Ini bukan kali pertama saya mengunjungi situs bersejarah Tamansari Keraton Yogyakarta. Namun kunjungan kali ini memberikan kesan tersendiri karena saya pergi bersama rekan-rekan satu pekerjaan yang sedang berlibur bersama di Yogyakarta. Saya pun bisa sedikit berbagi hal-hal yang saya ketahui tentang taman milik keluarga Sultan di masa silam ini. Walaupun tidak banyak yang saya tahu, setidaknya saya bisa mengenalkan sejarah yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya.
Tamansari Keraton Yogyakarta dulunya merupakan taman tempat peristirahatan Sultan dan keluarga keraton. Dahulu taman ini terdiri dari beberapa bangunan namun kini hanya tinggal sedikit yang masih berdiri utuh. Beberapa tinggal reruntuhannya saja. Bangunan yang paling terkenal di sini tentu saja kolam pemandiannya yang dulu digunakan Sultan, permaisuri, selir dan putri keraton. Di area kolam pemandian ini juga terdapat menara tempat Sultan memandangi selir yang sedang mandi. Selir yang paling menarik pun akan dipanggil untuk menemaninya.
Tidak jauh dari area kolam pemandian, terdapat sebuah gerbang yang dihiasi ukiran relief burung merak dan beraneka puspa yang sangat indah. Gerbang ini dikenal sebagai Gedhong Gapura Hageng yang merupakan pintu gerbang utama keluarga keraton yang ingin memasuki Taman Sari.
Di masa lampau, Taman Sari dikelilingi oleh danau buatan yang begitu indah dan jika dilihat dari jauh bak istana yang mengapung di atas air, itulah mengapa Taman Sari ini juga kerap disebut sebagai water castle yang berarti istana air.
Namun, kini danau itu telah tiada dan berubah menjadi perkampungan padat penduduk. Untuk menuju situs lainnya di area Taman Sari ini pun saya beserta rombongan harus melewati jalan setapak di kawasan pemukiman ini. Perkampungan ini juga memiliki daya tarik tersendiri. Di sini terdapat beberapa sentra kerajinan yang menarik untuk dijadikan cinderamata. Salah satunya adalah bamboo cotton, yaitu pakaian berbahan katun yang terbuat dari bambu. Jalan di perkampungan ini juga dihiasi dengan grafiti bernuansa Jawa. Jika lapar atau haus, wisatawan juga bisa mampir ke kedai yang ada di sini.
Objek wisata lain di kawasan Taman Sari yang menyedot banyak pengunjung adalah Sumur Gumuling. Lokasinya terletak di bawah tanah atau dulunya terletak di bawah air danau buatan jadi untuk masuk ke dalamnya harus melewati lorong yang gelap dan pengap. Jika takut tersasar, sebaiknya menyewa bantuan pemandu wisata lokal.
Sumur Gumuling ini dahulu difungsikan sebagai masjid. Nama tempat ini diambil dari nama sumur yang ada di bagian tengah dan dulunya digunakan sebagai sumber air untuk berwudhu. Namun, saat ini tidak digunakan lagi. Situs ini lebih dikenal sebagai spot berfoto yang populer di media sosial, khususnya Instagram. Pengunjung yang ingin berfoto pun membludak setiap harinya dan mereka harus berganti giliran untuk berfoto.
Karena cuaca yang sangat panas hari itu, saya beserta rombongan memutuskan untuk mengakhiri kunjungan ke Taman Sari hari itu. Untuk keluar area Taman Sari, saya kembali melewati lorong bawah tanah untuk akhirnya menemukan jalan ke area parkir yang menjadi titik awal sebelum memasuki Taman Sari.
Jangan lupa saksikan vlog perjalanannya dan subscribe channel-nya. Nantikan highlight cerita perjalanan selanjutnya di Kompasiana.