Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Sekali lagi, saya bangga dengan anak-anak tersebut. Mereka bukanlah anak-anak yang merengek-rengek minta ini-itu kepada orang tua. Mereka menyadari, orangtua mereka bukanlah orang kaya. Dari percakapan dengan beberapa orang, mereka mengaku uang jajan mereka sehari-hari hanya pas-pasan.
Nah, ketika musim hujan tiba, makanya mereka memanfaatkan momentum tersebut secara maksimal. Mereka riang-gembira menyambut hujan. Itu adalah peluang untuk meraih pendapatan. Meski beberapa hari berturut-turut berhujan-hujan menyewakan payung, mereka mengaku baik-baik saja. Tidak flu, juga tidak demam.
Di satu sisi, mungkin kegiatan itu mereka lakukan karena terpaksa. Dipaksa oleh keadaan ekonomi. Di sisi lain, mereka secara real telah belajar menghadapi kehidupan secara nyata. Mereka menemukan solusi jangka pendek untuk mengatasi tekanan ekonomi. Dan, secara mental, itu sangat berharga bagi mereka untuk jangka panjang.
Boleh jadi, mereka akan menjadi bagian dari generasi yang kelak tidak pilih-pilih pekerjaan. Tidak gengsi melakukan pekerjaan ini-itu. Dan, siap mental menghadapi kondisi yang sulit. Tidak gampang menyerah. Tidak cepat putus asa. Serta, memiliki rasa percaya diri yang kuat.
Potongan lirik dari Kelompok Kampungan itu, menyembul dalam ingatan. Anak-anak itu tidak ambruk secara mental, meski mereka hidup di batas garis kemiskinan. Mereka bertolak pinggang menghadapi nasib, bukan bermaksud pongah. Mereka justru penuh percaya diri menghadapi, meski mungkin nasib mereka belum tentu berubah.
Dari spirit hidup mereka yang militan, saya belajar banyak tentang artinya kepedulian. Mencermati anak-anak itu, memandang arus air yang menderas di aspal jalanan, saya menggumamkan sajak WS Rendra:
Jakarta, 13 Januari 2025