DHDFarm Indonesia adalah usaha budidaya lele sistem kemitraan yang saling menguntungkan.
Berikut ini langkah-langkah untuk melakukan pemijahan ikan lele secara buatan (induce breeding)
1. Siapkan alat dan bahan. Alat yg digunakan sabagai berikut:
Bak inkubasi induk, bak penetasan telur, bak, Serokan induk, timbangan induk, timbangan digital, baskom, substrat penetasan telur, tissu, kain lap, baskom, gelas ukur, cawan petri, kateter, gunting bedah, pinset, spuit, bulu ayam. Bahan yg digunakan yaitu: induk ikan lele, hormon ovaprim, larutan NaCl 0,9%, aquadest.
2. Pemberokan
Pemberokan bertujuan agar kotoran dan lemak dalam tubuh induk terbuang, pemberokan dilakukan selama 1-2 hari.
3. Penyuntikan
Penyuntikan hormon bertujuan untuk memacu pematangan gonad dan jumlah telur yang dikeluarkan. Idealnya penyuntikan hormon dilakukan dua kali. Sebelum melakukan penyuntikan, siapkan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg berat induk betina dan 0,3 ml/kg induk jantan.
Lalu campurkan larutan hormon tersebut dengan larutan NaCl garam fisiologis sebanyak 0,5 ml. Lakukan penyuntikan pada punggung induk. Sebaiknya, penyuntikan dilakukan pada sore atau malam hari antara pukul 16.00-20.00 WIB.
Frekuensi penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan bantuan alat suntik. Setelah larutan ovaprim habis, gosok dan tekan bagian bekas suntik kearah dalam agar larutan tidak keluar.
penyuntikan induk betina lele baiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar lele tidak mudah stres. Penyuntikan dilakukan di bagian punggung atau bagian daging yang paling tebal secara intramuskular atau di dalam otot. Jarum suntik yang digunakan sebaiknya jangan terlalu besar. Teknik penyuntikan dilakukan dengan cara memiringkan spuit 45 ke arah depan atau belakang punggung induk lele sedalam 2 cm.
Penyuntikan ini dilakukan secara intramuscular atau melalui otot pada bagian punggung didekat sirip punggung, lalu ikan dimasukan lagi kedalam happa terpisah. Setelah 8 jam penyuntikan kedua, induk betina itu sudah dapat kita urut perutnya untuk mengeluarkan telurnya.
3. Stripping Induk Betina
Setelah disuntik dengan hormon ovaprim, induk jantan maupun induk betina dipisahkan. Masing-masing diletakkan didalam bak yang telah disiapkan yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu sudah siap diurut atau belum. Cara memeriksanya sebagai berikut:
'a). Induk lele ditangkap menggunakan serok. Badanya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.
b). Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya kearah dubur.Telur yang keluar ditampung dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.
c). Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk lele tersebut dikembalikan kedalam hapa penampungan lagi. Dan perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barangkali telur sudah siap dikeluarkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah:
a) Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut.
b) Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan
c) Apabila telur masih sulit keluar waktu diurut maka pengurutan harus dihentikan. Tunggu hingga telur mudah dikeluarkan dengan pengurutan sedikit
d) Apabila saat diurut telur keluar bercampur darah maka sebaiknya pengurutan dihentikan saja.
4. Mengeluarkan Sperma
Sperma ikan lele tidak dapat dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah. Jadi induk jantan harus dimatikan agar proses pembedahan lebih mudah.
Berikut ini adalah cara pengambilan sperma yaitu sebelum induk jantan dibedah lakukan pembiusan dengan menggunakan es batu selama 10-15 menit. Induk jantan dibelah perutnya lalu seluruh kantung sperma diambil, kemudian kantung sperma dipotong dengan gunting bedah yang bersih kemudian dicampur dengan 40-50 ml larutan garam fisologis (larutan NaCl 7 0,9%).
Potongan kantung sperma itu diremas-remas dengan menggunakan gunting bedah dan pinset. Tidak ada ketentuan khusus tentang banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma pada pemijahan buatan, tetapi yang umum ialah sekitar setengah gelas untuk sperma dari satu ekor induk jantan.
