Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.
Pada hari ini, tanggal 28 Oktober, izinkan saya untuk mengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda. Sumpah, saya merasa masih muda. Hehehe ...
*
Saya tak hendak membahas tentang Hari Sumpah Pemuda atau hal lain terkait perayaan Sumpah Pemuda secara serius. Kali ini yang kebetulan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, saya cuma ingin berbagi inspirasi.
Eh, bukan. Bukan berbagi inspirasi, melainkan mengingatkan bin menyadarkan kaum muda agar tidak suka mager (malas gerak). Masak sih, masih muda kok hobi mager-mager bergembira?
Jangan kalah dari opa dan oma yang hobi berolahraga, dong. Nih, silakan tonton opa dan oma dalam video singkat yang tersemat di artikel ini. Mereka tampak bugar dan penuh semangat 'kan?
Dalam video tersebut, para opa dan oma berjalan dengan mempergunakan 2 tongkat khusus. Namun, itu bukanlah disebabkan tulang lutut yang gemetaran saat berjalan. Mereka sesungguhnya sedang melakukan Nordic Walking.
Jadi, wahai pemuda dan pemudi, janganlah kalian jompo sejak dini, ya. Teladani mereka. Minimal teladanilah saya. Haha!
Saya tidak omon-omon belaka. Meskipun tidak semuda kaum pemuda dan belum setua kaum tua, saya berusaha tidak mageran kok. Terkadang tiap akhir pekan ikutan kegiatan Jogja Walking Tour (JWT) bersama Komunitas Malamuseum. Meskipun fokusnya belajar sejarah, faktanya ikutan JWT serasa berolahraga.
Lain waktu saya dan Grup PPJ sengaja bikin acara sendiri. Fokusnya hunting foto dan rekreasi. Lumayanlah melalui komunitas ala-ala yang bernama Grup PPJ alias Grup Pura Pura Jogging, saya acap kali sukses menghempaskan virus mager.
Bahkan akhir pekan lalu, saya dan Komunitas PPJ ikut lomba Jogja Fun Walk Heritage 2025 yang diselenggarakan DisBud DIY. Hasilnya? Kami WO alias Walk Out sebagai bentuk protes kepada panitia pelaksana.
Tak jadi soal. Yang penting sudah berfoto saat masih dalam kondisi sebagai peserta lomba. Hahaha!

Mungkin Anda penasaran, mengapa kami memutuskan WO. Baiklah saya jawab. Penyebabnya adalah panitia mengganti rute dan aturan di tengah-tengah perlombaan. Yang notabene hal itu merugikan sebagian peserta, termasuk kami.
Kalau menurut Anda, sikap kami bisa dimaklumi atau cenderung baperan?
Salam.