Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Suatu hari di akhir tahun 2017, saya tengah berada dalam sebuah rapat kantor. Waktu itu pukul menunjukkan angka sebelas. Telpon saya berdering dari nomor tak dikenal. Rapat sedikit tentu terganggu oleh itu. Suaranya tampak cemas menyampaikan kabar buruk ke telinga saya. Kabar yang mencuri perhatian saya.Â
Saya menjawab telpon itu, "Ah, itu pasti hoax!". Penelpon itu terdiam sebentar lalu mematikan telponnya. Sayapun melanjutkan ikut rapat dan mendengarkan argumentasi seseorang yang sempat terputus. Namun setelah 20 menit, salah seorang pekerja stone crusher kami menelpon saya.Â
Kali ini nadanya lebih serius dari pada orang yang tak dikenal tadi. "Kak..kak..kak.....!", lalu mati. Tidak ada kata yang dia ucapkan kali ini. Seketika suasana di kepala saya berubah. Saya menjauh lagi dari kebisingan tempat rapat. Tempat itu ramai, tapi saya merasa sunyi.
Untuk beberapa saat, saya merasakan nafas saya tertahan. Lalu saya merasakan kepala saya seperti hendak meledak. Saya menarik nafas panjang dan membuangnya keras-keras hingga semua yang ikut rapat melihat ke arah saya. Saya yakin, melihat wajah saya, peserta rapat langsung dapat menerka ada masalah yang sangat serius yang tengah saya hadapi. Saya sendiri juga melihat masalah besar di hadapan saya, sejak siang itu.
Dalam hitungan hari, masalah yang saya hadapi itu menjadi percakapan semua orang. Menjadi headline di media cetak dan elektronik, diberitakan oleh beberapa  media online. Teringat judulnya yang dikirim pekerja stone crusher kepada saya, "Pengusaha Batu Pecah Ditangkap, Diduga Menampung Bahan Baku Ilegal". Satu lagi berita lagi, "Pengusaha Batu Split Ditangkap, Terkait Galian C". Pikiran saya makin kacau.Â
Saya menghabiskan waktu dimobil jazz orange yang berplatnomorkan namanya. Bertanya pada diri sendiri dan mencoba mencari jawaban atas semua yang terjadi. Berbagai pemikiran tentang banyak hal, berputar di kepala saya. Otak saya bekerja saangat keras, berpacu dalam lingkaran dan tidak menemukan jalan keluar.Â
Sedikit saya memutar waktu, melamun, menyusuri kehidupan saya beberapa tahun ke belakang. Masa-masa dimana saya mengalami hari-hari yang berat, insomnia yang parah dalam 2 hari. Masa-masa dimana saya banyak mengalami kekosongan jiwa, yang kadang hanya bisa tertolong dengan adanya kegiatan bersama anak-anak seperti dalam video ini.Â
Saya ingat, suatu waktu beberapa jam setelah telpon itu berdering, saya keluar kantor lalu pergi melakukan sholat dan berdoa di Masjid Agung dekat bundaran. Saya ingat berdoa saya apa ketika itu: "Tuhan, jangan lupakan saya, jangan biarkan saya lepas tanpa arah, masih banyak orang yang membutuhkan saya." Â And then. Badan saya lemas, tidak mampu berdiri. Saya mencoba untuk hidup. Badan saya mencoba untuk tetap menjalani hari.Â
Kata yang keluar dari mulut saya hanya pertanyaan; "Tuhan, tolong.... Apa gerangan yang terjadi?" Pada hari itu, tidak ada orang dekat saya yang mencoba mengajak saya untuk bertukar pikiran, baik untuk mencari solusi ataupun hanya sekedar meringankan beban. Lalu saya menerima kabar, dari salah satu polisi muda yang benar-benar saya kenal dari kecil. "Tante....., oom mau bicara!". Pembicaraan kami menghasilkan pengertian yang baik dan juga menguatkan saya. "Mari hadapi ini, sebaiknya kau kemari!". Hanya itu yang terdengar. Lagi-lagi hape mati.
Keadaan sudah semakin mendesak. Saya mencoba mengumpulkan semua pikiran yang meringankan selama dalam perjalanan menujunya. Sebelum berangkat dari Masjid, saya pun teringat ingin menulis ini;
"Lalu kuinjakkan kakiku untuk pertama kali disitu. Aku mencoba untuk tenang, namun jantungku berdetak keras. Aku mencoba untuk normal, namun semua melihat wajahku pucat. Mencoba menguatkan diri tapi tanganku bergetar. Pukul satu siang ini, setelah detik-detik yang menegangkan dan menguras semuanya, membuat badan dan pikiran berjalan tidak searah. Pikiranku tidak lagi menguasai badanku, dan badanku enggan mengenali pikiranku. Tuhan, tolong kami!"