Freelancer, suka traveling, dan kuliner. Nominee best in citizen journalism 2024 Nominee best in storytelling 2025

Kegembiraan dan kepuasan mencapai lokasi telah usai. Kini tantangan untuk pulang di depan mata. Meski sama-sama melewati Medan yang sulit, perjalanan pulang lebih berat karena terus menanjak. Kita nikmati saja tantangan pahit manis 2025 sebagai event lokal akhir tahun yang penuh kenangan.
Berkebalikan dengan naik gunung yang berat saat mendaki dan pulang nya tinggal turun, kini perjalanan pulang yang lebih berat dan terus mendaki.
Rute pertama yang menanjak sekitar 90 derajad seperti olahraga Climbing mendaki tanah basah.
Baru belok 2 tanjakan Aku sudah megap-megap dan minta minum. Ya, Allah. Padahal treking masih panjang. Baru 50 meter Aku sudah minta istirahat. Bagaimana ini?
Tongkat yang kupegang kali ini menjadi tumpuan untuk naik. Terkadang trap yang dibuat terlalu lebar, sehingga kakiku tak bisa menjangkau, dan Aku hanya berdiri terpaku agar bisa melewati nya. Mencari separuh langkah dari tanah yang basah dan rapuh tentunya butuh kewaspadaan tingkat tinggi.

Beruntung selama ini Aku rutin jalan kaki keliling lapangan. Meski jalan santai dianggap tidak ada manfaat nya, ternyata itu sangat membantu kerja jantung, paling tidak itu yang aku rasakan setelah setahun atomic habits.
Meski tertatih-tatih dan penuh effort, Aku bisa terus melangkah. Biarlah butuh waktu lama, yang penting bisa melewati perjalanan pulang dengan nyaman dan selamat.
Meski berat, perjalanan pulang lebih ringan secara psikologis, sebab sudah lebih paham sampai mana dan berapa tanjakan yang masih harus dilewati.
Rasa haus dan kaki yang letih terus mendera, tapi harapan kembali ke kemah, mandi yang bersih, minum air hangat, dan tidur nyaman memberi suntikan semangat tersediri