Pak Sumadi mengisahkan, di samping saat itu hanya sebagai buruh liar pembersih gulma dan cabang tidak berguna, adanya krisis moneter saat reformasi 1998, banyak perusahaan koleps.
Perkebunan Kandangan saat itu juga sedikit koleps, sehingga yang bukan karyawan tetap diberhentikan terlebih dulu.
Hal itu membuat Pak Sumadi bingung, apa yang harus dilakukan? Sebab saat itu tumpuan orang -orang khususnya di Desa Kare saat itu adalah perkebunan Kandangan.
Sebab, ibaratnya berangkat jam 06.00 pagi ke Kandangan, gaji yang dimakan setiap hari ada. Pulang ke rumah juga bisa membawa rumput untuk pakan ternak, dan kayu bakar untuk memasak.
Tapi apa boleh buat, kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan membuat Pak Sumadi keluar dari perkebunan Kandangan.
Pada 6 tahun sejak keluar dari perkebunan, Pak Sumadi mendirikan kelompok "Mugi Lestari" yang menggeluti sapi perah. Jadi produk yang dihasilkan adalah susu.
Menurut Pak Sumadi, sebenarnya enak menjadi petani susu, sebab setiap hari pasti dapat uang, dan setiap 4 hari selama 6 tahun mengantar susu ke Pasuruan. Tapi setelah 6 tahun itu, akhirnya kelompok Mugi Lestari tidak berjalan dan koleps, dan selama 2 tahun Pak Sumadi hanya berdiam diri.
Akhirnya, pada tanggal 6 Oktober 2008, Pak Sumadi mendirikan Kelompok Tani kopi yang namanya masih tetap Mugi Lestari.
Dalam menanam kopi, bekerjasama dengan perhutani sampai sekarang.
Menurut Pak Sumadi, ada 4 jenis kopi yang ditanam di Kandangan, tapi yang pertumbuhannya paling bagus adalah jenis kopi Robusta, yang cocok ditanam di ketinggian Desa Kare, 800 mdpl.
1. Kopi Arabika yang cocok ditanam pada ketinggian di atas 1000 mdpl.