Sesungguhnya saya dan suami hanya berniat menyerviskan kerangka tenda sambil melihat peralatan berkemah yang belum kami punya. Tapi saking asyiknya melihat-lihat pernak pernik camping yang semua menarik, membuat kami keasyikan sampai menjelang Maghrib. Akhir-akhir ini kami berdua memang lagi hobi camping. Sesuatu yang kami syukuri. Entah bagaimana rasanya jika hidup tanpa hobi.
Berhubung jarak rumah kami dari Ponorogo cukup jauh, kami berniat shalat di dekat alun-alun saja sambil melihat suasana alun-alun Ponorogo di malam hari.
Tadinya hanya berniat shalat Maghrib berjamaah di Masjid Agung. Tapi saat melihat interior masjid Agung Ponorogo yang begitu megah dan kokoh, terbersit keinginan untuk menuliskannya dalam bentuk artikel. Maklumlah, menulis juga merupakan hobi saya, sebab kami tidak terbiasa hidup tanpa hobi.Tapi belum sempat mengumpulkan data, suami mengajak beli bakso karena lapar. Ya sudah, lain kali saja. Pikir saya.
Ternyata, sehabis beli bakso, sudah hampir waktu Isya. Suami mengajak kembali berjamaah shalat Isya di Masjid Agung saja, karena relatif dekat. Pucuk dicita ulam tiba.
Sampai di masjid masih belum masuk waktu Isya, jadi saya bisa memfoto dan memvideo dulu. Menyalurkan hobi sambil mempelajari sejarah. Ternyata saya juga hobi mempelajari sejarah. Hobi yang satu menggandeng hobi yang lain, sambung menyambung menjadi satu. Bagaimana rasanya ya, hidup tanpa hobi.
Masjid Agung Ponorogo didirikan pada tahun 1858 oleh Bupati Ponorogo Raden Mas Aryo Cokronegoro(1856-1882).
Beliau meminta para tukangnya yang berasal dari Solo untuk bersuci saat mengerjakan pembangunan masjid.
Tiangnya berjumlah 16 berbahan kayu jati yang diambil dari hutan di Kecamatan Sooko dan Ngebel.
Raden Mas Aryo Cokronegoro putra Kyai Hasan Besari dari Tegal Sari. Tak heran, ide membangun masjid Kabupaten Ponorogo menjadi gagasannya.
Beliau adalah kakek dari HOS Cokroaminoto, pahlawan Nasional Indonesia. Beliau dimakamkan di belakang Masjid Agung Ponorogo, dan sering diziarahi pengunjung yang mampir ke masjid Agung Ponorogo(kanalindonesia.com)
Tiba-tiba azan Isya berkumandang, jadi saya segera menuju tempat wudhu wanita yang berada di bagian Utara memanjang sampai ke belakang. Sementara jamaah laki-laki di sebelah selatan.
Jamaah wanita juga disediakan tempat tersendiri yang fasilitas nya sama dengan tempat laki-laki. Tempat wudhu nya lapang dan tersembunyi.