KS Story
KS Story Petani

Don't forget to smile today🙂!

Selanjutnya

Tutup

Video

Potret Kehidupan Episode 94 Hidup Bukan Arena Balap

28 April 2024   13:53 Diperbarui: 29 April 2024   00:19 634 0 0

dok. pri
dok. pri



Potret Kehidupan Episode 94

Hidup Bukan Arena Balap!

Sebelum kesini, aku ketemu orang Palembang. We talk ; "Aku iri samo kau, KS. Kerjaan kau lemak nian," celetuknya suatu pagi di kedainya yang sejuk. "Ai dahlah kau ni, Yuk. Mano ado kerjo yang lemak? Selamo kito kerjo dibawah perintah wong, kito masih jadi robot, wkwkka!". Ayuk itupun tertawa berderai. "Betul jugo yang kau katokan, KS. Kalo aku, aku bosnya, aku karyawanya ha-ha". Tapi setidaknya, Ayuk sudah membandingkan pekerjaannya dengan pekerjaanku. "Jelas..., pekerjaan orang lain terlihat lebih enak." Akupun sempat bilang; "Ish dah kau ni, Yuk, bukannyo kau yang lemak? Duduk-duduk, sambil jualan bisa lak kau menggosip eh menggosok maksudku". "Kau kan idak merasokannya, KS?" Jawabnya. "Kau yang lemak, KS. Duduk-duduk, nulis cerpen, ambek gaji tanggal satu. Apo lagi? Ke kebun, makan-makan, ngobrol-ngobrol samo wong sunda dan jawa disano, buat konten. Lemak la kau tu". Kata salah satu pegiat kuliner nusantara ditempatku.

"Yuk, rumput di halaman tetanggo tu terlihat lebih hijau ketimbang rumput di halaman sendiri. Ingat itu!" Orang bijak pernah berkata: "Kalo orang sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya bahu-membahu membantu orang itu mewujudkan impiannya." Aku memperbaiki dudukku. "Jadi orang kantoran belum tentu menyenangkan, yuk. Penghasilan yang tak seberapa kadang membuat orang terpaksa menjadi tidak jujur. Untuk itulah disela-sela waktu kerjaku jika ada luang saja, aku ke kebun refreshing. Sambil belajar tentang berkebun-kebun pada mereka, kuiisi dengan menulis hal-hal yang bermanfaat. Jadi beginilah jadwalku setiap hari senggang. Kalo setiap hari kerja yo berangkat kerja, sarapan di kantor, mengobrol, menulis, makan siang, mengobrol lagi, sesekali keluar kota dan pulang. Sabtu atau Minggu aku akan membeli pempek ayuk, tekwan, batagor akang depan bank, atau siomaynya yang hendak aku makan bersama-sama dengan anak-anak, suami atau orang dikebunku." Begitu ayuuuk.

"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita nggak sedang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik kuq, setiap orang punya waktunya sendiri, begitupun kamu yang sedang berproses. Entah itu prosesmu, ataupun hidupmu. Jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain. Karena tak semua bunga tumbuh dan mekar secara bersamaan. Bahkan matahari dan bulanpun bersinar dengan waktunya masing-masing. Ya kan?" Ayuk itu tersenyum melihatku.

"Oh iya yuk. Bagi sebagian orang yang melihatku, mungkin menganggap aku sangat beruntung. Betapa tidak, aku hanya sedikit sekali bekerja selebihnya waktuku habis untuk mengobrol, makan-makan, dan tentu saja menulis cerpen. Bahkan, kang siomay yang disono itu pernah mengatakan kalau aku digaji untuk jalan-jalan." Aku tertawa mendengarnya.

We talk; "Lo mah enak hidupnya..." "Lo mah beruntung banget bisa...." "Lo mah enak punya orang tua yang bisa..." Kubilang padanya kemarin. "Kang..., percayalah! Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Tapi membandingkan hidup orang dengan hidup sendiri itu nggak akan mengubah apa-apa. Hanya bikin capek hati."

Kutepuk pundaknya;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4