Guru di SMAN 9 Kota Bekasi yang tertarik menulis di Kompasiana. Penulis reflektif, dan pengamat kehidupan sosial sehari-hari. Menulis bagi saya adalah cara merekam jejak, menjaga kenangan, sekaligus mengolah ulang pengalaman menjadi gagasan yang lebih jernih. Saya tumbuh dari kisah pasar tradisional, sawah, dan gunung yang menjadi latar masa kecil di Cisalak-Subang. Kini, keseharian sebagai guru membuat saya dekat dengan cerita murid, dunia pendidikan, serta perubahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Di Kompasiana, saya banyak menulis tentang: pendidikan yang manusiawi, dinamika sosial budaya, kenangan kecil yang membentuk cara pandang, serta fenomena keseharian seperti kafe, pasar, hujan, dan keluarga. Saya punya prinsip tulisan yang baik bukan hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajak pembaca berhenti sejenak untuk merenung, tersenyum, atau tergerak untuk berubah.
Di atas adalah video dokumentasi yang Penulis abadikan tahun 2022 di Ci Bodas Puncak.
Songopala, itulah sebuah nama Ekskul Siswa Pencinta Alam di Sekolah dimana Penulis bertugas. Semenjak dirintisnya SMAN 9 Bekasi dahulu masih bernama SMAN 2 Bekasi KJ (Kelas Jauh) tahun 1997, Songopala sudah dibentuk dengan Pembina Pertama Bapak Cukup Madriyah, S.Pd. yang kini sudah pensiun.
Rentang tahun 1997-2005, Songopala sudah eksis dan kian meningkat dari waktu kewaktu. Pembina beberapa kali mengalami pergantian diantaranya: Bapak Cukup Madiyah, S.Pd., Bapak Deni Apriandi, S.Pd. Tapi meskipun hanya sebatas Guru Pendamping pada periode di atas Penulis aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Songopala.
Tidak mudah menjadi Pembina Songopala yang bertanggung jawab penuh atas kegiatan alam yang cukup ekstrim, dimana Pembinanya harus selalu terlibat dalam semua kegiatan, tentunya ini membutuhkan ketahanan fisik ekstra untuk menghadapi medan berat dan cuaca yang ekstrim. Selain harus menjadi yang terdepan buat diri sendiri juga harus memastikan para siswa untuk melangkah, jangan sampai salah arah dalam berorgaisasi maupun secara teknis dilapangan.
Tahun 2005 Penulis ditunjuk sebagai Pembina Songopala dan mulai menerapkan langkah-langkah pembenahan disana-sini seiring perkembangan sekolah. Penulis selalu menekankan pengamalan agama, pentingnya menjaga nama baik diri, organisasi, dan sekolah. Perekrutan anggotapun diperketat baik secara fisik maupun mental. Penulis tidak mau Songopala hanya sebagai pelarian dari siswa yang malas belajar dan menjadi ajang main-main belaka.
Penulis selalu menekankan kegiatan-kegiatan Songopala bersifat mendukung dan menguatkan prestasi inti di kelas. Selain mampu memberikan prestasi membanggakan pada organisasi tapi juga mampu menjadi teladan akademik untuk yang lain di Sekolah.

Alhamdulillah hasilnya pun tidak sia-sia, mereka yang ada pada photo di atas sekarang sudah jadi Dokter, Sutradara, TNI, dan PNS dan merekalah generasi pertama yang Penulis bina diSongopala. Dan itu Penulis pertahankan sampai akhir periode tahun 2019 sampai akhirnya Pembinaan dialihkan kepada Pak Aulia Rahman, S.Pd., karena Penulis sudah merasa agak udzur untuk mengikuti semua kegiatan. Walaupun secara tidak terikat Penulis masih aktif mengikuti.
Ada hal menarik dari Songopala adalah rasa memiliki yang tinggi pada setiap anggotanya baik yang masih menjadi siswa maupun yang sudah kuliah bahkan bekerja, dan itu ditanamkan secara turun temurun. Kami adalah keluarga yang siap membantu kapan dan dimanapun dibutuhkan, "Songopala Jaya!" itulah yel yang senan tiasa kami teriakan.

