Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Dalam perbincangan pada Selasa, 6 Februari 2024 itu, penyair Arief Joko Wicaksono menyampaikan sejumlah catatan tentang keberadaan Taufiq Ismail sebagai tonggak sastra penting Indonesia. Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan, Jawa Tengah.
Mengacu kepada tahun berkaryanya, Taufiq Ismail adalah tokoh sastrawan Angkatan 66. Itu adalah periode sastra yang pertama kali dicetuskan oleh HB Jassin pada tahun 1966. Salah satu karya Taufiq Ismail yang ia tulis pada 1966 adalah Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini.
Petikan sajak Taufiq Ismail tersebut, tentu saja masih relevan hingga kini, meski ia tulis tahun 1966. Selain menggelorakan daya juang, sajak itu sekaligus memotivasi untuk meraih hari depan yang lebih baik. Sajak itu selalu dibacakan di berbagai kesempatan, tiap kali peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Penyair Arief Joko Wicaksono, yang juga merupakan dosen Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), menunjukkan sejumlah buku karya Taufiq Ismail, yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. "Taufiq Ismail bukan hanya tonggak sastra nasional, tapi sosok dan karyanya sudah mendunia," ujar Arief lebih lanjut.
Selain itu, tema-tema yang digarap Taufiq Ismail dalam karyanya, sangat beragam. "Keragaman tema dalam sajaknya, sangat lengkap. Daya jelajahnya sangat luas, dengan mengusung makna yang komprehensif," ungkap Arief sembari menunjukkan buku-buku tebal karya Taufiq Ismail.
Jakarta pada 22 Juni 2024 mendatang, akan berusia 497 tahun. Taufiq Ismail pada 25 Juni 2024 nanti, berusia 89 tahun. Boleh jadi, Taufiq Ismail adalah tokoh penyair kita yang tertua saat ini, yang masih hidup. Lebih dari dua per tiga usianya, ia dedikasikan untuk ranah kepenyairan.
Satu hal yang belum tergantikan hingga kini, adalah majalah sastra Horison. Media sastra yang menjadi acuan perkembangan sastra di Indonesia itu didirikan Taufiq Ismail pada tahun 1966, bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arif Budiman.
Maka, sangatlah patut, pemerintah -dalam hal ini Dinas Kebudayaan- memberikan Anugerah Sastra kepada Taufiq Ismail. Sebelumnya, pada Sabtu, 24 Juni 2023, Iwan Wardhana selaku Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, memberikan Anugerah Sastra kepada Sutardji Calzoum Bachri.
Komunitas yang menjadi penyelenggara acara tersebut adalah Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI). Komunitas TISI ini pula yang dipercaya oleh Iwan Wardhana untuk menggelar Peringatan Satu Abad Chairil Anwar, pada tahun 2022 lalu.
Peringatan Satu Abad Chairil Anwar tersebut, berlangsung sekitar 6 bulan, sejak 4 Februari 2022 hingga Selasa, 26 Juli 2022. Acara puncak digelar di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Acara Anugerah Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachri, berlangsung 5 bulan, digelar sejak Selasa, 31 Januari 2023 hingga Sabtu, 24 Juni 2023. Acara puncak digelar di Teater Kecil, TIM.
Octavianus Masheka dan Komunitas TISI mengharapkan dukungan dari para pihak yang relevan, khususnya dari Keluarga Besar Taufiq Ismail, Iwan Henry Wardhana selaku Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, dan Firmansyah, Kepala Dispusip DKI Jakarta.
Persiapan terus dilakukan. Rencana kian dimatangkan.
Jakarta, 8 Februari 2024