Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Administrasi

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Bagaimana Cara Supaya Anak Mau Belajar Menari Tarian Indonesia?

8 Juli 2020   15:36 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:03 2074 8 4

Dalam acara "Face to Face bersama Dewa" pada hari Senin, 6 Juli 2020 pukul 19.00 WIB yang lalu, saya diundang sebagai nara sumber. Kali itu saya diminta untuk berbagi pengalaman selaku diaspora yang tinggal di Jerman. Selama hampir 45 menit, kami ngobrol banyak tentang apa yang telah dan akan saya lakukan selama di negeri orang. Termasuk suka-duka hidup di Jerman.

Selama zoom meeting, banyak pertanyaan yang mengarah seputar cara bagaimana membuat anak sendiri atau generasi muda Indonesia mencintai budaya sendiri dan belajar untuk mempresentasikannya.

Betul, itu tidak mudah karena hantaman pengaruh dari luar negeri semakin banyak di tanah air. Yup, saya tahu, anak muda kalau zaman saya muda dulu lebih kebarat-baratan, kan. Sekarang ini mungkin lebih ke Jepang-jepangan atau ke Korea-koreaan. Artinya, saat-saat ini mereka sangat tertarik dengan dua budaya negara tetangga, ketimbang budaya anak bangsa. Mungkin tidak 100% generasi muda Indonesia begitu, masih ada yang melestarikan budaya Indonesia dengan cara dan gayanya sendiri. Sah-sah sajalah. Khawatir boleh tapi kita jangan sampai putus asa. Tidak boleh.

Baik, demi menjawab pertanyaaan di atas tadi, barangkali saya punya pengalaman tersendiri. Memiliki tiga anak, dua di antaranya adalah perempuan. Nah, sebagai keturunan dari keluarga yang sangat tertarik dengan dunia budaya, saya ingin menularkan budaya bangsa Indonesia khususnya Jawa kepada anak-anak kami, walaupun kami tinggal di Jerman. Mana ada kelas ekstrakurikuler menari Jawa atau tarian Indonesia lainnya di sekolah Jerman? Untuk itu, sayalah yang memiliki kesempatan, berkewajiban dan mengajukan diri untuk mengenalkannya. Kalau tidak saya, siapa lagi?

Saran saya, agar jika orang tua sendiri kurang tertarik dengan budaya Indonesia, setidaknya orang tua mengarahkan anak-anak untuk ke sana. Siapa tahu tertarik? Misal mengirim ke ekstrakurikuler tari di sekolah, ke sanggar tari, ke lomba-lomba tari, ke kelas mendalang, ke kursus seruling, main kulintang, klub pencak silat dan sejenisnya yang menggambarkan ciri khas keindonesiaan.

Atau, orang tua bisa duduk diam di rumah mendampingi mereka menonton youtube yang berhubungan dengan kesenian Indonesia. Lihatlah betapa bangga anak-anak Indonesia pergi keliling dunia memamerkan kesenian Indonesia. Dengan begitu, bisa saja anak-anak jadi terbiasa melihat, terpesona dan mau belajar menekuninya. Masalahnya, kalau tidak dimulai dari sekarang, begitu anak sudah besar sudah sulit untuk diatur. Namanya juga ABG. Mulai dari sejak dini, memang lebih baik.

Anak-anak kami sudah belajar sejak mereka balita. Tidak usah disuruh-suruh tapi mengikuti sendiri dari belakang, saat saya latihan atau melatih anak-anak yang lebih besar di kampung. Namanya anak-anak kecil, tidak bisa dipaksa-paksa tetapi jika suatu kegiatan itu dianggap menarik pasti mereka mencoba bergabung sendiri. Melakukannya dengan hati.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah buka kursus menari selama 2-3 tahun lalu berhenti karena peminatnya kurang banyak dan saya mulai mengajar di VHS, di luar rumah. Namun, presentasi budaya Indonesia masih kami lakukan. Tidak ada kata menyerah untuk sesuatu yang baik.

Selain itu, saya tidak bisa berharap banyak bahwa anak-anak kami pandai menari. Kalau ada yang bilang mereka kurang luwes, kurang menjiwai, bukankah mereka sedang dalam proses belajar? Beri mereka waktu dan kesempatan berkembang. Saya sendiri juga tidak mendadak bisa menari seperti sekarang. Butuh puluhan tahun untuk bisa percaya diri menari, bisa menari dan saya masih dalam proses belajar bukan penari profesional. Makanya, kalau mereka sudah kenal budaya Indonesia saja sudah bagus. Lanjutkan.

Oh, iya. Membiarkan anak-anak menentukan sendiri talentanya, memastikan apakan menari tarian Indonesia adalah salah satu hobi yang tepat atau tidak, juga penting. Meskipun demikian, saya ajak mereka pentas menari di panggung Jerman. Asyiknya mereka itu mau didandani, mau pentas. Apalagi kalau pakai bulu mata palsu, serasa princess, katanya.

Beberapa panggung yang telah kami jajal antara lain di pesta pernikahan teman, pesta ulang tahun teman di kampung tempat tinggal kami, festival Indonesia di Freiburg dan Konstanz, serta yang paling terkini yakni di Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2