Freelancer, suka traveling, dan kuliner. Nominee best in citizen journalism 2024 Nominee best in storytelling 2025

"Nyate aja, Dek!"
"Memangnya Dikau suka?"
"Ya Aku pesan tengkleng apa tongseng. Apa sop kambing yang ada kuahnya!"
"Kalau gitu ke Mlilir saja. Ada tengkleng, tongseng, gule, iga bakar..!"
" Di sebelah mana? Nanti hoaks?"
"Nggak. Ini sudah kubuka websitenya. Tulisannya "buka". Yuk berangkat!"
"Entar aja, habis dhuhur. Sekalian makan siang!"
"Okay!"
Jadilah kami berdua, sepasang lansia berboncengan pakai motor tua yang langkahnya geal geol menghindari jalan berlobang yang tiba-tiba nongol. Berburu kuliner sebagai event lokal akhir tahun dan menikmati liburan murah meriah yang hemat biaya liburan.
Baru sadar nih kalau jalan arah Ponorogo dari Dolopo banyak yang rusak dan berlobang. Sementara ayah meliuk-liukkan motor seperti pembalap tertiup angin. Eh.
Setelah belok di Mlilir arah telaga ngebel, sampailah di Depot Tengkleng dan Sop Iga Bu Nanik.

Alhamdulillah. Bukan hoaks, dan meski pembeli banyak, masih tersisa ruang lapang untuk menikmati kuliner di sini.
"Pesan dulu, Dek!" Ayah meminta ku memesan makanan dan minuman, karena tertulis "pesan di kasir".
"Mau minum apa?"
"Soda gembira!"
"Wuih...sok gaul. Biasanya teh tawar. Berani minum soda?"
"Sesekali masak nggak boleh, memangnya aku suruh minum teh pahit terus!" Cieee...gitu aja ngambek.

"Bolehlah!" Makannya?"
"Tengkleng aja!"
"Oke!"
Kutulis pesanan, 2 porsi nasi putih, seporsi tengkleng, seporsi sop iga, dan es buah jadul yang di fotonya mirip es manten atau di sini biasa disebut es podeng.

Ku serahkan pada pelayanan restoran.
"Ini es buah jadulnya kosong. Adanya es campur!"
"Kalau jeruk panas ada?" Akhirnya aku banting setir pilih jeruk panas saat es yang kupesan kosong.
"Ada!"
"Ya sudah, jeruk panas saja!"
Tadinya kukira harus menunggu lama, ternyata tidak. Baru beberapa saat Aku merekam suasana restoran, ternyata pesanan sudah diantar.

Sepertinya kita perlu melakukan review makanan.
Penyajian nya menarik, dan porsinya pas. Tidak kurang dan tidak kebanyakan. Cukup untuk dinikmati 1 orang. Aku pesan sop iga, Ayah pesan tengkleng.
Sop nya bening dan segar dengan 2 potong iga yang dagingnya lumayan banyak. Yang sepotong dagingnya sedikit, tapi ternyata ada tambahan sepotong daging tanpa tulang. Ditambah sayur warna warni membuat tampilan nya cantik menarik.
Kuning kentang, oranye merah wortel, putihnya kembang kol, hijaunya daun bawang pre, irisan tomat dan taburan bawang goreng Membuat ku semakin berselera untuk menyantap nya.

Rasanya ringan, berasa kaldu yang tidak terlalu gurih. Sepertinya malah minim micin. Sop yang lezat dan sehat! Ada tambahan sambal dan jeruk nipis, tersedia kecap botolan juga. Aku sih yes. Sesuai selera.
Yuk cicipi juga tengkleng pesanan ayah. Kucicipi kuahnya. Rempahnya langsung nendang meski lembut. Jauh lebih gurih dan krimi. Rekomended. Karena namanya tengkleng, dagingnya masih menempel di tulang.

Cuma yang membuat gagal fokus, ada irisan tomat, kol dan bawang goreng Membuat ku rancu dengan tongseng. Entah penampakan tongsengnya seperti apa. Apakah sama, tapi dagingnya tanpa tulang? Lain kali pasti saya cicipi tongsengnya. Kali ini cukup sop iga dan tengkleng dulu.
Meski cuma pesan 2 porsi nasi, tapi penyajian nya menggunakan bakul nasi. Ukurannya mini, tapi tetap saja vibes nya sajian nasi yang melimpah. Jadi ingat si sulung yang suka menyantap banyak nasi.
Sambil menikmati makan, suara musik campur sari bergema syahdu. Membuat suasana damai dan privat. Santai menyantap kuliner yang tersedia.

Harganya pun cukup ramah di kantong. Untuk berdua dengan menu sop daging iga, tengkleng , nasi, jeruk panas, es soda gembira dan kerupuk seperti itu hanya perlu merogoh kocek Rp 75.000,-.
Tak terasa perut kenyang penuh terisi, dan puas menikmati kuliner nya. Lain kali kita coba menu yang lain. Sekarang kita pulang dulu, takut turun hujan. Sudah beberapa hari hujan sore hari tak pernah absen. Hujan ekstrem sering melanda, harus hati-hati
Kalau suatu saat lewat jalan Ponorogo -madiun, atau berwisata ke telaga Ngebel, via Mlilir bisa mampir.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channel