Tapi ternyata saat berhenti susah parkir. Kalau maksa bisa menutupi jalan. Akhirnya bablas saja nggak jadi berhenti meski sudah kembali berbalik.
"Ikuti rute kita saja Mas. Nanti kalau ada depot bakso, kita berhenti. Gitu saja!"
"Iya, gitu saja. Kenapa kita mesti ribet buka google maps. Hahaha....!"
Yah, begitulah. Terkadang kemudahan mengakses informasi justru membuat kita ribet padahal ada yang lebih simple. Di sepanjang perjalanan, pastilah banyak warung bakso, tak perlu mencari di pelosok. Hahaha...
Betul saja, baru saja keluar jalan raya sudah ketemu depot bakso kecil. Lumayan sepertinya dengan bakso jumbo yang terlihat dari etalasenya.
Akhirnya kami berhenti di situ. Ada 3 varian . Bakso Telur, bakso mercon, bakso biasa. Bakso mercon dan bakso telur 18 ribu/mangkok. Sedang bakso biasa 14 ribu/mangkok.
Bakso mercon langsung kucoret dari pilihan. Soalnya pernah mencoba dan pedassss buanget! Membuat aku berjanji tidak akan lagi mencoba varian bakso ini. Pokoknya membuat trauma karena mulut serasa terbakar, air mata menitik, dan telinga seperti mau meledak. Eh....
Tapi mungkin untuk yang suka pedas justru bakso mercon jadi pilihan.
"Bakso yang jumbo itu bakso apa, Bu?" Sepertinya aku tertarik pada bulatan-bulatan daging sebesar bola tenis.
"Bakso Telur sama bakso mercon!"
"Kalau bakso biasa kecil semua?"
"Iya, Bu."
"Bakso Telur saja kalau gitu. Dua ya, Bu. Minumnya es jeruk sama teh tawar hangat.