Kisah PNS Asyik Bertani Di Sebuah Kebun Mini Miliknya, KS Garden Kuansing Namanya. (Kebun Buah Yang Disinari Matahari, Sayuran Yang Berwarna Cerah, Mimpi Yang Dipanen, Keranjang Berlimpah, Usaha Yang Membuahkan Hasil, Akar Yang Bersemangat, Panen Manis, Dari Ladang Ke Meja Makan😅)
Pejuang Mimpi Episode 95
Learning By Doing
*Apakah kamu sering mendengar istilah Learning By Doing?*
Istilah Learning by Doing pertama kali dicetuskan oleh John Dewey. John Dewey adalah salah satu tokoh pendidikan dan filsafat pedagogik. Dewey sering memberikan beberapa pondasi penting dalam dunia pendidikan dan filsafat pedagogik dan pemikirannya selalu relevan dari dulu hingga saat ini. Bagi Dewey, pengalaman jauh lebih kaya dari pengetahuan.
Pengalaman setiap orang bersifat unik dan personal, maka dari itu semakin banyak pengalaman seseorang, semakin berkembang intelektual seseorang. Sama halnya seperti pendidikan, bagi Dewey pendidikan merupakan hasil dari akumulasi dari pengalaman-pengalaman jenjang pendidikan sebelumnya. Seseorang bisa saja memiliki jenjang pendidikan atau jabatan yang sama, namun yang membedakan antara individu satu dengan individu lainnya adalah pengalamannya.
*Lalu, apa yang kamu pahami lagi tentang istilah Learning By Doing ini?*
Mungkin yang saya pahami atas "Learning by Doing" adalah belajar sesuatu dengan cara melakukannya terlebih dahulu. Yaah, mirip-mirip seperti "Kita Bisa Karena Biasa".
Dulu, yang saya artikan sebagai "Learning by Doing" adalah ketika saya hendak belajar memasak, dan melakukan kegiatan memasak tersebut secara terus menerus dan berulang kali, for instance. By that, saya secara tidak sadar akan melakukan suatu hal lain yang disebut Trial dan Error, dan berujung pada berkurangnya kesalahan yang dilakukan setiap memasak.
But sekarang, saya menemukan perspektif yang berbeda lagi dari Istilah yang lumrah orang dengar tersebut. Bahwa, Learning by Doing bukan hanya diartikan sebagai mempelajari sesuatu sebagai subject pertama dengan melakukannya. Otherwise, being second party dalam pengertiannya juga tidak kalah menarik. Ribet? Iya. *Let's Talks About it!*
Sekarang case-nya begini. Saya sedang duduk di Coffee Shop favorit saya. Tapi salah satu tamu ada yang risih ketika Coffee Shop yang mungkin baginya sangat enak menjadi tempat untuk menyalurkan imajinasinya dan berkarya, salah satu karyawan mulai mematikan lampu. Barista memasang wajah yang kurang menyenangkan..., sedangkan tamu sedang asik dengan laptopnya. Kasir memutar lagu Sheila On 7, Berhenti berharap, dengan lirik "Aku Pulang" yang ditambah volumenya. Ha. It's just turned out to other side. Saya tentu merasakan jika saya berada di posisi waiters yang sedang menunggu satu orang yang belum kunjung pergi itu dan masih asyik dengan laptopnya. Inilah yang dalam bisnis saya sebut Learning By Doing, atau belajar membuat keputusan melalui tindakan. Something to be undestood. Misalnya, salah satu karyawan boleh kuq bilang gini; "Gaees..., karyawan kita sudah bekerja dari sore, dan mungkin ada yang dari pagi. You are not the only customer we had today. Belum tekanan dari teman-teman yang bekerja pada hari yang sama, dan monmaaf..., keluarga mereka sudah menunggunya dirumah bahkan sudah dari tadi menunggu di parkiran. Come on, we need a rest. Please!. "Egois itu manusiawi. Namun berhati besar adalah Pilihan". Yaa. This is something to be undestood. Perasaan kesal..., risih dan marah atas kejadian serupa adalah hal wajar dan manusiawi dalam dunia usaha. It's not such a big problem sebenarnya. We just need to change perspektif kita dalam melihat kondisinya.
