Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Administrasi

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Video Pilihan

Sepenggal Kisah Sate Madura di Rumah Kost

20 Juni 2024   13:19 Diperbarui: 20 Juni 2024   13:37 1784 40 20

Penjual sate Madura (dokpri)
Penjual sate Madura (dokpri)

"Kricik...kricik...kricik...!" Suara mencekam menembus malam itu dulu membuatku takut. Berasa berada di dunia lain. Apalagi sebagai mahasiswi baru dan di rumah kost masih sendiri. Cuma berdua dengan Ida yang ada di lantai atas. Duh...katrok banget deh aku. 

Tapi itu cerita awal masuk kuliah, saat penghuni kost-kostan belum pada balik ke kost, dan mahasiswa baru sedang menjalani opspek. Aku begitu ketakutan mendengar suara gerobak sate Madura dengan diiringi suara khasnya.

"Laparrr...!" Tiwuk yang kamarnya di lantai atas turun ke bawah sambil memegangi perutnya. Padahal sehabis ashar kami tadi sudah beli nasi bungkus di warung metal.

"Mbak, laper!" Bestie ku yang satu ini cocok denganku karena makannya banyak. Cuma Tiwuk tetap langsing meski makan banyak. Kalau aku sudah bongsor dari orok. Eh...

Jadilah kita nungguin sate Madura yang suaranya terdengar sayup-sayup, tapi makin lama makin keras, pertanda semakin mendekat. Aku dan Tiwuk bergegas keluar.

"Te...sate...!" Aku dan Tiwuk berteriak iseng.

"Dek..nitip!" Mbak Tuti ikut nitip.

"Aku juga!" Mbak Ning ikutan juga.

Mbak Yayuk dan Mbak Lilik ikut nitip. Akhirnya kita panggil saja penjualnya ke depan kost.

"Pak...te sate Pak!" Teriakku saat gerobak penjual sate mulai mendekat, terlihat samar dalam lampu jalan dan pepohon yang meremang.

Ternyata gerobaknya jalan sendiri, sementara terlihat kepala berpeci tanpa tubuh melayang mengikut gerobak. Eh ..bercanda. hahaha ...

"Satenya berapa porsi?" Tanya Cak penjualnya.

"Enam, Pak!" Jawabku.

"Mbak, aku ke atas dulu. Mau ambil buku. Nanti kalau sudah selesai aku dipanggil, ya!" Tiwuk pamit padaku. Wah, alamat aku yang harus nungguin sate nih. Soalnya yang lain pasti sudah pakai kostum tidur. Nggak bakalan berani keluar kost.

Penjualnya segera mengambil pincukan yang dipergunakan untuk tempat sate. Kemudian menghitung tusuk sate yang harus dibakar.

"Pak, aku pakai piring saja ya. Bentar tak ambilin!" Kataku sambil lari ke dapur kost.

Dalam sekejap aku sudah kembali ke tukang sate.

"Ini punyaku kupegang saja piringnya ya, Pak. Kayaknya tempatnya nggak cukup!" Kataku melihat pincuk yang berjajar sudah ada 5, memenuhi meja gerobak.

"Sini lontong nya kuiris sendiri saja, Pak!" Kuminta lontong dan pisau dari tangan penjual sate .

"Semua 6 porsi, ya?" Tanya penjual sate. Akhirnya kita berkenalan. Cieee....

Panggil saja namanya Cak Sulabi. Cak Sul nama pendek nya.

Penjual sate Madura (dokpri)
Penjual sate Madura (dokpri)

Melihat Cak Sulabi begitu serius, iseng kuajak bicara.

"Dari Madura jam berapa Cak?" Tanyaku.

"Hahaha...!" Cak Sulabi tertawa ala Madura(kaya apa ya, kira-kira. Hihihi..)

"Sampeyan ...lucu! 

"Lha katanya Sate Madura!" Kataku pura-pura bodoh.

"Saya kost di Pucang Sawit. Kalau nyorong-nyorong gerobak dari Madura, berapa bulan baru sampai Solo. Kata Cak Sulabi dengan logat Madura nya. "Hahaha..!" Dia ketawa lagi.

"Hahaha...saya ikut  ketawa sambil meringis. Duh, untung piring lontongku kupegang. Sepertinya saat tertawa terjadi hujan lebat muncrat ke atas pincuk-pincuk berisi lontong. Eh...

Aroma sate begitu menggoda. Cak Sulabi trampil membakar sate, sehingga 6 porsi sate cepat tersedia dan siap.

"Nih, yang 11 tusuk buat sampeyan!" Kata Cak Sulabi mengejutkanku.

"Walah .. terima kasih sekali Cak. Dikasih bonus. Meski cuma setusuk. Eh .dibonusin kok malah ngelunjak.

"Te..satenya sudah jadi..!"

Kubawa masuk ke kost, sate pesanan Tiwuk dan para Mbak kostku.

"Pelan-pelan, nanti tumpah!" Cak Sulabi ikut membawakan pincuk-pincuk sate dan menaruhnya di meja ruang tamu.

Tak lama, suara kricik-kricik gerobak sate Cak Sulabi terdengar menjauh dan hilang ditelan angin malam.

Mbak kostku berdatangan mengambil pesanan satenya masing-masing. Kami berkumpul di ruang tamu menikmati sate Madura dengan lahap.

"Mbak, punyaku dikasih 11 sama Cak Sulabi!" Kataku.

"Cak Sulabi, siapa?"

"Cak Sulabi itu yang jual sate," kataku.

"Hayo..ngerayu ya, Mbak."kata Tiwuk.

"Enggak...tahunya dikasih 11 juga sudah belakangan," lanjutku.

"Cuma tadi ..!"

"Tadi ngapain? Hayoo...!" Kata Mbak Yayuk.

"Hayoo...bahaya nih. Naksir Cak Sulabi ya, Dek!"

"Enggak..! Tapi tadi kuajak ngobrol. Terus ngakak -ngakak!"

"Terus...?"

"Terus Cak Sulabi muncrat-muncrat ketawanya ke atas pincukkk....!" Aku langsung kabur ke kamarku dan mengunci dari dalam.

"Dek....!

"Dek...!!!

"Dug.. der..bluk..gubrak!!!

Mbak Kostku rame-rame melempar ku dengan bantal kursi. Tapi aku sudah aman di kamar yang terkunci sambil menikmati sate yang bebas polusi. Hihihi....

Sejak saat itu kalau beli sate Madura aku dikarantina, tidak boleh mengajak ngobrol penjual nya. Hahaha...

Kisah ini sudah kubuat video nya lho. Yuk simak bareng-bareng.

Sumber : YouTube @Isti Yogiswandani channel 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6