Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Umat Paroki Santu Matias Rasul Tofa, Keuskupan Agung Kupang merasa bersyukur dan semakin bergembira di Hari Natal 2024.
Pasalnya, mereka mendapatkan kunjungan perdana dari sang gembala, YM Uskup Agung Kupang, Mgr. Hieronimus Pakaenoni, Pr bertepatan dalam suasaan Natal 2024.
Kunjungan tersebut bertepatan dengan Natal Hari kedua, 26 Desember 2024 yang juga diperingati sebagai pesta Santu Stefanus, martir pertama dalam Gereja Katolik.
YM Mgr. Hieronimus Pakaenoni, Pr. juga berkenan untuk memimpin misa kudus dengan persembahan lagu-lagu dari anak-anak Serikat Kepausan Anak-anak Misioner (SEKAMI) Paroki St Matias Rasul Tofa pada pukul 08.00 Wita hingga selesai.
Selanjutnya, Monsignor mengikuti perjamuan sederhana yang telah dipersiapkan oleh Pastor Paroki bersama dengan umat di halaman depan Gereja.
Kunjungan perdana YM Uskup Agung Kupang, Mgr. Hieronimus Pakaenoni, Pr. disambut dengan Natoni oleh Bapak Fictorianus Neno, didampingi beberapa orang tua.
Natoni merupakan tradisi lisan dari masyarakat Atoni Timor yang diwariskan secara turun-temurun.
Natoni biasa dilakukan dengan menyampaikan kata pilihan berupa syair yang diungkapkan dalam bahasa daerah Atoni Timor, yaitu bahasa Dawan.
Biasa dilakukan dalam berbagai kegiatan sakral dan perayaan-perayaan. Misalnya pernikahan, membangun rumah, membuka kebun, atau kematian.
Natoni juga biasa dilakukan ketika menyambut kedatangan tamu agung di halaman rumah. Ini semacam ucapan terima kasih dan selamat datang bagi tamu agung sebelum dipersilakan masuk, duduk dan disuguhi sirih pinang.
Dalam tradisi orang Timor, penutur atau Natonis tidak sembarang orang. Mereka adalah orang pilihan dan mampu membawakan tutur adat dengan baik.
Materi Natoni, biasanya disesuaikan dengan upacara yang ada. Tutur dan bahasa Natoni terkait dengan kematian, pernikahan, atau penyambutan tamu agung tidak sama.
Untuk acara-acara besar dan sakral, Natoni disampaikan oleh pemuka adat, atau orang terdekat dari raja.
Ia akan didampingi oleh tetua pilihan yang bertugas untuk menyambung kata-kata yang diucapkan oleh penutur yang biasanya hanya satu atau dua kata.
Kata-kata yang diucapkan merupakan pilihan kata yang dirangkai dalam kalimat yang indah.
Kata-kata ucapan sering merupakan persamaan, perpaduan, atau lawan kata.
Persamaan, misalnya: manikin ma oetenen (tentang kesejukan), atau in toba ma in tafa (mengenai rakyatnya).
Perpaduan kata, misalnya: Uiskini ma amkini (Uiskini untuk bangsawan) dan amkini (untuk para suku besar).
Lawan kata: Neno tunan (langit/surga) ma pah pinan (tanah/dunia).
Setelah Natoni, Monsignor dikalungkan tenun ikat Timor.
Selanjutnya dipersilakan untuk memasuki Gereja Katolik Santu Matias Rasul Tofa untuk memimpin Misa hingga selesai.***