Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=uHFOQhVs2SI
Ada banyak pilihan tanaman utama dan tumpang sari, apabila petani melakukan sistem pertanian polikultur alias lebih dari satu tanaman di dalam satu areal perkebunan.
Namanya perkebunan rakyat, jarang ada yang melakukan praktik kebun monokultur yang mana hanya mengusahakan satu jenis komoditas saja.
Petani lebih suka menjalankan sistem pertanian polikultur karena dari aspek ketahanan, lebih terjamin daripada hanya mengusahakan satu tanaman saja.
Para petani di salah satu kampung yang ada di Kabupaten Way Kanan, Lampung juga melakukan hal yang sama. Biasanya ada tanaman utama yang diandalkan dalam kebun sebagai sumber pendapatan utama keluarga.
Tanaman perkebunan yang diusahakan petani di sana berupa karet, lada, kopi, dan sawit. Beberapa petani, menjadikan dua tanaman utama sekaligus.
Karet dan kopi, atau kopi dan lada. Jarang ada yang menanam komoditas perkebunan ini bersama-sama dengan kelapa sawit.
Jika perkebunan biasa menggunakan tanaman penutup tanah (cover crop) berupa legume merambat, maka di perkebunan petani tidaklah demikian.
Mereka lebih memilih untuk memanfaatkan lahan di bawah tanaman kebun utama dengan menanam beberapa jenis tanaman yang masih bisa menghasilkan walaupun kurang cahaya.
Tanaman yang sering ditumpangsarikan di kebun kopi, lada, karet, dan sawit paling sering ditemukan adalah kunyit, jahe, lengkuas, dan kencur.