Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Relawan

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Video Artikel Utama

Menapaktilasi Tradisi Batanjungan Subuh di Kota Muara Teweh Lama

20 Maret 2024   18:55 Diperbarui: 23 Maret 2024   01:05 2968 14 1


Muara Teweh lama atau kota tua adalah cikal bakal kota muara Teweh sekarang. Yang saya maksud kota tua adalah bagian kota yang berada si daerah pinggir sungai.

Tiga puluh tahun yang lalu di bulan Ramadan setelah shalat subuh jalanan ramai oleh pejalan kaki, bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak memadati jalan raya "batanjungan subuh" - bahasa Bakumpai- atau jalan-jalan subuh berjalan kaki.

Bagaimana keadaan kota tua Muara Teweh di waktu subuh? Kami sekeluarga menapaktilasi kota Muara Teweh lama tepat setelah subuh dengan menggunakan mobil karena kami tidak lagi tinggal di daerah Muara Teweh pinggir Sungai Barito.

Setelah berputar-putar mengelilingi Muara Teweh di subuh hari, sambil mengenalkan Kota Muara Teweh lama kepada anak, kami menyimpulkan bahwa tradisi Batanjungan Subuh sudah tidak ada lagi.

Dahulu di Muara Teweh bagian bawah, menyimpan kisah perjuangan - Tugu Proklamasi di pembacanya adalah A.M Sengaji.yang namanya menjadi jalan di kota lama Muara Teweh. 

Di sini kantor Pemerintahan, Kepolisian, pasar tentara, rumah sakit, bank dan tentu saja pasar berdiri. sekarang yang tersisa hanya kantor polres Barito Utara.

Punahnya tradisi Batanjungan Subuh juga terjadi karena mobilisasi penduduk ke bagian atas kota karena seringnya terjadi kebakaran.  Rumah-rumah di Muara Teweh lama biasanya berbentuk.panggung dan terbuat dari kayu.

Sekarang banyak yang berganti menjadi toko atau rumah toko berbahan beton yang bebas dari api. Banyak juga yang menjual rumahnya kemudian pindah merantau atau pindah ke Muara Teweh bagian atas membangun rumah baru.

Toko dan ruko melengkapi pasar pasar yang ada di Muara teweh lama menciptakan kota Muara Teweh lama.sebagai pusat perekonomian masyarakat. Pasar Pendopo dan Pasar Ipu masih hidup sampai sekarang.

Sebagai pusat bisnis Muara Teweh lama tidak  dapat membendung kedatangan penduduk dari luar/pendatang. Keadaan yang saling silang meyilang mendukung hilangnya tradisi batanjungan subuh. 

Berbeda dengan keadaan kami 30 tahun lalu, dimana tetangga sangat saling mengenal dan banyak yang terikat tali saudara.

Selain perkembangan kota, perkembangan transportasi juga berpengaruh. Banyaknya sepeda motor mengubah cara masyarakat memhabiskan waktunya setelah subuh. Keadaan yang sempat menimbulkan tradisi negatif balap motor liar di jalan raya.

Terakhir, ketika kami menapaktilasi jalan dimana tradisi  Batanjungan  Subuh, kamj sempat melewati beberapa mesjid. Jamaah mesjid tampaknya tidak langsung keluar jalan-jalan selesai shalat subuh.

Sepuluh tahun terakhir mesjid tampaknya memulai tradisi baru yang positif, banyak pengajian dilakukan setelah subuh sampai waktu syuruq. Jadi kalo pun ada yang keluar setelah subuh paling anak muda remaja saja.

Terakhir, gawai atau handphone, pasti banyak anak-anak sekarang yang menggunakan hape mengisi waktunya setelah selesai subuh. Daripada capek-capek jalan-jalan lebih baik berbaring di tempat tidur sambil main mobile legend atau Call of Duty (COD).

Main betong di mesjid Pink- Nurul Yamin Jln Pendreh Muara Teweh/Sumber foto : Ig Infomtw
Main betong di mesjid Pink- Nurul Yamin Jln Pendreh Muara Teweh/Sumber foto : Ig Infomtw

Beberapa tradisi lain misalnya main betong masih sulit temukan demikian juga selikuran dengan memasang lampu penerangan di depan rumah masing masing belum waktunya, biasanya di sepuluh hari terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2