5. Syukur dan Doa
Nasi kuning, terutama dalam bentuk tumpeng, sering disajikan sebagai ungkapan syukur atas karunia yang telah diterima dan doa untuk kelancaran serta keberkahan pernikahan.
Selain itu, lauk pauk yang menyertai nasi kuning juga memiliki makna filosofis tersendiri, seringkali melambangkan berbagai aspek kehidupan yang penting dalam pernikahan, seperti rezeki, rejeki, dan keharmonisan.
Lalu, bagaimana dengan filosofi Jenang Sumsum yang dibagikan Setelah Hajadan?
Bubur sumsum setelah pesta pernikahan, khususnya dalam tradisi Jawa, memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas terselenggaranya acara dengan lancar.
Selain itu, bubur sumsum juga dipercaya dapat memulihkan tenaga dan mengembalikan semangat bagi mereka yang telah membantu dalam persiapan dan pelaksanaan pesta.
1. Ungkapan Syukur
Bubur sumsum disajikan sebagai bentuk syukur atas berkah dan kelancaran acara pernikahan.
2. Terima kasih
Bubur sumsum menjadi simbol ucapan terima kasih kepada keluarga, kerabat, dan tetangga yang telah membantu dalam hajatan.
3. Pemulihan Tenaga
Bubur sumsum yang manis dan lembut dipercaya dapat memulihkan energi dan stamina setelah seharian beraktivitas.
4. Kesetaraan
Bubur sumsum dapat dinikmati oleh semua orang tanpa memandang status sosial, melambangkan kesetaraan di antara semua yang hadir.