Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net
Salah satu tiang-tiang penyangga saka guru perekonomian bangsa adalah ekonomi kerakyatan melalui usaha mandiri untuk menghasilkan barang dan jasa serta menjualnya. Inilah urat-urat nadi ekonomi bangsa yang acapkali tak banyak yang memerhatikan-toko kelontong yang kini sudah banyak mendapat sentuhan teknologi dan tidak kalah dengan toserba modern atau sejenisnya.
Rekor Muri
Pagi pukul 06.00 saya sudah menginjkan kaki di Jl. Stadion Kota Semarang. Kaki ini susah sekali melangkah, kanan kiri saya penuh sesak dengan manusia yang berdesakan di sela-sela lapak dagangan.
Minggu pagi ini, mesin uang di Kota Semarang sedang berpindah di sini. Pedagang beraneka macam barang tumpah ruah di sini dan semua bebas menggelar dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para pelaku usaha.
Saya mengikuti rombongan berkaus merah bertulisakn SRC. Benar saja, hari ini saya bersama pasukan merah ini untuk mengikuti rangkaian kegiatanya.
SRC itu sendiri adalah paguyuban toko kelontong di daerah-daerah yang memiliki platform digital. Bisa dikatakan, mirip dengan warung kelontong digital yang bisa diakses dan ditemukan dengan hanya menggunakan aplikasi.
Dengan menukarkan botol bekas sebagai pembayaran untuk mendaftar jalan sehat. Model pembayaran inilah yang diakui Museum Rekor Indonesia sebagai sesuatu yang unik dan hari ini menetas dan pecahlah rekor tersebut.
Direktur Muri, yakni Djaya Suprana yang diwakilkan menyerahkan sertifikat Muri untuk pendaftaran jalan santai dengan botol bekas dengan peserta terbanyak. Rekor sudah terpecahkan,lantas apalagi yang menarik lagi dari pasukan merah SRC ini?
Ngalab "Berkah"
Ngalab berkah dalam konteks ini adalah mengharap orang untuk "berkah" (berbelanja dekat rumah). Inilah salah satu program SRC yakni untuk berbagi rejeki dengan sekitarnya dalam hal perekonomian.
Berkah menjadi salah satu program SRC guna menghidupkan dan menggerakan perokonomian dimulai dari tetangga sebelah.
Dengan adanya digitalisasi di warung kelontong, maka sudah menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang modern. Kini belanja di warung SRC cukup dengan aplikasi untuk belanja tanpa harus ke warung, karena ada fasilitas delivery order. Belanja lupa membawa uang tunai, selama masih membawa ponsel dan ada uang digital maka bisa membeli dan membayar tanpa transaksi tunai.
Lantas apa keuntungan dari pemilik SRC, bukankah akan menambah pekerjaan. "Awalnya demikian, namun kemudian hari akan merasakan segala bentuk kemudahan" kata pak Toni yang mendapat jatah mengurus SRC regional Jawa Tengah.
Di sela-sela wawancara dengan Beliau, dipaparkan beberapa sisi baiknya dari SRC. Semua transaksi bisa dilakukan secara online, dari sisi keamanan ini lebih menguntungkan karena tidak membawa uang tunai.
Barang dagangan, baik dalam jumlah tersimpan dan terjual bisa dikontrol secara real time tanpa harus menghitung manual. Neraca keuangan juga bisa dipantau setiap saat, sehingga dapat diketahui aliran keuangan, dana tersimpan, keuntungan, dan lain sebagainya.
Selain itu, setiap saat jika terjadi perubahan harga bisa langsung diketahui.
Lantas saya bertanya, "apa enaknya selain dimanjakan oleh teknologi?" SRC tak ubahnya dengan toko modern. Konsumen bisa memilah, memilih dan mengambil mana yang diinginkan.
Biasanya toko konvensional, penjualah yang akan mengambilkan barang, sedang pembeli acapkali tak punya pilihan. SRC miring dengan swalayan, namun kelasnya kelontong. Konsumen mendapat kebebasan dalam berbelanja.
Dukungan Pemerintah
18 stand SRC yang dibina oleh pemerintah Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah dihadirkan di tengah-tengah stadion Diponegoro Semarang. Benar saja, orang jualan gorengan bisa membeli tanpa uang tunai. Penjual dawet bisa beli daring. Bahkan, kita bisa memesan sesuai dengan keinginan kita.
Dinas koprasi dan UKM Jawa Tengah mengatakan terdapat 4,1 juta UKM di Jawa Tengah. Jumlah yang fantastis luar biasa sebagai mesin pencipta barang dan jasa yang bisa menghasilkan uang.
Fakta di lapangan, tidak semua memiliki jalan mulus dalam mengembangkan usahanya. Pemerintah memiliki banyak keterbatasan dalam menjangkau satu persatu.
Dengan adanya SRC bisa menjadi selosui dan perpanjangan tangan pemerintah guna meningkatkan usaha pelaku UKM di Jawa Tengah.
Menurut data dikatakan, tahun 2019 sudah ada 110.000 SRC di seluruh Indonesia. Pemerintah akan sangat diuntungkan dengan hal ini, karena perekonomian rakyat sudah bangkit dan bersatu. Mau apalagi jika pasukan merah ini berastu, maka majulah ekonomi kerakyatan.