Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Dulu saya menguli di toko saya sendiri, yang tak banyak juga orang tau, bahwa saya sendiri lah yang memiliki toko itu. Saya menjadi pelayan di cafe saya sendiri, yang tak semua orang tau, bahwa saya lah pemiliknya cafe itu. Saya membangun usaha saya sepotong demi sepotong. Saya bekerja dengan sangat baik, bahkan dengan mencintai apa yang saya kerjakan. Tahukah kamu? Dalam sebuah buku, tidak semua chapter harus berisi tentang saya, tidak semua bab harus menceritakan saya, tidak semua kata harus menggambarkan tentang keadaan saya. Jangan khawatir! Saya pun berhak untuk lulus dari sekolah kehidupan ini.
Dulu suami saya menjadi operator di ruang mesin stone crusher miliknya. Dia memencet tombol-tombol yang entah itu apa. Saya sendiri kurang paham soal mesin. Saya dengan sangat jelas melihat dari kejauhan dia beneran ada disana dan pake celana kerja yang sengaja sobek-sobek. Kebetulan pas saya nanya, pada seseorang yang rupanya karyawan baru. Saya datang sendiri, dan bertanya; "Pemilik ini mana?", dia bilang ga ada. "Yang disana siapa? "Operator, kak. Orang Jawa", katanya. "Owh", saya senyum-senyum saja mendengarnya. Saya pun berlalu pergi menuju pada operator itu. "Pak operator, ada yang pesan split 4 teronton kepada saya, berapa fee untuk saya per kubik? Ini ada pula bonus gorengan dari istri bos untuk operator yang rajin seperti kau. Wkwka". Begitulah, nikmati saja semua rasa. Apapun kejadiannya baik itu yang mengenakkan maupun yang tidak dalam hidup menjalani usaha ini, tetap berproses! Kami belajar dari orang hebat, untuk tetap bertahan memaknai sebuah perjalanan agar lebih mengesankan.
Suatu hari, gudang mebel saya terbakar beserta sebuah mobil truk baru didalamnya.
Apa hendak dikata? Mujur sepanjang hari, malang sekejap mata. Bahkan, pernah satu teronton pengiriman barangpun tertangkap di Bagan Batu. Apapun usaha kamu, tetap dicari-cari cela salahnya. Padahal bukan produk ilegal. Tak mudah menjadi saya, kamu tahu? Bukan mudah menjalani usaha ini, pokoknya tak semudah komentatorlah yang tidak pernah menjalani usaha apapun tapi malah seenak jidatnya kalo bicara. Tapi Tan Malaka pernah bilang, "Terbentur, Terbentur, Terbentuk". Senang hati saya mendengarnya.
Karena selalu tidak dianggap memiliki pekerjaan, ibu saya memaksa saya tes CPNS pas sehari setelah gudang saya terbakar. Saya ikuti saja kemauan orang tua. Jadilah saya dianggap memiliki pekerjaan. Wkwkka. Segitu pentingnya status sosial ini bagi ibu saya. Tapi emang dasar saya ga pernah membanggakan pekerjaan kali ya, saya sering dikira honorer. Hehehe.
Ada kala itu pas dilapangan sedang acara, seseorang yang aslinya saya tau dia itu bukan apa-apa, dia memerintah saya ini itu, kadang cerita merendah tapi meroket, kayak yang mau membodoh-bodohi saya lah pokoknya. Saya santai aja berdiri dimana saya suka, namun tetap fokus memonitor situasi acara. Bukan mainnya songong pertanyaannya. "Honor dimana?". Tanyanya."Humas", jawab saya. Dulu kan baju honorer sama dengan PNS. Bla-bla-bla-bla katanya. Ga konsen saya tentang apa yang ia bicarakan itu, karena saya harus merilis berita dari acar tersebut. Meski terlihat pura-pura mendengarkan dia, namun saya diam aja, begitu acara selesai sayapun masuk mobil iringan-iringan ring satu. Ha.
Saya turunkan kaca pas ke muka dia, daa-daa daa daaa saya. Iapun memandang melambaikan tangannya pelan dengan raut muka malu-maluin. Saya selalu ucapkan pada diri saya sendiri. "Tidak apa-apa..., digituin". Direndahkan tak perlu dibales dengan merendahkan. Dibenturkan, tidak pula akan mengurangi apa-apa yang telah ada didalam diri kita. Perlakuan-perlakuan orang lain terhadap kita, tidak akan pernah mengurangi satu apapun jua dalam diri kita. Terbentur..., ga perlu dibales dengan benturan.
Kemanapun saya pergi, saya selalu ingat pesan Tan Malaka. Terbentur, Terbentur, Terbentuk. Episode Terbentur, Terbentur, Terbentuk ini pun menceritakan proses KS dalam mengenal diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, episode ini menjadi pengiring kisah kehidupan yang selalu ada dua sisi di dalamnya. Saya dan episode ini yakin bahwa proses belajar itu seumur hidup dan berulang. Tidak berarti kita sudah terbentur dan terbentuk maka semuanya selesai. Kita akan kembali terbentur dan terus berulang sampai kita tidak di dunia ini lagi.
Pun kalimat "terbentur, terbentur, terbentuk" ini, saya juga percaya bahwa proses untuk terbentuk itu pasti nyata adanya. Tidak peduli saya hanya perlu terbentur tiga kali persis seperti yang Tan Malaka katakan, ataupun butuh beratus-ratus bahkan beribu kali terbentur. Mungkin kamu, bahkan diri saya sendiri sering kali bertanya-tanya mengapa diri kita masih di titik start yang sama? Sedangkan teman-teman yang lain terlihat sudah mendekati garis finish? Mengapa hanya diri kita yang terus terbentur, terbentur, dan terbentur, sedangkan yang lain sudah terbentuk? Xixiixi.
Ohiya, beberapa hari lalu seperti tersambar petir di siang hari, tiba-tiba saja terbesit di pikiran saya bahwa salah satu kunci untuk dapat terbentuknya diri kita ialah dengan percaya. Percaya bahwa semua manusia memiliki momentumnya masing-masing. Percaya bahwa seburuk apapun keputusan yang kita ambil, akan membawa terbentuknya diri kita yang sebenarnya.