Isson Khairul
Isson Khairul Jurnalis

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Video

Tony Wenas: Saingi K-Pop, Mimpi Terbesar Musik Indonesia

10 Maret 2024   22:10 Diperbarui: 10 Maret 2024   22:15 800 2 0

Setidaknya, ada tiga stakeholder yang harus bersinergi untuk meningkatkan daya saing terhadap dominasi K-Pop di Indonesia, yaitu para musisi, organisasi musisi, dan pemerintah. Sejauh ini, program para pihak tersebut belum sepenuhnya terintegrasi, hingga belum cukup ampuh untuk menghadapi serbuan K-Pop ke tanah air.

Harus Sukses Seperti K-Pop

Tony Wenas menyadari, dibanding Singapura, Malaysia, dan Filipina misalnya, industri musik Indonesia masih yang terdepan. Dengan potensi musisi Indonesia yang luar biasa, peluang untuk memasuki kancah internasional, sesungguhnya sangat terbuka. Apalagi di era digital kini, dengan tersedianya beragam digital platform, ruang untuk mengembangkan strategi marketing makin terbuka.

"Sinergi dan integrasi antar stakeholder, sangat diperlukan," ungkap Tony Wenas lebih lanjut. Dengan kata lain, musisi, organisasi musisi, dan pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri untuk menjangkau pasar internasional, international audience. Talenta yang bagus saja, tidak cukup untuk menembus dunia.

Pada Kamis, 9 Maret 2017 lalu, bertepatan dengan Hari Musik Nasional 2017, Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah musisi ke Istana Negara Jakarta. Di kesempatan tersebut, Jokowi menceritakan percakapannya dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, ketika ia berkunjung ke sana tahun 2016.

Ternyata, Korea Selatan membutuhkan waktu sekitar 13 tahun untuk menyiapkan K-Pop sebagai diplomasi antar bangsa dengan musik, diplomasi dengan budaya. Artinya, yang dibutuhkan bukan hanya waktu dan sumber daya manusia, tapi juga dana yang sangat besar.

Sebagai perbandingan, di tahun 2023, pemerintah Korea Selatan mengalokasikan dana sekitar 790 miliar won, setara Rp 9,6 triliun, untuk meningkatkan ekspor konten budaya Korea ke penjuru dunia. Itu untuk anggaran 1 tahun. Alangkah besarnya dana yang dialokasikan, jika dikorelasikan dengan 13 tahun masa untuk menyiapkan K-Pop.

Hasilnya pun tak tanggung-tanggung. Pada tahun 2021 misalnya, nilai ekspor konten budaya Korea mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, sebesar 12,4 miliar dolar Amerika Serikat. Setara dengan Rp 193 triliun. Di Hari Musik Nasional tahun 2017 tersebut, Presiden Joko Widodo mengungkapkan keinginannya, agar industri musik Indonesia bisa sesukses K-Pop.

"Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, untuk membawa karya para musisi Indonesia ke international audience," tutur Tony Wenas, yang optimis dengan perkembangan musik di tanah air.

Jakarta, 10 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2