Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mewacanakan untuk menggunakan nasi jagung dalam program makan bergizi gratis untuk anak sekolah.
Adapun proyek makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah tersebut merupakan progam unggulan Presiden dan Wapres periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Salah satu alasan menggantikan menu pokok nasi beras dengan nasi jagung adalah dirasa lebih murah namun nilai gizinya tetap seimbang.
Di samping itu, sebagai upaya diversifikasi pangan, terutama memanfaatkan pangan lokal yang ada di setiap daerah. Sebab setiap daerah memiliki pangan lokal unggulan.
Namun apakah harga beras jagung lebih murah daripada beras padi? Jawabannya belum tentu. Bahkan beras jagung lebih mahal daripada beras padi.
Itu realita di Kota Kupang, NTT. Provinsi yang mengklaim diri sebagai Provinsi Jagung ini, memperdagangkan jagung giling atau beras jagung dengan harga yang lebih mahal.
Di Pasar Kasih, Naikoten Kota Kupang, harga beras jagung saat ini adalah Rp20.000 per kg.
Sementara beras berkualitas sekitar Rp16.000/kg. Bahkan masih bisa mendapatkan beras di pasar dengan harga Rp11.000/kg.
Di pasar-pasar lain di Kota Kupang dan daerah lain di NTT pun sama. Harga beras jagung lebih mahal daripada beras padi.
Dari aspek harga, tampaknya nasi jagung di NTT bisa jadi sulit diimplementasikan. Sebab harga beras berkualitas saja tak sampai Rp20.000 per kg.
Jadi dari aspek gizi dan diversifikasi pangan lokal, bisa diterima. Tetapi jika menyasar aspek harga, maka sudah tentu tidak dapat diterima.
Anak zaman now kurang suka nasi jagung
Kebiasaan mengonsumsi sesuatu sejak kecil, berpengaruh juga pada anak-anak. Karena sudah terbiasa makan nasi dari beras padi, rasanya aneh ketika dicampur dengan beras jagung.
Kecenderungan sekarang, anak-anak kurang suka apabila beras jagung dan beras padi dicampur dan ditanak menjadi nasi-jagung.
Padahal, rasanya enak lho! Bahkan beras jagung 100 persen pun tetap enak dimakan.
Nah, agar program makan bergizi gratis untuk anak sekolah berjalan seiring dengan promosi pangan lokal.
Karena itu, sebaiknya pangan lokal pun dimasukkan dalam mata pelajaran muatan lokal (mulok) dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5.
Anak-anak diajarkan untuk mencintai pangan lokal dengan cara mengonsumsinya. Tak hanya di rumah, tetapi di sekolah pun diajarkan.
Dengan demikian, program makan bergizi gratis di sekolah dapat berjalan seiring dengan pengenalan pangan lokal.
Diversifikasi pangan pun tercapai dan anak-anak dapat belajar mengenai kandungan gizi yang ada di dalam setiap menu makanan.
Referensi:
https://www.youtube.com/watch?v=0gK-VO0ODFM