Freelancer, suka traveling, dan kuliner. Nominee best in citizen journalism 2024 Nominee best in storytelling 2025

Setiap kali traveling ke arah telaga Sarangan, Aku dan suami pasti melewati tempat ini. Di seberang masjid, dekat belokan ngerong lokasi warung sate ini berada.
Tapi ada yang berbeda saat Aku dan Ayah melewati tempat ini. Warung satenya sudah dibongkar, katanya mau dibangun gedung koperasi merah putih, sedang warungnya dibuat kan kios tersendiri di sebelah Timur nya dengan tempat parkir yang lebih tertata.
Awalnya Aku mau beli satenya saja untuk bekal camping. Tapi saat tanya harga lontong nya cuma 2 ribu, dan sate lengkap dengan lontong cuma 16 Ribu, kami memilih makan di tempat.

Bukan berniat membanding-bandingkan, tapi Sate kelinci ngerong ini relatif murah, karena di sekitar telaga, sate kelinci plus lontong dibanderol 20 ribu rupiah. Nggak terlalu beda jauh, ya.
Tapi ada yang harganya jauh lebih mahal, yaitu sate kelinci di bukit Sekipan. Saat itu kami mengikuti acara anniversary CAF Mampiro. Ada penjual sate kelinci yang menjajakan dagangannya dengan sepeda motor dan kotak penyimpan kelengkapan sate.

Kami memang tidak bertanya dulu harganya. Ternyata saat selesai makan dan membayar harganya 30 ribu satu porsi. Luar biasa mahal. Kami tidak komplain, tapi tentu saja nggak bakalan beli lagi.
Atau mungkin sate kelinci memang mahal, karena penjual sate kelinci di sekitar lapangan desa dekat rumah, 1 porsi 23 ribu tanpa lontong, dan irisan dagingnya kecil -kecil sekali.