Hal yang perlu diperhatikan ialah bahwa manfaat larutan tersebut adalah untuk mengencerkan sperma agar telur yang terbuahi semakin banyak dan selain itu untuk memperpanjang umur sperma diluar kantong sperma didalam air, sperma lele akan bertahan hidup kurang lebih kurang 3 menit, sedangkan didalam larutan bisa beberapa jam.
Pada waktu yang bersamaan, satu orang lain menangkap ikan jantan yang sudah dipersiapkan tadi. Kepala ikan jantan itu dipotong persis dibelakang sirip dada.
Lalu dengan menggunakan gunting, perut lele jantan itu digunting sepanjang sisi bawah badanya, untuk mengeluarkan usus dan isi perut lainya.tampaklah kantung sperma atau gonada jantan yang bentuknya pipih memanjang seperti pita, menempel pada bagian rongga atas perut.
Pita gonada jantan itu bercabang, setelah dapat gonada itu diangkat menggunakan pinset, semuanya ditaruh kedalam cawan. Gonada yang seperti pita berwarna putih iti dipotong-potong, dan dipecahkan serta diurut-urut supaya cairan mani keluar. Lalu cairan mani itu dituangkan kedalam mangkuk yang sudah diisi dengan telur yang sudah dikeluarkan tadi.
5. Fertilisasi (Pembuahan)
Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Pembuahan buatan dilakukan dengan cara:
1. telur ditampung dalam baskom. Sperma di dalam cawan tadi dituangkan ke dalam telur lalu diaduk menggunakan bulu ayam yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan sebelumnya.
2. Campuran telur dan sperma tersebut diaduk selama 2-3 detik lalu dituangi air bersih seperti air kemasan atau air dari mata air sebanyak 1-2 liter. Penuangan air ini dilakukan secara berlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, saat ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.
3. Telur dicuci atau dibilas dengan air bersih lebih banyak lagi agar sperma yang tersisa dapat terbuang karena sperma adalah protein yang mudah membusuk yang dapat berakibat buruk bagi telur-telur.
4. Selanjutnya, telur yang sudah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tampat penatasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau waring yang diapungkan di dalam bak yang berisi air bersih dengan aliran air jernih perlahan-lahan.
5. Telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam pada suhu air 26-30C. Telur yang tidak terbuahi atau mati akan menjadi berwarna putih dan akhirnya ditumbuhi jamur. Oleh karena itu, telur yang menjadi putih harus segera dibuang. Telur dan air mani didalam baskom atau mangkuk itu lalu diaduk berlahan-lahan dengan bulu ayam sampai bercampur merata.
Setelah beberapa detik saja, telur lalu mengembang, maka dapat diberi air sedikit agar tidak terlalu kental. Telur yang tidak terbuahi, akan menempel pada bulu ayam.
Tetapi penempelanya tidak terlalu lengket. Telur tersebut segera dimasukan kedalam sebuah bak yang berisi air bersih, dan dipasangi substrat. Penebaran telur didalam bak penetasan itu harus merata, agar telur dapat melekat dalam ijuk secara merata pula.
Proses pengadukan telur dengan sperma ini harus dilakukan secara halus dan cepat, karena telur yang sudah terbuahi dapat menempel satu sama lain atau bergumpal. Apabila sampai bergumpal tentu hasil penetasannya kecil, karena banyak yang mati.
6. Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan dalam bak terpisah berukuran panjang 2 m, lebar 1m, dan tingginya 30 cm. Didalam bak tersebut dipasang substrat hapa yang ukuranya sesuai ukuran bak. Bila hapa sudah dipasang, telur dapat dimasukan didalam hapa.Gunakan bulu ayam untuk memasukan dan menyebarkan telur hingga rata.
Biasanya 18- 24 jam setelah penebaran, telur sudah mulai menetas. Biasanya dalam satu kelompok telur terdapat telur yang tidak mentas. Telur yang tidak menetas tersebut harus dibuang agar air dalam bak penetasan tidak berbau.Pengambilan telur tersebut dapat dengan menggunakan scopnet.