Setelah turun dengan ekstrem, langsung menanjak tajam untuk sampai di rute yang relatif datar.
Alhamdulillah, perjalanan turun dari lokasi ternyata begitu mudah dan mesinpun melaju halus seperti biasanya. Tidak seperti saat berangkat yang penuh drama, terasa begitu berat dan membuat was-was. Saat pulang yang awalnya ngeri, justru akhirnya terasa ringan tanpa beban meski tetap fokus dan penuh kehati-hatian. Mungkin karena kita sudah mengenal medan.
Kami menunggu keluarga Om Yanuar dan keluarga Mas Rudi di area istirahat Punthuk Doro. Dari sini gantian Mas Rudi di depan untuk memandu kami ke restoran Rujak Nyampleng untuk mampir makan siang. Beristirahat sekaligus cooling down setelah kena mental melintasi medan yang Huhuy dan menguras tenaga, pikiran dan kekhawatiran.
Ketika kita mengalami peristiwa yang mengerikan atau traumatis, tubuh dan pikiran kita merespons dengan cara yang luar biasa.
Respons ini, sering disebut sebagai "respon lawan atau lari" (fight-or-flight), yang merupakan mekanisme bertahan hidup alami. Jantung berdebar kencang, pernapasan menjadi cepat, dan otot menegang, mempersiapkan kita untuk menghadapi bahaya atau melarikan diri darinya.
Namun, setelah peristiwa kena mental berlalu, sangat penting untuk melakukan cooling down, atau proses menenangkan diri.
Cooling down bukan hanya untuk tubuh, tapi juga untuk pikiran dan emosi.
Proses cooling down yang disengaja setelah peristiwa traumatis memiliki banyak manfaat yang signifikan. Ini membantu tubuh dan pikiran untuk kembali ke keadaan normal, mengurangi dampak jangka panjang dari stres akut.
1. Menurunkan Sistem Saraf
Ketika dalam mode fight-or-flight, sistem saraf kita berada dalam keadaan siaga tinggi. Otak membanjiri tubuh dengan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Melakukan cooling down membantu mematikan respons ini secara bertahap. Teknik seperti pernapasan dalam, peregangan ringan, atau meditasi dapat mengirim sinyal ke otak bahwa bahaya sudah berlalu, sehingga tubuh dapat mulai memproduksi hormon penenang.
Selama stres akut, otot-otot di seluruh tubuh menegang. Hal ini bisa menyebabkan sakit kepala, nyeri leher, dan punggung. Melakukan pendinginan fisik, seperti peregangan lembut, dapat membantu melepaskan ketegangan ini. Peregangan juga meningkatkan sirkulasi darah, membantu tubuh membersihkan zat-zat sisa metabolisme yang dihasilkan oleh stres.
3. Mencegah Kecemasan dan Serangan Panik
Setelah peristiwa traumatis, perasaan takut dan cemas bisa tetap melekat. Dengan menenangkan diri, Anda memberi kesempatan pada pikiran untuk memproses apa yang terjadi tanpa memicu serangan panik. Fokus pada pernapasan atau sensasi fisik lainnya dapat membantu mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu dan menstabilkan emosi.