Melihat Cak Sulabi begitu serius, iseng kuajak bicara.
"Dari Madura jam berapa Cak?" Tanyaku.
"Hahaha...!" Cak Sulabi tertawa ala Madura(kaya apa ya, kira-kira. Hihihi..)
"Sampeyan ...lucu!
"Lha katanya Sate Madura!" Kataku pura-pura bodoh.
"Saya kost di Pucang Sawit. Kalau nyorong-nyorong gerobak dari Madura, berapa bulan baru sampai Solo. Kata Cak Sulabi dengan logat Madura nya. "Hahaha..!" Dia ketawa lagi.
"Hahaha...saya ikut ketawa sambil meringis. Duh, untung piring lontongku kupegang. Sepertinya saat tertawa terjadi hujan lebat muncrat ke atas pincuk-pincuk berisi lontong. Eh...
Aroma sate begitu menggoda. Cak Sulabi trampil membakar sate, sehingga 6 porsi sate cepat tersedia dan siap.
"Nih, yang 11 tusuk buat sampeyan!" Kata Cak Sulabi mengejutkanku.
"Walah .. terima kasih sekali Cak. Dikasih bonus. Meski cuma setusuk. Eh .dibonusin kok malah ngelunjak.