Dunia wirausaha sejak kecil telah memberikan saya banyak pelajaran. Saya learning by doing, belajar dengan melakukan. Saya belajar tentang apa rahasia orang besar dan berpengaruh dalam menjalani hidupnya..., tentang bagaimana cara pengusaha memunculkan ide..., juga tentang bagaimana saya harus memikirkannya. Saya juga belajar mengapa orang sekitar kita sulit menerima pendapat kita dalam karier atau ide bisnis di saat kita belum sukses..., lalu belajar bagaimana cara kita menilai sebuah ide bisnis itu layak dieksekusi atau tidak? Bagaimana saya bisa mendapatkan beberapa ide bagus..., serta bagaimana saya mengetahui ide mana yang harus saya kejar duluan? Mengapa saya ingin menjadi seorang pebisnis dan kapan saya mulai memikirkannya? Apa ide rintisan saya?
Hehehe. Banyak ide bisnis di kepala saya yang ingin saya kerjakan. Ada yang sudah saya kerjakan di usia 23th..., tapi ada pula yang hanya ada di pikiran saja tidak pernah saya lakukan, karna kadang bingung sendiri dan seperti tidak ada energi untuk melakukannya, huahaaha. Entah apa sebenarnya yang terjadi, hal tersebut saya rasa wajar saja. Di kepala saya tu ada ratusan ide usaha. Tapi, hanya beberapa puluh ide saja yang sudah dapat saya kerjakan dan saya realisasikan. Terkadang ide tersebut saya bagikan pada orang lain, ya kalau ada orang yang bertanya. Apa yang terjadi? Karena orang itu punya pikiran untuk usaha itu. Orang yang punya pikiran usaha, juga belum tentu juga punya mental pengusaha. Belum tentu pula dapat merealisasikan apa yang ada di pikirannya. Kalau hanya pemikiran saja, tentu saja sangat banyak orang yang juga memilikinya. Ya kan?
*Mari kita merenung sejenak!*
Apa yang kita inginkan dalam kehidupan kita? Jika kita ingin memiliki usaha sekarang, apakah kita perlu melakukan tindakan? Jika kita ingin memiliki uang sekarang, apakah kita perlu melakukan tindakan? Jika kita ingin menulis buku atau artikel, apakah kita perlu melakukan tindakan? Jika kita ingin menjadi pebisnis yang hebat, apakah kita perlu melakukan tindakan? Jawabannya "Ya", kuncinya adalah dengan tindakan, __dimana dengan tindakan dapat membuat apa yang kita inginkan itu terjadi.
Sendainya, jika kita hanya bisa menunggu, menunggu seseorang menelepon dan menjelaskan cara membuat ini begini, tentu kita akan cepat bisa. Dan kita tidak perlu berjuang mencobanya. Menunggu bisa itu perlu waktu..., tapi menunggu waktu yang tepat untuk membuat usaha, hanya butuh satu tindakan. Apa harus menunggu kenaikkan gaji dulu atau menunggu menang undian? Mau menunggu berat badan turun dulu atau menunggu keadaan membaik, __sehingga kita baru bisa mengambil tindakan tertentu? Menunggu sesuatu terjadi itu adalah ibarat mimpi yang disengajakan. Kita bisa memulainya dengan langkah awal, dengan niat..., akan tetapi niat sebesar apapun tidak akan membawa kita ke tujuan manapun jika kita tidak mengeksekusinya dengan tindakan.
Kita mungkin berniat mencapai tujuan tertentu dalam hidup ini. Kita mungkin berniat memperbaiki hubungan, mengendalikan kemarahan, mengurangi berat badan. Namun, tanpa tindakan, toh tujuan kita hanyalah sebatas niat yang ibarat mimpi. Dengan ketika kita melakukan tindakan, maka sesuatu akan terjadi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Jangan hanya menunggu dan menunggu nasib. Diri kita sendiri lah yang dapat membuat niat, dan mimpi kita menjadi kenyataan. Kesuksesan, percintaan, uang dan kebahagiaan tidak akan menghampiri hidup kita, jika tanpa dilakukan dengan tindakan dan usaha. Dengan tindakan-lah maka niat akan keinginan akan memberikan hasil dalam kehidupan kita dalam segala hal. So, let's take an action, guys. Act now. "ACTION" , adalah sebuah kata yang dapat mengubah hidup manusia.
