Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.
Syaefuloh Hidayat sepakat untuk menggelar event literasi dan sastra, dengan skala yang besar. Melibatkan banyak komunitas, juga komunitas di berbagai sekolah dan kampus. Brainstorming sudah dilakukan, sebagai pijakan awal untuk menggulirkannya.
Tamu Istimewa di Awal Kepemimpinan
Syaefuloh Hidayat adalah sosok yang antusias. Ia enjoy ngariung lebih dari 2 jam dengan para seniman sastra, sekaligus pegiat literasi. "Suasananya akrab dan menyenangkan. Saya senang," ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta tersebut.
Di pekan pertama menjabat sebagai Kepala Dispusip, ia kedatangan dua tamu istimewa. Pertama, Veronica Tan, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Kedua, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI.
Ketiga sosok itu berbincang penuh semangat dan saling bertukar gagasan untuk mengembangkan literasi di DKI Jakarta. Kita tahu, Jakarta adalah Kota Sastra Dunia (City of Literature), sebagaimana ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Adalah Octavianus Masheka selaku Ketua Umum Komunitas Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), yang mempertemukan ketiga sosok tersebut. Pada Selasa, 24 Desember 2024 lalu itu, Komunitas TISI secara resmi me-launching buku antologi puisi Membaca Ibu: Ibu, Aku Anakmu. Acara itu digelar di aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Dalam hal ini, Syaefuloh Hidayat dan Octavianus Masheka adalah tuan rumah untuk gelaran tersebut. "Sebagai Kepala Dispusip, saya berterima kasih kepada gerakan literasi dan sastra yang telah dan terus dilakukan Komunitas TISI. Di buku antologi ini, ada 96 penyair dari berbagai wilayah tanah air yang dirangkul komunitas ini. Aktivitas yang sangat membanggakan," ujar Syaefuloh Hidayat saat membuka acara.
Dalam konteks pengembangan literasi dan sastra di Jakarta, ia meyakini, Dispusip tentulah harus berkolaborasi secara intensif dengan berbagai komunitas literasi dan sastra. Dengan demikian, gerakan tersebut akan menjangkau semakin banyak lapisan masyarakat. Karena, keberadaan komunitas sesungguhnya mencerminkan keragaman yang ada di masyarakat.
Dari Jakarta untuk Indonesia
Octavianus Masheka mengungkapkan, saat ini, anggota Komunitas TISI lebih dari 1.000 pegiat sastra. Mereka tersebar di berbagai wilayah tanah air. "Karena komunitas ini kantor pusatnya di Jakarta, maka apa yang dilakukan TISI bukan hanya untuk warga Jakarta. Tapi, ini adalah gerakan komunitas literasi dan sastra di Jakarta, yang turut menggerakan berbagai komunitas di seluruh Indonesia," ungkap Octavianus Masheka.
Hal itu dilakukan secara intens. Buku antologi puisi Membaca Ibu: Ibu, Aku Anakmu ini merupakan buku ke-13 yang sudah diterbitkan komunitas tersebut. Dengan demikian, sudah ratusan pegiat literasi dan sastra dari ratusan komunitas, yang telah menjadi bagian dari aktivitas Komunitas TISI.
Kolaborasi itu bukan hanya diwujudkan dalam penerbitan buku, tapi juga di berbagai kegiatan sastra yang diselenggarakan Komunitas TISI. Antara lain, Peringatan Satu Abad Chairil Anwar tahun 2022, Anugerah Sastra dan Kebudayaan 2023 untuk Sutardji Calzoum Bachri, dan Anugerah Sastra dan Kebudayaan 2024 untuk Taufiq Ismail.
Durasi di masing-masing event tersebut berlangsung sekitar 4 bulan. Karena itulah, persiapan dilakukan jauh-jauh hari, dan berkolaborasi dengan para pihak. Antara lain, dengan para mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ).
Octavianus Masheka menuturkan, di berbagai aktivitas tersebut, Komunitas TISI selalu menggandeng Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta. "Mencermati antusiasme Pak Syaefuloh Hidayat, saya berharap di masa kepemimpinan beliau, Komunitas TISI bisa berkolaborasi lebih intensif dibanding yang sudah berjalan selama ini," lanjut Octavianus Masheka.
Seperti gayung bersambut, seusai acara launching buku, Syaefuloh Hidayat mengajak Komunitas TISI untuk brainstorming di ruang kerjanya di PDS HB Jassin. Di momen itu, Isson Khairul yang mewakili Komunitas TISI, antara lain mengusulkan, digelar Festival Literasi dan Sastra, yang melibatkan banyak komunitas.
Termasuk, komunitas literasi dan sastra yang ada di berbagai sekolah dan kampus. Itu akan menjadi wujud nyata, bagaimana Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta merangkul serta mengayomi beragam komunitas lintas segmen. Melalui festival tersebut, Dispusip bisa memetakan secara aktual gerakan literasi dan sastra di DKI Jakarta.
Syaefuloh Hidayat menyambut positif gagasan tersebut. "Kita memang perlu menggelar event literasi dan sastra, dengan skala yang besar. Dengan begitu, jangkauannya akan lebih luas dan lebih intens," ujar Syaefuloh Hidayat lebih lanjut.
Jakarta, 15 Januari 2025