Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Dalam tradisi orang Timor, penutur atau Natonis tidak sembarang orang. Mereka adalah orang pilihan dan mampu membawakan tutur adat dengan baik.
Materi Natoni, biasanya disesuaikan dengan upacara yang ada. Tutur dan bahasa Natoni terkait dengan kematian, pernikahan, atau penyambutan tamu agung tidak sama.
Untuk acara-acara besar dan sakral, Natoni disampaikan oleh pemuka adat, atau orang terdekat dari raja.
Ia akan didampingi oleh tetua pilihan yang bertugas untuk menyambung kata-kata yang diucapkan oleh penutur yang biasanya hanya satu atau dua kata.
Kata-kata yang diucapkan merupakan pilihan kata yang dirangkai dalam kalimat yang indah.
Kata-kata ucapan sering merupakan persamaan, perpaduan, atau lawan kata.
Persamaan, misalnya: manikin ma oetenen (tentang kesejukan), atau in toba ma in tafa (mengenai rakyatnya).
Perpaduan kata, misalnya: Uiskini ma amkini (Uiskini untuk bangsawan) dan amkini (untuk para suku besar).
Lawan kata: Neno tunan (langit/surga) ma pah pinan (tanah/dunia).
Setelah Natoni, Monsignor dikalungkan tenun ikat Timor.
Selanjutnya dipersilakan untuk memasuki Gereja Katolik Santu Matias Rasul Tofa untuk memimpin Misa hingga selesai.***