Aku sedang termangu. Mengeja Cerita meja makan yang meluber ke banyak masalah dan peristiwa. Sementara di depanku secangkir kopi susu santan creamy dari tadi menggoda untuk kusesap. Apalagi potongan roti bakar coklat yang terlihat seksi tanpa aksesori dan toping berlebihan, tapi begitu berseri.
Santan tidak sehat, krimer nabati tidak sehat. Mengandung lemak tak jenuh yang berbahaya. Itu doktrin di dunia Maya oleh para dokter dan pakar kesehatan di negeri Konoha.
Ini bukan hidangan cafe, tapi hidangan di atas meja makan yang sedang nanar kupandangi. Khawatir dianggap flexing dan tidak peka dengan tetangga yang sedang dilanda rasa lapar.
Apakah netizen kini sudah tidak peduli kesehatan? Di saat para ahli berteriak untuk menghindari santan, kenapa kopi susu santan justru jadi tren?
Bahkan kekonyolan yang cukup memukul, saat para dokter dan ahli kesehatan melarang mengonsumsi santan berlebihan, justru masyarakat China mulai mengganti konsumsi susu dengan santan. Konon katanya, karena inilah kelapa Indonesia diborong China, kelapa menjadi langka, sehingga harga kelapa melambung sampai sebutir di atas 10 ribu. Ah...ironi sekali!
Kusesap kopi susu santan yang menurutku rasanya seperti dawet, atau bajigur?
Enak. Creamy. Apa legit?
Di balik tren kopi susu santan, ada cerita di meja makan. Tentang roti bakar yang membuat Aku dibilang " koyo Londo!" Itu kata Mu, kan?"
"Ini sudah jaman merdeka. Apa salahnya icip-icip makanan Londo, kataku berkilah!" Meski tadi pagi aku masih lahap menyantap pecel, sepotong tempe dan dadar jagung.
"Aku tuh, orang merdeka! Pengin pecel, ya aku makan pecel. Pengin kopi susu santan ya kuminum, meski rasanya kaya dawet. Eh ...
"Demi kemerdekaan ku pula, saat ini kunikmati roti bakar dengan segenap rasa. Mindful Eating!
"Enak!" Kataku stecu.
"Makanan penjajah!" Katamu sinis.
"Terus kenapa?"
"Kaya Londo! Kamu tidak punya kepribadian!"
" Secemen itukah untuk menakar kepribadian?"
" Kamu tidak nasionalis!"
"Justru sebaliknya! Dengan menikmati roti bakar, aku jadi tahu, makanan Londo tidak lebih lezat dari tiwul urap. Itu membuat ku mensyukuri kemerdekaan!"
"Kemerdekaan itu juga tentang rasa syukur dan bebas menikmati yang kita punya. Bukan merasa belum merdeka karena ingin menggapai sesuatu di luar kemampuan kita!"
"Dasar pemalas!" Katamu lagi
" Aku bukan pemalas, tapi menikmati hidup!" Kusesap lagi kopi susu santan yang justru jadi tren meski diklaim tidak sehat.
"Sama saja!" Katamu sebal. Tapi Aku tak peduli.
Kusesap lagi kopi susu santan yang sedang tren. Sementara klaim tidak sehat hanya menjadi cerita meja makan yang tak pernah usai, karena di negara sebelah, kopi susu santan justru menjadi minuman sehat pengganti susu hewani.
"Ah....aku tak peduli!
Kusesap kopi susu santan ku, dan kusuapkan potongan roti bakar di mulutku.
Persetan dengan kemerdekaan yang katanya hilang!
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel