Kelana Swandani
Kelana Swandani Lainnya

Freelancer, suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Hantaran Nasi Kuning dan Jenang Sumsum Setelah Pesta Pernikahan

28 Juni 2025   07:32 Diperbarui: 28 Juni 2025   16:58 275 15 9

Nasi kuning dan jenang Sumsum, hantaran sesuai hajatan yang penuh filosofi (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Nasi kuning dan jenang Sumsum, hantaran sesuai hajatan yang penuh filosofi (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

"Assalamualaikum..!"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi..!"

"Bu, mau mengantar Jenang Sumsum!" Kata Bu Binti sambil menyerahkan bakul nasi dan jenang Sumsum."

"Terima kasih, Bu!" Jawabku.

Setelah hajadan pernikahan, biasanya di sini ada hantaran nasi kuning dan jenang Sumsum. Kedua kuliner itu ternyata tidak sekedar tradisi memberi dan berbagi.

 Di baliknya terkandung filosofi yang terkadang banyak yang tidak mengerti dan memahami makna di balik pemberian nasi kuning dan jenang Sumsum.

Kesibukan di balik layar (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Kesibukan di balik layar (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Filosofi Memberi dan Berbagi Nasi Kuning Setelah Hajadan.

Nasi kuning, adalah nasi yang cara memasaknya dibumbui garam dan rempah-rempah termasuk kunyit untuk memberi warna kuning pada nasi. 

Jika ingin nasi kuning lebih gurih, biasanya dimasak dengan santan. Rempah seperti sereh, daun salam, dan daun jeruk biasanya ditambahkan agar memberi harum aroma wangi yang khas.

Kesibukan para peladen dalam hajatan (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Kesibukan para peladen dalam hajatan (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Nasi kuning dalam pesta pernikahan, sering disajikan dalam bentuk tumpeng, melambangkan kemakmuran, kebahagiaan, dan kesuburan. 

Warna kuning pada nasi melambangkan emas, kekayaan, dan kejayaan, serta harapan agar kehidupan pengantin baru dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan. 

Bentuk tumpeng yang kerucut juga melambangkan gunung, yang dalam tradisi Jawa dianggap sebagai tempat tinggal dewa dan tempat memanjatkan doa.

Nasi Kuning, hantaran usai hajatan yang penuh filosofi (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Nasi Kuning, hantaran usai hajatan yang penuh filosofi (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Berikut beberapa makna filosofis nasi kuning dalam konteks pernikahan:

1. Kemakmuran dan Kesejahteraan
Warna kuning pada nasi melambangkan emas, yang secara tradisional dikaitkan dengan kekayaan dan kemakmuran. Harapannya, pernikahan akan membawa keberkahan dan kemakmuran bagi kedua mempelai.

2. Kebahagiaan dan Sukacita

Nasi kuning sering disajikan pada acara-acara bahagia, termasuk pernikahan. Ini adalah simbol kegembiraan dan harapan agar kehidupan pernikahan dipenuhi dengan kebahagiaan.

Kesibukan mempersiapkan hidangan untuk para tamu (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Kesibukan mempersiapkan hidangan untuk para tamu (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

3. Kesuburan dan Kelahiran
Dalam beberapa tradisi, nasi kuning juga dikaitkan dengan kesuburan dan kelahiran. Hal ini bisa menjadi harapan agar pasangan pengantin segera dikaruniai keturunan.

4. Komunikasi dan Harmoni
Bentuk tumpeng yang kerucut juga melambangkan komunikasi, baik antara pasangan suami istri maupun dengan Tuhan. Diharapkan, pasangan pengantin dapat membangun komunikasi yang baik dalam pernikahan mereka.

Kini semua telah usai. Alhamdulillah (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Kini semua telah usai. Alhamdulillah (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

5. Syukur dan Doa
Nasi kuning, terutama dalam bentuk tumpeng, sering disajikan sebagai ungkapan syukur atas karunia yang telah diterima dan doa untuk kelancaran serta keberkahan pernikahan.

Selain itu, lauk pauk yang menyertai nasi kuning juga memiliki makna filosofis tersendiri, seringkali melambangkan berbagai aspek kehidupan yang penting dalam pernikahan, seperti rezeki, rejeki, dan keharmonisan.

Lalu, bagaimana dengan filosofi Jenang Sumsum yang dibagikan Setelah Hajadan?

Bubur sumsum yang dibagikan sesuai hajadan dengan filosofi yang unik(dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Bubur sumsum yang dibagikan sesuai hajadan dengan filosofi yang unik(dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Bubur sumsum setelah pesta pernikahan, khususnya dalam tradisi Jawa, memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas terselenggaranya acara dengan lancar.

Selain itu, bubur sumsum juga dipercaya dapat memulihkan tenaga dan mengembalikan semangat bagi mereka yang telah membantu dalam persiapan dan pelaksanaan pesta.

Berikut beberapa filosofi bubur sumsum setelah pesta pernikahan

1. Ungkapan Syukur
Bubur sumsum disajikan sebagai bentuk syukur atas berkah dan kelancaran acara pernikahan.

2. Terima kasih
Bubur sumsum menjadi simbol ucapan terima kasih kepada keluarga, kerabat, dan tetangga yang telah membantu dalam hajatan.

Para peladen siap menyajikan sop sebagai hidangan pembuka (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Para peladen siap menyajikan sop sebagai hidangan pembuka (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

3. Pemulihan Tenaga
Bubur sumsum yang manis dan lembut dipercaya dapat memulihkan energi dan stamina setelah seharian beraktivitas.

4. Kesetaraan
Bubur sumsum dapat dinikmati oleh semua orang tanpa memandang status sosial, melambangkan kesetaraan di antara semua yang hadir.

5. Kebersihan dan Kesejahteraan
Warna putih bubur sumsum melambangkan kesucian, sementara rasa manisnya melambangkan kelembutan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan baru.

Acara telah ditutup dengan pembubaran peladen (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Acara telah ditutup dengan pembubaran peladen (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

6. Penutup Rangkaian Acara
Bubur sumsum seringkali menjadi penutup rangkaian acara pernikahan, menandai selesainya hajatan dan kembalinya pada kehidupan normal.

Nasi kuning dan Jenang Sumsum telah dibagikan. Hajatan telah usai. Para peladen dan yang rewang sudah pulih kondisinya. Semua lelah telah terbayar dengan kelancaran acara.

Pelaksanaan hajatan telah ditutup dengan simbol dan filosofi Hantaran Nasi kuning dan Jenang Sumsum. Panitia peladen juga sudah dibubarkan secara resmi. Semoga membawa berkah untuk semua, untuk Shohibul hajat dan panitia peladen. Alhamdulillah.

Yuk simak video nasi kuning dan jenang Sumsum nya.

Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4