Pada tulisan Sate Pak Pur yang kedua, terlihat sangat sepi tidak ada pembeli. Lokasinya agak masuk meski terlihat dari jalan. Parkir dan tempat makan nya luas. Kami nyaris berbelok ke sini. Tapi logika akhirnya bicara. Kalau tempat senyaman itu saja kosong, pastilah satenya sudah habis. Hihihi...
Nah terakhir, saat parkir yang ternyata juga menjadi terminal bis, barulah ketemu Sate Kambing Pak Pur yang tetap saja tempat nya penuh. Di sini seporsi sate kambing harganya tertulis 20 ribu.
Beti dengan yang di pusatnya yang 19 ribu per porsi. Selisih seribu tentunya bukan masalah untuk seporsi sate kambing yang katanya lezat. Perlu dibuktikan dulu ya, hehehe...
Tapi sayang nya saat pesan 2 porsi sate, ternyata sudah habis.
"Lha itu yang dibakar sebanyak itu masak sudah habis, Mbak?" Tanyaku kecewa. Berharap masih tersisa 1-2 porsi.
"Habis, Bu. Sudah dipesan semua. Masih nunggu 1 jam lagi baru tersedia lagi."
"Kambingnya sedang disembelih ya,Mbak?" Tanyaku bergurau. Tapi Mbak yang melayani hanya tersenyum.
Akhirnya, daripada menunggu lama, kami pesan tongseng saja. Kebetulan ayah sukanya olahan yang berkuah. Kalau Aku, meski lebih suka sate, tongseng pun jadilah.
Setelah menulis pesanan, dan memilih tempat, kami langsung dilayani karena tongseng nya memang sudah tersedia, tinggal diciduk dari wajannya.