Software streaming (kayak OBS, Streamlabs, atau langsung dari aplikasi kayak TikTok/Instagram)
Sebelum live, biasanya streamer bakal cek semuanya: audio jelas gak? Delay gak? Kamera ngerekam dengan lancar? Kadang mereka juga ngatur overlay atau layout biar tampilannya menarik. Dan kalau mereka pake dua layar, mereka juga harus ngatur mana layar buat game, mana buat baca chat. Ribet? Lumayan. Tapi kalau udah biasa, jadi bagian dari rutinitas.
3. Interaksi Sama Audiens
Live streaming bukan acara monolog. Salah satu daya tarik live adalah interaksi real-time antara streamer dan penonton. Jadi selama live, streamer gak cuma fokus sama kontennya, tapi juga harus ngejaga komunikasi sama viewers.
Bayangin, lo lagi main game intens, tapi tiba-tiba ada yang nanya, "Bang, PC lo speknya apa?" atau "Kak, tips percaya diri dong!" Lo harus bisa jawab tanpa ngerusak alur. Kadang obrolan di chat bisa ngalir liar, bisa lucu, bisa serius, bisa juga toxic. Dan streamer harus siap menghadapinya.
Interaksi yang asik itu penting karena bikin viewers betah. Makanya banyak streamer yang punya jargon atau gaya khas pas nyapa penonton. Ini yang bikin mereka punya komunitas sendiri, bukan cuma penonton musiman.
4. Ngatur Emosi dan Mental
Meskipun keliatannya fun, dunia live streaming juga penuh tekanan. Ada hari-hari di mana viewers turun drastis, donasi sepi, atau malah dapet komentar negatif yang bikin drop. Dan parahnya, lo harus tetep senyum dan keliatan enjoy biar suasana live gak awkward.
Streamer dituntut untuk selalu enerjik, walaupun mungkin hari itu lagi capek, bete, atau stres. Ini yang bikin mental health jadi tantangan tersendiri. Beberapa streamer bahkan cerita kalau mereka pernah burnout gara-gara terlalu maksa live tiap hari demi ngejar target.
Belum lagi kalau ada drama di komunitas, misalnya tuduhan settingan, viewer palsu, atau dikatain cari sensasi. Streamer harus siap menghadapi semua itu tanpa ngebiarin emosi meledak di depan kamera.
5. Evaluasi dan Editing