Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com, aliemhalvaima@yahoo.com
Mas Slamet (Cak Supri), malam jual nasi goreng, siang nyanyi campur sari #nurterbit
Malam Jual Nasi Goreng, Siang Nyanyi Campursari, Itulah Mas Slamet. Atau nama panggungnya Cak Supri, lengkapnya Supriadi. Pria perantau asal Malang, Jawa Timur ini tergolong pekerja ulet.
Di Kota Bekasi, Jawa Barat, Mas Slamet memilih "mangkal" dan beroperasi di Wismajaya, Durenjaya, sebuah komplek perumahan di Kecamatan Bekasi Timur.
Yang menarik dan mungkin banyak orang yang tidak menyangka, sebab Mas Slamet ini menjalani dua profesi. Malam hari menjual nasi goreng, siang hari jadi penyanyi dangdut campur sari. Luar biasa kan?
Suatu malam, seperti biasanya dia didatangi tukang palak. Biasalah. Dipalak sama preman kampung yang bukan hanya memaksa minta nasi goreng, tapi juga sekalian minta duit.
Mas Slamet hanya bisa pasrah. Dia pun harus "menyetor" kepada preman setiap malam. Preman ini datang berboncengan tiga motor, maksa minta duit ke penjual nasi goreng.
Salah seorang pelanggan Slamet, yang lagi menunggu pesanan nasi goreng, mencoba ikut membantu. Eh si pemalak malah lebih galak, "bapak gak usah ikut campur," katanya, sambil sempoyongan turun dari boncengan motornya. Preman mabuk rupanya.
Saat memaksa minta duit itulah, pelanggan yang tadi dibentak preman, segera menyerahkan sesuatu ke tangan si preman. "Gak usah Slamet yang ngasih duit, biar dari saya aja," kata pelanggan itu.
Tiba-tiba premannya kabur, motornya dikebut kencang. Si penjual nasi goreng kaget, lalu penasaran dan bertanya, kenapa premannya lari terbirit-birit pak?
"Gak tau juga. Saya cuma kasih ini koq," kata pelanggan nasi goreng, sang penolong itu, sambil memperlihatkan sesuatu di tangannya.
"Ha? Pistol? Pantas dia lari ya, terima kasih pak, terima kasih," kata Slamet. Rupanya pelanggan baik hati ini anggota TNI. Pangkat kolonel. Kini sudah pensiun dan terakhir berpangkat Brigjen, bintang satu.
Mas Slamet, langganan mie Surabaya kami di Wismajaya, Durenjaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat
https://www.instagram.com/reel/Cn8JlT7sfA3/?igshid=NDdhMjNiZDg=
Maka sejak malam itu, bahkan hingga sekarang, Slamet pun aman berkeliling mendorong gerobaknya sambil menjajakan nasi goreng ke rumah-rumah langganannya.
"Saya kasihan melihat kamu dipalak terus setiap malam," kata Slamet, mengutip ucapan anggota TNI tersebut. Dia memang menyaksikan bagaimana preman tengik ini beraksi, di depan matanya sendiri.
Sebagai rasa terima kasihnya, setiap malam Slamet menitip dan membungkus nasi goreng dan mie gratis kepada dewa penolongnya ini.
Belakang perwira ini keberatan. Dia tetap bayar. "Keuntungan nasi gorengmu berapa sih, mau ngasih gratis lagi. Rugi kamu nanti. Gak usah".
Sekarang, seiring perjalanan waktu, Slamet kini sudah punya gerobak nasi goreng yang lebih bagus. Gerobak yang ditarik motor. Keren pokoknya.
Tidak perlu lagi dia mendorong gerobak -- sambil teriak atau mukul kentongan khas penjual nasi goreng -- di setiap malam menyusuri jalan dan gang.
Slamet kini mangkal, di depan Baiturrahman, sebuah masjid besar di perumahan Wismajaya, Durenjaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Giliran kini pelanggan nasi gorengnya yang datang ke tempat mangkal Mas Slamet.
"Malah lebih bagus begini, Mas Slamet mangkal di sini. Kita tinggal datang dan pesan. Dulunya sih kita harus nunggu kapan Mas Slamet lewat depan rumah," kata salah satu pelanggannya.
Mas Slamet, tetap semangat ya dengan kerja keras dan keuletanmu sebagai pejuang rupiah di siang dan malam hari. Selamat ya Mas Slamet, semoga "selamat" terus
Salam : Nur Terbit
Tulisan reportase lainya bisa diklik di akun media sosial Nur Terbit : Blog, Twitter, Instagram, TikTok, Linkedin, Facebook, Kompasiana, PepNews