu dan Ayam Kampung di Pasar Pondok Labu Jelang Lebaran
Pasar Pondok Labu terletak di Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Pada awalnya, saya mengira nama Pondok Labu berasal dari banyaknya tanaman labu di daerah ini. Ternyata asal-usulnya berasal dari kata Labuh, yang merujuk pada tempat beristirahat atau persinggahan. Dahulu, kawasan ini merupakan lokasi berlabuhnya orang-orang karena letaknya yang strategis di dekat aliran Sungai Krukut dan Sungai Pesanggrahan.
Suasana Pasar: Lengkap dan Lengang Menjelang Hari Raya
Pasar ini terdiri dari bangunan permanen dengan area tambahan yang melebar ke samping, pasar di samping ada yang menyebut Pasar Mini Peni. Bagi Saya tetap Pasar Pondok Labu. Bangunan utama menawarkan berbagai kebutuhan, mulai dari pakaian, kain, emas, peralatan menjahit, sembako, sayuran, lauk-pauk, perabot rumah tangga, dan banyak lagi. Area di sampingnya lebih didominasi oleh pedagang yang menjual sayur, ikan, daging, ayam, bumbu dapur, plastik, buah, serta berbagai kebutuhan lainnya. Biasanya mendekati Idul Fitri ada penjual amplop angpao dan H-2 lebaran ada ketupat kosong, bahkan ada daun kelapa yang belum dianyam.
Pada 25 Maret 2025, saya memulai misi belanja. Saat itu suasana pasar masih nyaman, belum terlalu padat, dan harga pun relatif stabil. Misalnya, harga ayam kampung ukuran sedang Rp 90.000, sedangkan ayam jago atau ayam kampung betina ukuran besar sekitar Rp 130.000. Alternatif lain adalah ayam petelur afkir yang ukurannya lebih besar, sekitar 1,5 kg dengan harga Rp 70.000. Meski dagingnya tidak seistimewa ayam kampung, setidaknya masih lebih baik dibanding ayam potong.
Harga ikan cukup stabil, mungkin karena permintaannya belum terlalu tinggi. Ibu penjual ikan mengatakan bahwa menjelang Lebaran, udang justru menjadi primadona. Saya sendiri memilih ikan kuwe dengan harga Rp 24.000 per ekor atau Rp 60.000 per kilogram—cukup terjangkau untuk sajian alternatif. Bila bosan dengan daging rendang dan soto Banjar.
Daging sapi lokal yang baru dipotong pada malam sebelumnya dibanderol Rp 140.000 per kilogram, dengan prediksi akan naik menjadi Rp 180.000 mendekati Lebaran. Sementara itu, tempe mendoan Rp 10.000 per kantong, dan kelapa parut Rp 18.000 per butir—yang diperkirakan melonjak hingga Rp 25.000 pada H-1 Lebaran. Bagi pecinta rendang, siapkan setidaknya 5 butir kelapa agar kuahnya kental dan lezat!
Dinamika Pasar: Dari Kolang-Kaling hingga Kerupuk yang Sepi Peminat
Lapak kolang-kaling mulai ramai dikunjungi pembeli, sementara penjual buah masih sabar menunggu pelanggan. Biasanya, toko buah akan benar-benar diserbu saat Lebaran dan seminggu setelahnya, karena masyarakat membutuhkannya untuk hantaran silaturahmi.
Namun, ibu penjual kerupuk mengeluh bahwa tahun ini permintaan kerupuk menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, orang Indonesia terkenal sebagai bangsa pencinta kerupuk—mungkin tahun ini mereka sedang menahan diri agar dietnya berhasil?
Di sisi lain, pedagang sayur juga mengaku bahwa suasana pasar masih relatif sepi. Tentu saja, bagi mereka, semakin ramai pembeli, semakin besar rezeki yang didapat. Sementara itu, saya sendiri punya strategi belanja yang jelas: datang sebelum pasar penuh sesak!
Belanja Telur Bebek dan Bumbu Rendang Andalan
Untuk keperluan membuat Soto Banjar, saya membeli telur bebek. Saya memilih yang paling murah, yakni Rp 3.500 per butir atau Rp 33.000 per 10 butir. Bahkan, saat belanja Rp 50.000, dapat 15 telur, saya mendapatkan bonus dari abang penjual—benar-benar rezeki Lebaran! Harga bervariasi hingga Rp 4.500.
Berburu bumbu rendang andalan, sebaiknya tiba di pasar langsung antre, sebab semakin siang semakin panjang antreannya. Harga bumbu untuk 1 kg daging adalah Rp 15.000, naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 10.000. Saya membeli bumbu senilai Rp 372.000, saya mendapat diskon Rp 2.000. Bawang merah giling segar Rp 60.000/kg. Bawang putih Rp 30.000/0.5 kg.
Depot bumbu ini memang legendaris. Toko UD. Cito Raso (Koto Tangah) di Pasar Mini Peni-Pondok Labu dikenal luas sebagai pemasok bumbu bagi banyak warung Padang. Kualitasnya tidak main-main—bawang merahnya saja begitu segar hingga membuat mata perih saat disajikan di meja lapak. Wadahnya berupa kaleng minyak besar, dan stoknya cepat habis karena banyaknya pelanggan yang rela antre sejak pagi. Tips penting: datang jam 06.00 agar ikut lomba sabar antre!
Kesimpulan: Pengalaman Berbelanja Mengesankan
Berbelanja di Pasar Pondok Labu menjelang Lebaran selalu menjadi pengalaman yang berkesan. Meskipun hanya sekali dalam setahun saya mengunjunginya, pasar ini tetap menjadi destinasi favorit untuk mendapatkan bahan masakan berkualitas. Dari ayam kampung, ikan, telur bebek, hingga bumbu rendang, semuanya tersedia dengan harga yang masih masuk akal.
Meski antre dan perjalanan jauh cukup melelahkan, kepuasan saat membawa pulang bahan-bahan terbaik untuk sajian Lebaran sungguh tidak ternilai. Bagaimana dengan Anda? Pasar mana yang menjadi andalan untuk berburu kebutuhan Lebaran?