KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Potret Kehidupan Episode 98 Genting 4 Hari

2 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 20 Februari 2025   04:30 387 0 0

Saya berangkat pake jazz orange. Didepan pintu masuk, saya mendengar perkataan seseorang teman suami yang baru keluar dari situ, dia bilang; "Paling hanya empat hari ditahan." Saya yang mendengarnya, perkataan orang itu sempat sangat menyejukkan hati saya. Bila diingat-ingat saya tersenyum sendiri dibuatnya.

Pertemuan dengan aparat kepolisian yang saya kenal di lapangan parkir, hanya sebentar. Tak banyak yang terjadi saat saya berada disana. Saya turun dari mobil yang membawa diri saya. Sesampainya di dalam situ, saya melapor kepada yang menelp saya tadi. "Tante ingin berbicara 5 menit sama oom, ini penting sekali!" Dipersilahkan. Lantas saya mengambil waktu sebentar untuk memegang erat-erat tangan suami. 

Hijau tosca kausnya waktu itu, saya ingat sekali mereknya Celcius. Dia bilang; "KS, hari ini juga kau harus bawa anak-anak ke Pekanbaru. Temui si A si B si C. Ini semua atmku, temui pengacara jika perlu. Aku tunggu kabarmu 4 hari dari sekarang, okey sayang. Kuat-kuat ya, kamu....., dan hati-hati. Berdoalah. Mari hadapi ini!". Ohiya. Waktu habis. Saya pun berlalu. 

Saya tahu, kami berdua masih merasa berat dan masih menyimpan tanda tanya besar atas semua yang terjadi. Namun kami percaya dengan kejadian ini.  Saya percaya pada rencana Tuhan, yang kadang sangat misterius. Hanya doa yang dapat saya panjatkan. Sepanjang jalan saya hanya akan mendengarkan lagu ini, seraya berdoa dalam hati; "Tuhan, jangan lupakan saya, jangan biarkan saya lepas tanpa arah, masih banyak orang yang membutuhkan saya, Tolong saya ya Tuhan!". Tak terasa airmata jatuh dipipi.

Maka kamis malam itu juga, saya pergi dengan Jazz Orange ini bersama anak-anak. Saya lakukan apa yang diperintahkan suami. Jika saya hanya berdiam diri, maka akan terlalu banyak mendengar intervensi, spekulasi, dan lain-lain di luar sana. Situasi tentu tidak baik untuk perkembangan psikis anak-anak. Cukuplah semua pendapat dan pemikiran yang pernah saya dengar di hari itu, saya sendiri yang mendengarnya. Anak-anak tak boleh melalui hari-hari yang penuh tekanan ini. Anak-anak harus tiarap dulu, menjauhi sorotan publik. 

Meski raga ini kelelahan dan mata tak bisa terpejam selama berjam-jam, pikiran tetap bekerja. Obat tidur bukan menjadi jalan keluar. Semua berlangsung begitu cepat. Pagipun tiba, tak ada sedetikpun mata bisa terpejam. Saya berusaha melakukan apapun yang suami sarankan. Di BNI Senapelan tepatnya, saya diperintahkan untuk menemui orang yang saya telpon jam delapan pagi. Kebetulan beliau akan ada urusan keuangan disana. 

Setelah telepon itu ditutup. Segera anak-anak saya siapkan dari hotel tempat kami menginap untuk berjuang lagi. Kami menuju ke arah BNI. Saya sempat berdiskusi di ruangan antri nasabah dengannya yang bisa dibilang orang penting di Polda Riau. Kami bercerita panjang lebar. Pembicaraan kami menghasilkan pengertian yang baik dan juga menguatkan saya. "Mari hadapi ini! Kau pulang sekarang juga, KS! Kasian anak-anak. Abang besok Sabtu akan ketempatmu. Sampai jumpa diKuansing, jangan lupa berdoa dan hati-hati di jalan. Kabari abang jika sudah sampai dirumah!". 

It's okay,

Saya pulang hari itu juga. Dirumah, saya berbenah, rumah sudah saya tinggalkan kamis malam belum rapi. Mengurus anak-anak, mandi, dan baru bisa tidur lelap. Pagi saya terbangun karena telpon masuk. "Tunggu Abang di Masjid Agung, KS! Siang ini, abang berangkat sekarang!". Anak-anak saya liburkan, seperti saran suami pokoknya anak-anak saya bawa kemana pergi. 

Siang hari, sabtu. Kami makan di rumah makan tepatnya di ruanganVIP selera kampung. Beliau bersama supirnya, kemudian dari rumah makan ini beliau pindah ke jazz orange. Di jazz orange inilah, beliau menelepon seseorang yang akan bertemu 10 menit again, di RM Sederhana. 

Saya tidak tau siapa yang ditelponnya, karena saya harus menunggu dimobil. Tak berselang lama, saya diarahkan ke tempat suami. Oh iya saya sengaja tidak mengadu pada ibu, takutnya ia rapuh. Entah bagaimana ceritanya, pas saya keluar mobil di parkiran bersama anak-anak dan bapak itu, saya juga melihat ibu saya berdiri dipojok sana, ia baru keluar dari mobil putih dengan beberapa orang keluarga. Tak banyak saya bicara pada ibu. Hanya ini;  "Tenanglah! Insyaallah, semua akan baik-baik saja!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4