AGUS SUWARNO
AGUS SUWARNO Guru

Kang Guru dari lereng gunung Slamet, Banyumas,

Selanjutnya

Tutup

Video

SMPN 2 Sewon Bantul Sukses Menghantarkan Siswa Difabel Menjadi Manusia Mandiri

29 Juni 2021   21:37 Diperbarui: 30 Juni 2021   01:52 811 2 1


Pada akhir tahun 2018 yang lalu saya beserta rekan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas mengikuti kegiatan study komparatif di SMP N 2 Sewon Bantul. Kunjungan ini bertujuan menimba ilmu tentang pengelolaan sekolah inklusi. SMP N 2 Sewon dipilih dikarenakan sekolah ini termasuk sekolah yang paling awal menerapkan program sekolah inklusi. Tidak  itu saja SMP N 2 Sewon relatif sukses dalam pengelolaan sekolah inklusi. Hal ini dapat dilihat dari prestasi siswa  dan kemampuan kemampuan hidup mandiri dari alumnus siswa penyandang difabilitas.

Salah satu alumni SMP N 2 Sewon (tengah) penyandang difabilitas yang menjadi dosen di sebuah PT/dokumen Pribadi
Salah satu alumni SMP N 2 Sewon (tengah) penyandang difabilitas yang menjadi dosen di sebuah PT/dokumen Pribadi
Dalam acara tersebut penanggung jawab program inklusi di SMP N 2 Sewon memaparkan bagaimana pengelolaan pembelajaran di sekolah tersebut. Disampaikan pula bagaimana kesulitan dalam pelaksanaan  pembelajaran dan cara mengatasinya. Diungkapkan betapa pentingnya penerimaan warga sekolah terhadap siswa penyandang difabilitas. 

Hal ini penting karena siswa penyandang difabilitas mengikuti pelajaran dalam kelas reguler. Memang menjadi ciri khas sekolah inklusi dimana siswa penyandang difabelitas tidak dilayani dalam kelas terpisah. Para narasumber dalam acara tersebut pada umumnya memberikan motivasi betapa pelayanan yang tulus terhadap para siswa difabel merupakan pekerjaan mulia. 

Hal yang sangat menarik bagi saya adalah pemaparan pengalaman para alumnus saat belajar di SMP N 2 Sewon. Yang pertama pemaparan alumnus yang saat ini hidup mandiri menjadi dosen. 

Alumnus penyandang tuna netra menceritakan pengalamannya  saat menjadi siswa di SMP N 2 Sewon. Hal yang mengesankan menurut alumnus ini adalah penerimaan warga sekolah yang sangat membantu selama belajar di sana. Bahkan Ia mengingat beberapa nama warga sekolah dari penjaga hingga guru yang berjasa terhadapa keberhasilan studinya. Penuturan kedua oleh seorang alumnus yang masih SMA. 

Hampir sama seperti cerita alumnus pertama, alumnus kedua dia merasakan ketulusan warga sekolah selama menimba ilmu di sekolah ini. Namun yang paling menarik dari penuturan alumnus kedua ini saat dia bercerita tentang keluarganya. Awalnya Ia dititipkan oleh keluarganya di SMP N 2 Sewon karena keluarga tidak sanggup merawat anak ini yang menyandang  tuna netra. 

Hingga suatu saat Ia ingin pulang menemui Orang tua dan keluarganya. Ketika sampai di kampung halamannya dia tidak menjumpai satupun keluarganya. Menurut para tetangga orang tua dan keluarganya sudah lama pindah rumah. Tentu saja kekecewaan tidak dapat dipendamnya karena kepindahan keluarganya tanpa sepengetahuan dia. Dan yang lebih menyedihkan nomor kontak keluarga yang Ia miliki ketika dihubungi tidak satupun yang aktif. Disinilah ia merasa sudah dibuang oleh orang tua dan keluarganya. 

Beruntung anak ini masih mempunyai kelurga yang menyayangi , keluarga besar SMP N 2 Sewon. Dan yang lebih membanggakan oleh para pembina sekolah ini anak tersebut diarahkan mengembangkan bakatnya menjadi atlet tenis meja. Berkat ketekunannya di bidang tersebut sang anak mampu menjuarai perlombaan hingga tingkat nasional.  Dari prestasi yang Ia peroleh mengantarkannya masuk di salah satu SMA Negeri di Yogyakarta

Pada penuturan almunus ketiga yang menyandang difabilitas tuli menceritakan pengalamannya belajar di SMP N 2 sewon. Berbeda dari alumnus pertam dan kedua, alumnus ketiag ini berlatar belakang dari keluarga yang relatif mampu. Saat itu ia berstasatus sebagai mahasiswa. Alumnus berprestasi di bidang seni khususnya seni rupa. Berkat prestasinya yang Ia dipilih menjadi perwakilan difabel dari Indonesai untuk mengikuti sebuah even bertaraf Internasional. Dan satu hal yang sama sebagaimana disampaikan alumnus pertama dan kedua  adalah betapa Ia terkesan terhadap pembimbingan dan penerimaan dari keluarga besar SMP N 2 Sewon.

Dari penuturan yang disampaikan ketiga alumnus penyandang difabel dapat disimpulkan bahwa mereka ingin dipandang sejajar sebagaimana siswa pada umumnya. Mereka tidak ingin diperlakukan berbeda dalam arti dipisahkan dari siswa lainnya. Mereka ingin membaur dengan para siswa reguler. Penerimaan dan ketulusan saat membimbing mereka menjadi kunci utama kesuksesan SMP N 2 Sewon menghantarkan siswa difabel hidup mandiri.

SMP Negeri 2 Sewon sendiri mulai menerima siswa berkebutuhan khusus sejak 1982. Saat itu istilahnya belum sekolah inklusi, melainkan sekolah terpadu. Saat itu hanya menerima siswa dengan hambatan penglihatan (buta total dan low vision).Tahun berikutnya (1983), bertambah seorang siswa, sehingga  menjadi tiga siswa, kesemuanya difabel netra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2