Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.
Sumber: https://www.youtube.com/@gnafanu
Salah satu bahan diskusi dalam kegiatan Farmer Field School (FFS) sebelum panen kopi tahun ini adalah terkait dengan persiapan panen dan kegiatan panen.
Salah satu kelompok kecil yang menjalani diskusi dan kegiatan di kebun kopi, sekali per minggu adalah kelompok petani kopi Talang Mansur, Dusun Semoga Jaya, Kampung Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung.
Para petani yang beranggota 5 orang ini mengikuti program Farmer Field School dengan pembahasan topik yang berbeda-beda, mulai dari Good Agricultural Practices, Panen dan Pasca Panen, hingga Marketing and Market Strategy.
Materi yang disampaikan, tidaklah berat tetapi berbasis pada sharing pengalaman petani kemudian menyepakati bersama praktik terbaik apa yang dapat dikerjakan di kebun.
Petani kopi dapat memperoleh berbagai manfaat dari panen petik merah dibandingkan dengan panen asalan, atau petani menamakannya sebagai panen rampok.
Disebut panen rampok karena buah merah, kuning, dan hijau yang masih muda dipanen sekaligus dalam suatu waktu. Tidak berlaku sistem panen selektif yang mana hanya mengambil buah kopi kuning dan merah.
Dari diskusi bersama petani dalam Farmer Field School di kebun salah seorang anggota, para petani sepakat bahwa setidaknya ada 7 manfaat petik merah buah kopi.
Kopi yang dipanen saat buahnya benar-benar matang (petik merah) umumnya memiliki rasa yang lebih kaya, aroma yang lebih kuat, dan keasaman yang seimbang. Hal ini membuatnya lebih diminati di pasaran.
Petik merah buah kopi membuat kualitasnya lebih tinggi. Karena itu, kopi petik merah cenderung memiliki harga jual yang lebih baik dibandingkan dengan kopi yang dipanen asalan alis panen rampok.