KS Story
KS Story Petani

Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)

Selanjutnya

Tutup

Video

Pejuang Mimpi Episode 66 Menulis Itu Investasi Jangka Panjang

6 Maret 2025   11:40 Diperbarui: 6 Maret 2025   11:42 109 0 0

Disudut Kota
Disudut Kota



Pejuang Mimpi Episode 66
Menulis Itu Investasi Jangka Panjang

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". Begitu kata Imam Al-Ghazali. Pesan ini saya simpulkan; Menulislah..., Maka Kamu Akan Dikenang! Selayaknya Imam Al-Ghozali yang menulis berbagai karya dan itu tetap abadi hingga sepanjang masa, yang hingga kini masih bisa kita nikmati dan kita serapi manfaat keilmuannya, __walaupun sudah hampir seribu tahun kematian dari sang penulisnya.

Pernah terlintas di benak saya, setelah tubuh yang fana ini tiada, apakah masih ada orang yang masih mengingat kepribadian saya? Apalagi saya orang biasa, dan bukan dari golongan pahlawan kemerdekaan atau dokter penyelamat nyawa yang dikenal akan jasa-jasanya. Lalu dengan apa..., agar saya selalu dikenang oleh anak cucu saya nantinya? Menulis. Dalam artian, sebuah tulisan yang dalam dan bermakna bisa menebarkan manfaat yang sangat luas. Tulisan yang dibuat hari ini bisa bermanfaat hingga besok. Tulisan yang dibuat di sebuah tempat terpencil bisa menyebar ke seluruh dunia. He-he-he.

Seorang penulis Britania Raya, Edward Bulwer-Lytton mengatakan bahwa "pena lebih tajam daripada pedang." Pedang hanya bisa menembus satu tubuh, namun sebuah pena bisa menebas puluhan, bahkan ratusan manusia. Itulah kenapa  menulis itu investasi jangka panjang. Investasi crypto mungkin lagi hype, tapi menulis adalah investasi yang enggak bakal rugi. Skill menulis akan selalu relevan, bahkan di era AI sekalipun. Ekonom John Maynard Keynes pernah bilang, "In the long run we are all dead." Tapi dengan menulis, pemikiran kita bisa hidup lebih lama dari tubuh kita. Kita bisa jadi penyambung lidah generasi kita dengan menulis.

Ini kesempatan saya buat nyambung lidah generasi saya! Saya menulis tentang isu-isu yang relevan buat anak muda, dari mental health sampe climate change. Sosiolog terkenal, Margaret Mead, pernah bilang, "Never doubt that a small group of thoughtful, committed citizens can change the world; indeed, it's the only thing that ever has." So, mulai dari nulis, kita bisa ubah dunia, gaes!

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian"-Pramoedya Ananta Toer-. Menulis juga merupakan suatu seni keabadian yang mutlak. Jika seseorang hanya mengandalkan kemampuan ingatannya saja maka ilmunya juga ikut sirna setelah jasadnya tiada, tetapi jika ditorehkan kepada tetesan tinta dan terabadikan dengan seksama maka itu akan membuat "flashback" bagi pembacanya yang pasti akan mengangan-angan siapa sang penulisnya.

Di era di mana banyak orang lebih suka dikasih tau daripada mikir sendiri, menulis adalah latihan push-up buat otak kritis kita. Setiap kali nulis, kita melatih kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi informasi.
Menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada pembaca melalui media tulisan. Penulis menyampaikan informasi kepada pembaca melalui tulisan. Pembaca menerjemahkan pesan yang disampaikan penulis lantas mencoba memahaminya. Ada proses komunikasi searah di dalamnya.
Menulis tidak hanya sekedar diartikan memberikan informasi atau tidak sekadar menyampaikan pendapat kepada khalayak, tetapi menulis juga bisa diartikan sebagai sebuah seni untuk meyakinkan pembaca dan sekaligus meneguhkan sebuah kreasi dari seni berkata-kata. Filsuf Bertrand Russell pernah bilang, "The fundamental cause of trouble in the world today is that the stupid are cocksure while the intelligent are full of doubt." Dengan menulis, kita bisa melawan kepastian palsu dan menyebarkan keraguan yang sehat!

Saya mau share tentang kenapa saya selalu ingin menulis. Tentu ada alasan dibalik kenapa saya selalu menulis sampai dengan sekarang. Saya tu menulis setiap hari. Dan setiap kali saya menulis..., neuron-neuron di otak saya party hard, bikin koneksi baru, dan nge-boost kreativitas. Tapi ingat, tidak semua isi hati saya, harus di publikasikan.

Pengalaman Pribadi;
Haaii, kali ini saya mau cerita soal..., __kenapa sih saya bisa suka dunia tulis menulis? Dan awalnya gimana...???

Saya kecil berdagang pakaian setiap hari minggu. Tugas saya, menyusun dagangan, memajang, melipat, merapikan yang kusut-kusut itu, bagian saya. Memasukkan pakaian ke plastik bening, dan kalo ada yang beli dagangan ibu saya, saya yang sigap membungkuskannya pake koran. Saya masih ingat sekali, cara membungkusnya bagaimana. Dagangan yang sudah di plastikin  di taruh diatas koran yang sudah saya baca, terus digulung deh, seperti tabung. Ada juga yang minta bungkus macam orang beli bada ha-ha-ha. Katanya sih, biar ga tau sama bapak kau di rumah ibuk beli baju. Jadi baju dikira ikan badaa. Hh, lawaak. Bagai-bagai macam ragam pelanggan. Tinggal saya ikuti kemauannya apa.
 
Pelanggan itu pergi, dan saya merapikan dagangan. Melipat pakaian yang tumpukannya segunung, karena satu pelanggan kan belinya cuma satu atau dua. Tapi coba bajunya, semua ukuran dan semua warna. Haa, itulah urusan saya. Ga usah kallen pikirkan lagi xixixi. Capek tauuuk?

Mengisi kekosongan, saya membaca koran dan majalah. Ayah langganan koran Riau Pos. Mak ga hobby baca, cuma hobby lihat Tabloid Nova. Saya langganan Majalah Bobo. Seiring berjalannya waktu, beralih ke Majalah Aneka. Orang tua saya rutin, membeli koran  dan majalah itu sebenarnya untuk pembungkus barang dagangan. Karena kebiasaan baca, akhirnya saya juga hobby ngeklipping sama bikin catatan-catatan soal apa yang sudah di baca. Nah, awal mulanya dari situ. Akhirnya KS suka nulis, tapi belum untuk publik. Masih Dear Dear Diary.

Episode ini sangat relate dengan kisah KS remaja. Saya senyum-senyuum pas denger videoklip Majalah Bobo. Aduh, Majalah Bobo saya punya banyak. Diary juga banyak. Karena kebiasaan nulis. Zaman dulu kan belum ada sosial media. Jadi kalo tulisan saya tu ga sampai ke publik. Meski menulis dulu ga semudah zaman sekarang sampai ke publik, yang namanya menulis tetap aja seruu. Karena, terkadang di pikiran kita kan pasti penuh ide-ide..., penuh dengan gagasan..., penuh dengan kegelisahan..., penuh dengan kegeraman. Dengan menulis tu, semuanya tercurahkan. Semuanya akan terabadikan disituw.

Jadi saya tu semacam mengawetkan memori atau mengawetkan fenomena sosial lewat tulisan tersebut. Selain itu dengan menulis pun saya juga ngerasa saya jadi punya..., pendorong supaya tetap in touch sama hal-hal yang lagi trending pada masanya. Saya juga jadi punya pemacu supaya saya tetap ga ketinggalan pengetahuan. Updated-updated berita terkini...., di zaman itu kan cuma ada koran dan majalah.

Zaman sekarang, dikit-dikit nulis semua perasaan kat beranda. Bukan hobby nulis, cuma mau marah-marah tok di sosial media ha-ha-ha. Pokoknya asal ada kesel sedikit sama orang, buat setatus. Mungkin saja karena seramnya masyarakat di internet masa kini. Banyak yang hobi memberi komentar pedas dan menusuk tanpa memikirkan hati orang lain. Padahal ya, jauh akan lebih baik...., tulisan atau komentar yang "berbahaya" dan rentan itu, __bertahan aja di draaaf.

Ya ya ya, seperti saya kadang-kadang. Sesekali saya juga batal mengunggah tulisan, karena khawatir ada seseorang yang tidak menyukainya. Itu aja saya menulis hal-hal sebenernya ngaruh banget lho untuk kehidupan sehari-hari. Bukannya yang mau marah-marah ga jelas. Perkara menulis, saya tu antara 'si banyak mikir' dan 'si pemikir. Mungkin lebih ke perbedaan konotasi terkait kualitas hal yang dipikirkan. 'Si banyak mikir' cenderung memikirkan dan mengkhawatirkan yang tidak penting.

Saya sering ketika tulisan selesai, tinggal diposting doang padahal, __tapi kebanyakan mikirnya kayak beberapa poin di atas, gess. Lalu, saya nge-private tulisan di draf atau hanya untuk Dear Dear Diary ajah. Hh. Enggak yang overthink sama hal sepele yang bikin tulisan 'biasa aja' malah bikin kepikiran berlebihan. Kan, tidak semua isi hati saya, harus di publikasikan. Stay private, no face no case. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu untuk kita perbincangkan.  

Menulis itu memang investasi jangka panjang..., banyak banget manfaat menulis. Dan yang seperti kita tahu..., ikatlah ilmu dengan tulisan! Tulis yang baik-baik. Entah itu pengalaman pribadi, orang lain atau apapun yang sekiranya bisa menginspirasi banyak orang. Menulis juga mengasah dan melatih daya ingat kita. Seperti pun, pepatah yang bilang. Menulis juga membuat diri kita lebih di kenal. Kek gituwww. Dengan menulis saya juga ngerasa kalau, oh saya bisa memberikan kebermanfaatan ke orang lain. Jadi saya bisa ngasih semangat juga niih ke orang-orang.

Kayaknya demi produktifitas dan melatih kemahiran, harus bersikap bodo amat lebih banyak. Ehehehe. Hanya saja..., tidak semua isi hati kita, harus di publikasikan. Didraft aja ga pa-paaa. Ga semua juga kan, harus tampil. Terkadang, ada saatnya juga kita tu belajar untuk menahan diri. Tidak semua hal harus di komentari. Lihat aja, amati! Toh. Menahan diri untuk tidak mengomentari hal-hal yang bukan urusan kita itu, baik kuq. Di dunniyya  ini, emang ada hal-hal yang dirasa tidak perlu untuk kita perbincangkan.

Ohiya. Saya masih belajar koq..., untuk nulis 'bagus'. Kita sama-sama belajar. Banyak yang mikir geini ya gess dulunya, tulisan KS panjang-panjang tu dikira curhat. Hewhewhew. Bilang ajalah kau ga hobby baca, hahaha. Ga ada tulisan KS Story ya woooy yang nggak faedah. Eww, terlalu suudzon diri anda pada diri saya, wkwka. Nah, untuk hal-hal yang seperti ini, saya menyebutnya kendala atau 'kerikil'. Kadang saya bisa bodo amat juga sih. Saya akan mencoba bodo amat, jika; "tulisan saya dianggap sampah olehnya". Bak kata Tokopedia, nulis aja duluu!

Saya duga ada banyak orang yang pengembangan dirinya terhambat beberapa hari belakangan karena overthink ini. Oleh karena itu, tulisan ini saya dedikasikan untuk kamu-kamu yang merasa senasib. Hahaha, dan kadang ternyata itu cuma ketakutan kita aja. Kenyataan tidak semenyeramkan yang kita duga. Saya ga mau mikir, duh, ga di like X.
Memangnya si X itu siapa? Sepenting apa? Dia cuma manusia. Kalau sudah begitu kan berarti ada yang tidak beres. Harus segera diatasi. Kemudian saya jadi mempertanyakan diri sendiri; Kenapa dia yang jadi begini, ya? Apa yang membuat dia begini? "Bagaimana kalau si X tidak suka?", sa bodoh. Ini keresahan yang kalau dipikirkan kembali malah bikin ingin menertawakan diri sendiri.

Self talk. Dari situ muncul pula berbagai asumsi. Bisa-bisanya saya berhenti menulis karena khawatir si X tidak suka. Lagi, memangnya dia siapa? Terus, kenapa si X harus suka? Kalau tidak suka ya sudah. Hanya masalah selera kuq, dan itu tidak merugikan saya sama sekali. Menulis sesuatu yang bukan selera si X adalah hak saya. Terlebih, saya menulis di blog sendiri. Kan kasarnya, apa urusan si X? Kalau mau lebih kasar lagi, memangnya dia memikirkan saya yang mempertimbangkan seleranya? Huahaha.

Seringnya, sesuatu yang terlalu kita pikirkan ternyata tidak begitu dipikirkan oleh orang lain.  Alias useless. Capek banget, kan? Makanya, belajar bodo amat. Saya sadar betul bahwa pikiran-pikiran negatif yang ini, itu sebenarnya menghambat. Tapi kegiatan yang saya sukai tidak lantas menjadi hal yang saya takuti. Tepat. Seringnya batal upload dan berujung ngeprivate tulisan tu, karena males ribut aja. Bukan ga pede. Kadang saya sampai pindah ke platform lain dan meninggalkan sosial media FB untuk sejenak. Ubah circle. Karena berbagai pikiran hahaha.

Begitulah keresahan KS tiap membatalkan pengunggahan tulisan-tulisannya. Beberapa memang terdengar konyol. Ketawain saja, gapapa. Itulah mengapa saya bilang "bodo amat itu perlu". Beruntunglah saya yang sudah punya kemampuan untuk bodo amat. Jadi, mari belajar bodo amat!

Makin kesini. Saya juga harus lebih banyak belajar nih, bersikap untuk bodo amat. Yap, bodo amat memang perlu dipelajari dan latihan, terkhusus untuk kita yang hobby menulis. Syemangat. Kadang kita bisa bodoh amat, enggak yang pedulikan orang ngomongin apaa..., ga tau orang ngomong apa. Tapi ya tetep aja ada kan, momen-momen ketika "bodo amat" itu mendadak hilang dari kamus. Ujung-ujungnya ya draf lagi draf lagi, hahaha. Insecure.

Penulis yang bagus tulisannya aja, belakangan bilang sering insecure dengan tulisan sendiri, bagaimana dengan saya yang hanya remahan kue kering. Ini 11 12 sama keresahan saya sebelumnya, tetapi lebih ke arah respons ya. Jika tulisan dianggap sampah, artinya rendah banget. Tidak bermutu. Saya jelas pernah mengalami keresahan ini. Padahal, ini masih soal selera. Tapi sekarang, saya nulis pun bisa sekali sehari huhuhu. Selama saya tu nulis yang beneran ngaruh, pasti ada aja orang yang ambil poin penting nya. Yang penting tu, ya! Enggak bergunjing! Akan lebih baik..., saya tu membahas cerita kehidupan pribadi saja yang relate dengan hal-hal yang lagi trending atau fenomena sosial gitu. Sebagai arsip perjalanan hidup. Siapa tahu pemikiran KS bisa menginspirasi orang-orang.

Tulisan kita juga tidak akan bisa disukai semua orang. Penulis terkenal saja, yang tulisannya begitu dielu-elukan, tetap punya sekelompok orang yang kurang menyukai karyanya. Alasannya ya bisa sesepele "bukan selera saya", dan itu lumrah saja. Adalah hal yang normal jika tulisan kita bukan selera sekelompok orang, tetapi pasti ada orang yang menyukai tulisan kita. Dan ... dianggap sampah? Tidak akan. Tulisan kita, jika ditulis dengan sepenuh hati dan perjuangan, __bukanlah sampah.

Di zaman di mana kebodohan bisa viral dalam hitungan detik, menulis adalah senjata ampuh untuk melawan. Setiap artikel yang kita tulis adalah satu langkah menuju masyarakat yang lebih cerdas. Seperti kata penulis dan aktivis James Baldwin, "Not everything that is faced can be changed, but nothing can be changed until it is faced." Dengan menulis..., kita menghadapi dan menantang kebodohan.  Membuka jalan untuk perubahan. Karena Menulis Itu Senjata Ampuh Lawan Kebodohan.

Kamu mau jadi Influencer zaman now? Ah. Udah mainstream! Gimana kalau jadi influencer yang beneran memberi pengaruh positif? Menulis di platform besar bisa bikin kamu jadi thought leader, lho. Kedengerannya, keren kan? He-he-he. Kamu juga bisa jadi Influencer, tapi yang beneran ngaruh ya!

Bayangkan dunia ini sebagai game RPG. Ada monster-monster jahat bernama "Hoax", "Clickbait", dan "Berita Sampah" yang berkeliaran. Nah, kamu mungkin hero yang dipilih untuk melawan mereka. Senjatamu? Keyboard! Seperti kata mbahnya para filsuf, Socrates, "Strong minds discuss ideas, average minds discuss events, weak minds discuss people." Tapi Socrates belum tahu kalau di zaman now, weak minds juga bisa nulis dan nyebar hoax. Makanya, kita butuh strong minds yang mau turun ke arena menulis! Dunia Butuh Pahlawan Keyboard.

Saya menulis sejak kanak-kanak. Ada dua jenis tulisan saya. Tulisan untuk diri sendiri dengan kepentingan pribadi, curhat di buku harian. Dan tulisan publik untuk orang lain, berkomunikasi, berbagi informasi, atau sekedar menghibur.  

Menulis juga bisa ternyata untuk menjaga hubungan baik jangka panjang dengan segala orang. Saya sudah membuktikannya. Pernah suatu hari, saya ga tau kenapa teman saya yang awalnya akrab tiba-tiba menjadi asing. Saya mau nanya langsung juga ogah, kan gengsi...., kalo misalnya ga direspon balik. Lalu saya menulis. Rasanya sayang sekali kan, kalo jika hanya karena hal-hal sepele saja orang-orang di dunia ini bisa tidak bertegur sapa dengan kita. Itulah kenapa saya selalu ingin menulis.

Menulis adalah cara untuk menangkap, merekam, menuangkan, dan berbagi pemikiran. Konsep menulis saya seperti vaksinasi, di mana saya merekam dan merilis ide-ide saya, agar memiliki daya tahan ingatan yang kuat. Ada yang bilang, sejelek-jeleknya tulisan adalah sekuat-kuatnya ingatan.

Saya menulis setiap hari. Dan setiap kali saya menulis..., neuron-neuron di otak saya party hard, bikin koneksi baru, dan nge-boost kreativitas. Menulis itu sama kayak nge-gym, tapi buat otak! Biar otak saya makin kuat, saya harus latihan gym otak setiap hari dengan menulis. Bahkan ahli neurosains, Dr. Stanislas Dehaene, dalam bukunya "Reading in the Brain" menjelaskan bahwa menulis dan membaca secara aktif mengubah struktur otak kita. Jadi, kalau kamu mau punya otak yang six pack, kamu juga bisa mulai menulis sekarang!

Di era post-truth ini, mencari kebenaran itu kayak main game detektif level hard. Tapi dengan menulis, kita bisa jadi Sherlock Holmes-nya dunia informasi! Kita bakal belajar cara riset yang bener, cross-check fakta, dan nyajiin informasi yang akurat. Seperti kata filsuf dan penulis Umberto Eco,
"Social media gives legions of idiots the right to speak when they once only spoke at a bar after a glass of wine, without harming the community. Now they have the same right to speak as a Nobel Prize winner. It's the invasion of the idiots." Nah, dengan menulis, kita bisa melawan invasi para idiot ini!

Bosen jadi NPC (Non-Player Character) dalam game kehidupan? Menulis bisa bikin kamu jadi main character yang beneran bikin perubahan! Antropolog Margaret Mead pernah bilang, "Never doubt that a small group of thoughtful, committed citizens can change the world; indeed, it's the only thing that ever has." Nah, dengan nulis, kamu bisa jadi bagian dari kelompok kecil yang mengubah dunia itu!

Ya. Diera di mana fake news lebih cepat nyebar daripada berita asli, menulis adalah bentuk perjuangan literasi digital. Setiap artikel yang kamu tulis adalah satu langkah menuju masyarakat yang lebih melek informasi. Pakar media Marshall McLuhan pernah bilang, "The medium is the message." Nah, dengan menulis di media digital, kamu nggak cuma nyampein pesan, tapi juga ikut membentuk cara orang berinteraksi dengan informasi. Karena Kamu Bisa Jadi Pejuang Literasi Digital.
 
Jadi, gaes, itulah beberapa alasan kenapa kita harus mulai menulis di zaman edan ini. Menulis bukan cuma soal bikin artikel atau essay, tapi juga tentang membentuk pemikiran kritis, melawan kebodohan, dan jadi agen perubahan di masyarakat. Ingat, setiap kata yang kita tulis adalah batu bata yang membangun masa depan. Jadi, tunggu apa lagi? Grab that keyboard and start writing! Siapa tau, artikel kamu berikutnya bisa jadi viral dan bikin Mark Zuckerberg ketar-ketir. Who knows, right?

Dan buat yang masih ragu, inget kata-kata bijak dari penulis terkenal, Terry Pratchett: "The first draft of anything is shit." Jadi, jangan takut untuk mulai menulis, meskipun hasilnya awalnya mungkin nggak sebagus yang kamu harapkan. Yang penting mulai dulu, skill-nya bisa diasah nanti. So, are you ready to be the keyboard warrior this world needs? Yuk, mulai menulis dan tunjukkin ke dunia bahwa generasi kita nggak cuma jago bikin meme, tapi juga bisa nulis artikel yang bikin orang mikir!

Di era digital ini, saat informasi bagaikan banjir bandang dan kebenaran terkubur di balik like dan share, menulis bagaikan pelampung penyelamat untuk tetap waras dan berkontribusi bagi sesama. Emang sih. Menulis tidak lebih populer dari video joget-joget. Saya ucapkan selamat datang di era di mana TikTok lebih populer daripada buku, di mana tweet bisa mengguncang dunia, dan di mana meme adalah bahasa universal. Kita hidup di zaman edan, bro! Tapi justru di tengah kegilaan inilah kita perlu bicara tentang sesuatu yang mungkin terdengar sangat boomer : menulis di platform terkenal. Benarkah menulis di era digital tidak lebih populer ketimbang scrolling? Bukankah dengan membaca kamu mengenal dunia, dan dengan menulis kamu dikenal dunia? Yes.

Mari belajar untuk mengapresiasi diri sendiri. Karena, kalau tidak dimulai dari kita, siapa lagi? Yang membunuh pemikiran kita bukan orang lain, tapi diri sendiri, alias overthinking. Ada suatu ungkapan menarik yang saya rasa bisa kita jadikan motivasi untuk menumbuhkan rasa semangat menulis. Kurang lebih  seperti ini isi ungkapan tersebut: "Kalau kamu ingin mengenal dunia maka membacalah, tapi kalau dunia ingin mengenalmu maka menulislah".
***

#KSStory #KSMotivasi #KSGarden
#PejuangMimpi #Episode66
#Reels #Fbpro #Fyp #Vod