Di sebuah gang sempit bernama Becek, di jantung Kampung Ciapus Kompas, doa yang biasanya bergema dari bibir para ibu mendadak terhenti. Suara zikir berganti dentuman—lantai yang rapuh tak lagi sanggup menopang. Majelis taklim yang berdiri di tepi jurang itu runtuh, menyeret jamaah yang tengah beribadah ke dalam duka yang tak terduga.
Pagi Minggu, 7 September 2025, langit Ciomas menjadi saksi. Jerit panik bercampur suara bangunan yang ambruk, menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya. Dhani, keluarga salah satu korban, masih ingat detik-detik itu… saat tanah bergetar, saat tembok patah, saat harapan runtuh bersama bangunan.
Seketika, suasana pengajian berubah jadi kepanikan. Tubuh-tubuh terperosok ke jurang, sebagian tertimpa beton yang menghantam tanpa ampun. Teriakan meminta tolong bersahut-sahutan, sebelum akhirnya sirine ambulan memecah udara. Para korban bergegas dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Di RSUD Kota Bogor, Direktur Utama dr. Ilham Chaidir mencatat jumlah yang tak sedikit: 29 orang masuk bersamaan, 28 di antaranya dirawat, satu diteruskan ke PMI. Dari angka itu, tiga orang dalam kondisi kritis—cedera kepala, patah tulang, dan perdarahan di perut akibat hantaman tembok. Bahkan, seorang bocah kecil berusia dua setengah tahun ikut menjadi korban, dengan luka berat di kepala.
“Selebihnya ada 17 pasien sedang, dan belasan lainnya luka ringan,” ujar dr. Ilham, sambil memastikan tim medis bekerja tanpa henti.
Namun, duka belum berhenti di situ. Bupati Bogor, Rudy Susmanto, segera turun tangan meninjau lokasi. Dengan suara berat ia menyampaikan kabar pahit: tiga orang meninggal dunia. Sementara 84 lainnya, luka ringan hingga berat, tersebar di berbagai rumah sakit di Kota dan Kabupaten Bogor.
Dugaan awal mengarah pada rapuhnya struktur bangunan. Lantai majelis taklim yang menanggung beban puluhan orang itu runtuh, menyeret jamaah yang sedang khusyuk berzikir. Jurang di sisi bangunan berubah jadi perangkap maut.
Di tengah reruntuhan, Bupati menyampaikan belasungkawa. Ia memeluk keluarga korban, menenangkan hati yang terguncang, sembari berjanji: seluruh biaya pengobatan akan ditanggung pemerintah daerah.
“Ini tanggung jawab kami. Semua biaya rumah sakit untuk para korban akan ditanggung penuh,” tegasnya.