Brian Tracy dalam bukunya Goals menjelaskan bahwa sebagian besar orang tidak mencapai tujuan hidup mereka bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak memiliki perencanaan yang jelas. Banyak orang memiliki keinginan yang samar dan tidak pernah menuliskannya secara konkret. Tracy menegaskan, "A goal that is not in writing is merely a wish." Tanpa tujuan yang tertulis dan rencana tindakan yang rinci, orientasi hidup hanya akan menjadi angan-angan. Tracy mengajarkan pentingnya membuat peta hidup. Tuliskan apa yang ingin dicapai, tentukan langkah-langkahnya, dan ukur perkembangannya dari waktu ke waktu. Dengan cara ini, kita tidak hanya bermimpi, tetapi benar-benar bergerak secara strategis.
Kesimpulannya, mewujudkan orientasi kehidupan adalah perjalanan yang menuntut kesadaran diri, sistem yang terencana, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan.
Di sisi lain, The Laws of Human Nature karya Robert Greene mengungkap sisi psikologis mengapa kadang orang sulit bergerak menuju tujuan hidup. Greene menjelaskan bahwa manusia secara alami sangat dipengaruhi oleh dorongan sosial. Keinginan untuk diterima..., dipuji, dan tidak dicela. Inilah yang membuat banyak orang hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Mereka takut terlihat berbeda, takut gagal di mata publik, atau takut mengecewakan keluarga. Akibatnya, mereka menekan hasrat dan impian mereka sendiri, lalu menjalani hidup berdasarkan kehendak orang lain. Greene mengingatkan bahwa tanpa kesadaran diri, emosi akan mengendalikan kita. Maka, mengenali diri sendiri secara jujur adalah syarat mutlak untuk hidup autentik dan menjalani orientasi hidup yang sejati.
Selain itu, dalam buku Atomic Habits karya James Clear, dijelaskan bahwa banyak orang gagal mewujudkan orientasi hidup mereka karena terlalu fokus pada hasil yang besar dan instan. Padahal, menurut Clear, keberhasilan besar berasal dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten setiap hari. Dia menulis, "You do not rise to the level of your goals. You fall to the level of your systems". Ini berarti bahwa memiliki tujuan hidup saja tidak cukup, kita perlu menciptakan sistem atau rutinitas harian yang membantu kita bergerak ke arah tujuan tersebut. Namun, kebanyakan orang terjebak dalam pola pikir serba cepat. Ketika perubahan tidak segera terlihat, mereka merasa gagal dan menyerah. Padahal proses membentuk hidup adalah perjalanan jangka panjang, yang harus dijalani dengan sabar dan tekun.
Namun Covey menyebutkan bahwa kita perlu memulai segala sesuatu dengan pemahaman yang kuat akan tujuan akhir yang ingin kita capai. Kalimat terkenalnya, "Begin with the end in mind," mengajarkan bahwa kita harus memiliki visi yang jelas tentang siapa kita ingin menjadi dan kehidupan seperti apa yang kita inginkan. Sayangnya, banyak orang belum benar-benar mengambil waktu untuk merefleksi dan merumuskan arah hidup yang sejati. Akibatnya, langkah-langkah yang diambil terasa ragu-ragu, mudah goyah, dan tidak fokus karena tidak tahu dengan pasti ke mana sebenarnya ingin menuju.
Dalam buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, dijelaskan bahwa kesulitan dalam mewujudkan orientasi kehidupan sering kali berakar dari tidak adanya kejelasan tentang prinsip hidup yang kita pegang. Banyak orang tidak hidup berdasarkan nilai yang mereka yakini secara pribadi, tetapi hanya bereaksi terhadap keadaan di sekitar. Banyak orang gagal bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena mereka belum benar-benar tahu siapa mereka, apa yang mereka inginkan..., dan bagaimana cara mencapainya. Selain itu, tekanan sosial, pola pikir instan, dan ketidakkonsistenan dalam tindakan menjadi penghalang yang membuat kita mudah menyerah di tengah jalan. Namun, ketika seseorang mulai hidup dengan nilai yang jelas, menciptakan kebiasaan positif, tidak takut berbeda, dan memiliki rencana yang realistis, maka orientasi hidup bukan lagi sekadar mimpi, __melainkan arah yang bisa dicapai, selangkah demi selangkah.
Menjadi pribadi berprestasi ialah harapan atau impian semua orang, namun masih banyak orang sulit mewujudkannya dalam hidup. Sebagai manusia dewasa, pada dasarnya kita dituntut menjadi pribadi yang telah dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi diri dan keluarga. Manusia dewasa wajib bertanggung jawab dan bekerja sebaik-baiknya di tempat pilihan masing-masing, baik itu sebagai karyawan kantoran maupun sebagai wirausaha (membuka usaha sendiri).
Dalam hidup terdapat prinsip bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang besar juga membutuhkan keberanian dan pengorbanan yang juga besar. Mengejar mimpi secara umumnya harus menjalani suatu metode seperti membutuhkan perencanaan, aksi, dan evaluasi. Tahapan ini dapat berulang terus-menerus sampai kita mewujudkan mimpi kita dalam bentuk sempurna yang kita inginkan. Banyak orang yang sudah melakukan hal ini dengan maksimal, tetapi banyak juga yang masih gagal lalu menyerah. Di antara banyak orang itu ada juga sedikit yang tetap berupaya lagi dan tetap masih gagal. Akibatnya banyak orang yang gagal atau menyerah itu lalu pasrah dan melepaskan mimpi mereka. Mereka belum tahu bahwa sangat sedikit orang yang berhasil melalui tantangan hebat dalam mewujudkan mimpi, banyak orang lupa bahwa di atas semua proses mengejar mimpi itu juga membutuhkan suatu hal yang kuat, yang berasal dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Hal itu disebut visi.
Saya menulis visi hidup saya di usia 20-an. Saya melihat jauh diri saya di masa depan. I Have vision, adalah tentang bagaimana diri saya 5, 10, 20, hingga 30 tahun atau lebih ke depan, lalu merancang cara dan strategi, memulai dari sekarang untuk mengusahakan hal tersebut. Dengan konsep ini menjadi wajar bagi saya untuk melakukan hal yang lebih dari orang lain, karena telah memiliki motivasi besar untuk maju, saya melakukan hal terbaik bagi diri saya, keluarga, dan masa depan saya. Salah satu contoh visi saya yang baik adalah "Membuat keluarga saya bangga".
Visi setiap orang berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, bisa didikan dari orang tua..., sekolah, dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan, serta inteligensi. Namun, karena sifatnya yang abstrak, maka visi dapat dihilangkan, diubah dan dibuat baru. Visi yang baik, mendorong terwujudnya aksi nyata. Visi juga dapat ditularkan kepada orang lain dan menggerakkannya untuk bertindak. Seseorang yang memiliki visi hidup yang besar, dapat membuat lingkungan dan komunitasnya menjadi lebih kuat dan produktif. Memiliki visi besar penting bagi seorang saya, walaupun dapat juga bermanfaat secara positif bagi seorang yang kantoran, baik untuk jabatan pimpinan maupun bawahan.
Faktanya, orang, seperti saya, sangat menyukai untuk melakukan perencanaan sehingga itu menjadi kebiasaan. Ada perasaan yang sangat baik yang saya dapatkan dengan "memikirkan mengenai masa depan yang cerah". Atau setidaknya saya sudah terbiasa begitu. Saya bisa mendapatkan inspirasi dari organisasi, dimana itu merupakan sebuah wadah bagi banyak orang untuk meyakinkan diri mereka bahwa perencanaan jangka panjang adalah sebuah hal yang baik.
Mari mengambil analogi disini, dari pelajaran yang saya sukai, Fisika. Ambil sekotak partikel gas, dan kita dapat melihat bahwa banyak partikel yang bergerak cepat dengan arah yang berbeda dan jalur yang berbeda. Namun kotaknya tidak bergerak. Kehidupan setiap individu layaknya partikel gas, bergerak cepat, tidak terduga, tidak pasti. Kehidupan organisasi adalah seperti box, bergerak lambat, dapat diprediksi, dan pasti. Pelajaran yang dapat kita ambil dari sini adalah, perencanaan akan berguna saat terdapat kepastian. Dengan kenyataan bahwa kita pada dasarnya tidak mengetahui kemana kehidupan akan membawa kita, semakin jauh kita merencanakan, semakin berguna hal tersebut. Manusia yang bijak, memahami hal ini dan hadir dengan konsep "kebiasaan".
