Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Freelancer

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Nandur Srawung #12 Mengubah Trauma Menjadi Karya

18 Oktober 2025   15:34 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:34 119 8 3

Mengingat wajah Munir dalam lukisan, sebuah upaya sembuh dari trauma kekerasan Orde Baru (Dokpri Agustina)
Mengingat wajah Munir dalam lukisan, sebuah upaya sembuh dari trauma kekerasan Orde Baru (Dokpri Agustina)


Hari ini, tanggal 18 Oktober 2025, adalah hari terakhir gelaran pameran tahunan Nandur Srawung #12. Tak terasa, tahu-tahu sudah sampai tahun ke-12 saja berjalannya. 

Sama seperti Nandur Srawung pada edisi-edisi sebelumnya, Nandur Srawung #12 pun menawarkan sebuah tema yang menarik. Kali ini tema yang diangkat adalah "Eling - Awakening".

Kurang lebih ada 100 seniman yang terlibat dalam pameran tahunan Nandur Srawung #12. Mereka tidak hanya berasal dari Yogyakarta, tetapi juga dari luar daerah dan luar negeri.

Menelusuri karya-karya mereka, sejak pintu masuk hingga pintu keluar, pengunjung diajak membangun kesadaran di tengah krisis yang terjadi. Yang dalam Nandur Srawung #12, hal itu terejawantah dalam karya-karya yang responsif terhadap krisis global. Mulai dari pandemi, konflik antarnegara, hingga krisis iklim.

Pameran ini juga menunjukkan bahwa trauma personal pun bisa "diupayakan sembuh" melalui sebuah karya spektakuler. Sebagaimana yang tertuang pada karya berjudul "Memar, Masjid" ini.

Karya berjudul
Karya berjudul "Memar, Masjid" (Dokpri Agustina)

Karya tersebut lahir dari luka terpendam di hati sang seniman penciptanya. Pada masa kecilnya dia selalu dipukuli sang ibu karena tidak mau mengaji dan lebih memilih untuk bermain-main dengan temannya. 

Jika Anda perhatikan, di situ ada kubah masjid 'kan? Kemudian ada pula kayu pemukul. Pun, lukisan mulut yang berteriak kesakitan.

Mengamati karya-karya di Nandur Srawung #12 serasa kembali mengingat luka masa lalu. Namun, tentu bukan untuk sekadar bernostalgia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2