Entah karena tidak ada jalan untuk mundur atau bergeser maka petugas keamanan mengajak calon penumpang untuk mengikutinya ke tempat yang agak longgar.
Calon penumpang yang tidak mau berjubel pun dengan tertib mengikuti petugas keamanan dan ketertiban tersebut.
Begitu KRL dari Solo datang dan berhenti, calon penumpang pun berebut ke arah pintu yang belum terbuka.
Tampak pula seorang bapak dengan menggendong putrinya yang tidak ingin berjubel terpaksa naik lewat pintu yang tidak sejajar dengan lantai peron. Sehingga harus melompat.
Kejadian seperti ini rupanya menjadi peristiwa yang menarik bagi beberapa wisatawan mancanegara yang mengabadikan dengan memotonya.
Seorang wisatawan dari Swedia sangat keheranan melihat suasana seperti ini.
Di Swedia tidak seperti ini, katanya begitu saat saya ajak berbincang dengan bahasa Inggris yang belepotan.
Beda lagi dengan turis dari Jepang yang mengatakan tidak jauh dengan suasana stasiun di Jepang.
Entahlah bagaimana yang benar, saya belum pernah ke Swedia dan Jepang.
Dalam dua tahun terakhir puluhan kali menggunakan kereta api Malang - Yogyakarta dan KRL Yogyakarta - Klaten - Solo selalu melihat suasana seperti ini. Kecuali jam 11 menjelang tengah malam.