Awalnya saya hanya tahu, kalau sate di timur perempatan itu adalah sate ayam Ponorogo yang bisa direkomendasikan. Rasanya enak, empuk, jusi, harganya juga terjangkau. Irisan dagingnya melebar, ciri khas sate Ponorogo.
Baru belakangan saya tahu, kalau di samping branding Sate Ponorogo, sate ini juga mempunyai branding Sate Setono. Biasanya pemilik sate Setono masih bersaudara karena juga masih satu desa. Kerja bareng saudara tentunya lebih mudah karena sudah kenal karakter masing-masing.
Ponorogo, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan kesenian Reognya, ternyata menyimpan harta karun kuliner yang tak kalah legendaris, yaitu sate ayam. Di antara sekian banyak penjual sate di Ponorogo, ada satu nama yang selalu terngiang di benak para pecinta kuliner: Sate Setono.
Sate yang satu ini bukan sekadar hidangan, melainkan sebuah warisan budaya dan sejarah yang terus lestari hingga kini. Sate ayam otentik yang terus hidup dan berkembang di bumi reog.
Sate Setono Ponorogo didirikan oleh banyak orang tergantung keturunannya masing-masing, sebab sate Setono bukan nama orang. Nama "Setono" sendiri diambil dari nama tempat asalnya, yaitu Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.
Pada awalnya, sate Setono dijajakan berkeliling, dan ada yang buka lapak di pinggir jalan kalau capek berkeliling. Dengan resep turun-temurun dan ketekunan yang luar biasa, sate Setono mulai dikenal dan digemari banyak orang.
Seiring berjalannya waktu, Sate Setono semakin berkembang pesat. Dari yang awalnya hanya berkeliling dan berjualan di pinggir jalan, kini para pemilik Sate Setono telah memiliki tempat permanen yang ramai dikunjungi pembeli.
Meskipun telah berganti generasi, resep asli yang diwariskan oleh para pendahulunya di Desa Setono tetap dipertahankan. Inilah yang membuat Sate Setono tetap memiliki cita rasa otentik yang khas dan tak terlupakan.
Apa yang membuat Sate Setono begitu istimewa? Ada beberapa ciri khas yang membedakannya dari sate lain: