Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Video | Iwan Fals Sukses Membunuh Waktu

6 Maret 2020   17:39 Diperbarui: 6 Maret 2020   17:50 553 3 0

Iwan Fals dengan puisi karya Radhar Panca Dahana, menggugat kesadaran kita tentang waktu, tentang hari akhir. Foto: isson khairul
Iwan Fals dengan puisi karya Radhar Panca Dahana, menggugat kesadaran kita tentang waktu, tentang hari akhir. Foto: isson khairul

wahai aku / yang bukan aku / yang sukses membunuh waktu
dan selesai menjadi batu

Iwan Fals menyanyikannya dengan penuh tenaga. Bagi saya, Iwan Fals sesungguhnya bukan sedang menyanyi. Bukan sedang menghibur. Ia sebenarnya sedang menggugat. Menggugat kesadaran diri, juga menggugat kesadaran orang lain. Kenapa? Karena waktu adalah hal yang tak terbantahkan. Tiap orang di muka bumi, berhak atas durasi waktu yang sama: 24 jam per hari. Tapi, sebagian orang melambung ke langit, sebagian lagi terhempas ke bumi.

Kenapa? Karena, hanya sedikit orang yang sungguh-sungguh mengelola waktu. Yang lebih banyak adalah mereka yang menyia-nyiakan waktu. Yang membuang-buang waktu. Padahal, waktu tak terbantahkan. Tak bisa diulang. Tak bisa dimundurkan. Tak bisa dimajukan. Waktu sangat presisi. Satu detik terbuang, maka kita tak kan mampu memungut satu detik yang sama, pada waktu berikutnya. Satu detik yang terbuang tersebut, ya akan terbuang selamanya.

adakah kita akan bertemu
saat Ia datang bertamu
dan hidup tak lagi tentu?

Dengan perih, Iwan Fals menggugah kita, menggugah kesadaran kita. Ia sebagai Sang Khalik, bisa datang bertamu kapan saja yang Ia inginkan. Sang Khalik bisa menjemput kita kapan saja, di mana saja, dan dalam kondisi apa pun. Tak ada kekuatan yang lebih dahsyat, dari kekuatan-Nya. Maka, tak akan ada suatu apa pun yang mampu menghalangi kehendak-Nya. Karena itu, bersujudlah kepada-Nya, sebelum Ia datang bertamu, menjemput kita dari bumi yang fana ini.

Atas dasar semua itulah, makanya saya menyebut bahwa Iwan Fals sesungguhnya bukan sedang menyanyi. Bukan sedang menghibur. Ia sebenarnya sedang menggugat ketaatan kita pada-Nya. Bait-bait gugatan Iwan Fals itu adalah puisi karya budayawan Radhar Panca Dahana. Duet dua kekuatan, dari Iwan Fals dan Radhar Panca Dahana, membius ratusan penonton di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu (19/02/2020) malam.

Video ini berasal dari pertunjukan malam itu. Iwan Fals membawakan beberapa puisi karya Radhar Panca Dahana, yang secara keseluruhan merupakan pentas kreatif Teater Kosong, yang bertajuk LaluKau, yang sekaligus disutradarai oleh Radhar Panca Dahana. LaluKau adalah judul buku kumpulan puisi Radhar Panca Dahana yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2020.

Ini selengkapnya puisi Kau yang Kosong 1 tersebut:

pernahkah mataku melihatmu
saat cahaya tak lagi terang
dan tubuh tak lagi halang?
lalu kupeluk semua semestamu
tanpa rasa sedih juga girang
hingga segala tentangmu hilang

wahai aku ...
yang bukan aku
yang sukses membunuh waktu
dan selesai menjadi batu
adakah kita akan bertemu
saat Ia datang bertamu
dan hidup tak lagi tentu?

aku memeluk yang tak terpeluk
habis dipeluk yang maha Peluk
segala tunduk langit pun takluk
di mata yang bolong
di keabadian kosong
diKau yang kosong