Kebiasaan tidak dapat benar-benar memberitahu saya kemana saya akan pergi, tapi kebiasaan memberitahu saya apa yang harus saya lakukan. Langkah terbaik untuk menemukan keberhasilan jangka panjang dan kebahagiaan adalah dengan mengidentifikasi (semacam) kepribadian jangka panjang dan kebiasaan dan nilai-nilai yang akan membuat saya menjadi orang tersebut. Ingin menjadi penulis? Saya biasakan membaca, menulis dan berpikir secara terstruktur. Ingin menjadi pebisnis? Saya biasakan berpikir, bertemu orang-orang hebat, dan menganalisa bisnis mereka. Tidak ada perencanaan disini. Yang ada hanya kebiasaan dan nilai-nilai yang dapat diikuti setiap saat. Kemudian saya harus mulai untuk menemukan posisi yang tepat untuk mengambil kesempatan yang dapat meningkatkan semangat saya. Saya harus berpikir terbuka untuk mengambil jalan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Eksekutor yang baik hampir selalu memiliki kebiasaan yang baik.
Proses menjalani dan mewujudkan suatu visi identik dengan istilah "keluar dari zona nyaman". Proses ini selalu tidak mudah karena memerlukan tekad dan niat yang kuat, usaha yang lebih, serta doa yang terus-menerus. Meninggalkan kebiasaan atau gaya hidup lama selalu sulit, contohnya bila seseorang yang ingin berpindah dari karyawan menjadi wirausahawan. Namun, menjalankan kebiasaan baru yang baik dapat dimulai sejak dini dan dengan bekerja lebih keras terhadap suatu tugas untuk melewati batas kemampuan pribadi.
Seseorang yang telah memiliki visi hidup, ia tahu persis tujuan dari sesuatu. Ia akan bisa memaknai hidup, ia teguh, dan ia tidak mudah bergeser. Visi membuat seseorang tetap pada jalur yang benar serta memberi alasan kenapa ia bangun setiap harinya bahkan ia siap mati demi hal tersebut. Hal ini juga karena dirinya telah memahami dan mengerti nilai dari sesuatu sehingga tidak mudah putus asa. Saking pentingnya, visi hidup juga bisa menggambarkan kehidupan seseorang. Visi juga harus mencerminkan kehidupan terbaik, hal ini berarti apa pun yang menjadi visi kita tidak hanya bermanfaat untuk kita sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita.
Didunia ini, terdapat dua tipe orang berdasarkan persepsinya dalam menghadapi masalah, yaitu: risk taker dan calculated risk taker. Risk taker ialah orang yang kurang berpikir panjang saat menghadapi masalah. Risk taker juga umumnya orang yang tidak hidup dalam perjuangan untuk masa depan. Mereka banyak membuang kesempatan. Sementara calculated risk taker ialah seorang yang selalu berupaya mengurangi risiko dan mendapatkan peluang yang sebesar-besarnya dari setiap masalah yang dihadapi. Calculated risk taker ialah seseorang yang mempertimbangkan saran dan selalu bertanya, "Bagaimana mendapatkan cara yang lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik dari apa yang telah direncanakan".
*Kamu tipe yang mana?*
Saya memilih sikap menginspirasi diri sendiri (self-inspired). Suatu sikap yang juga berkaitan dengan motivasi (motivation), komitmen (high commitment), dan kerja keras untuk peningkatan performa (high performance). Inspirasi adalah sesuatu yang penting bagi saya karena untuk mendatangkan berbagai peluang baik. Ketidakpastian diluar zona nyaman ialah suatu hal yang identik dengan kehidupan saya. Untuk dapat bertahan dan melewatinya dengan sukses, saya menginspirasi diri guna menggerakkan diri sendiri dari keadaan bosan menjadi berhasrat, dari diam menjadi aktif, dari kurang bersemangat menjadi antusias. Sebagai seorang yang ingin sukses, menginspirasi diri harus saya lakukan setiap saat dan dimana saja. Terdapat 2 cara untuk menginspirasi diri sendiri ala KS, yaitu: dengan selalu berfokus pada hasil positif dan menghilangkan rintangan.
"Vision without execution is daydream, execution without vision is nightmare". Ini peribahasa Jepang yang menekankan pentingnya keseimbangan antara visi (ide, tujuan) dan eksekusi (tindakan, implementasi) dalam mencapai hasil. Visi tanpa tindakan hanya akan menjadi mimpi kosong, sementara tindakan tanpa visi akan menghasilkan kekacauan atau kegagalan. Vision without execution is daydream (Visi tanpa eksekusi adalah lamunan). Ini berarti memiliki ide atau tujuan yang hebat tanpa upaya untuk mewujudkannya hanya akan menjadi angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Seseorang mungkin memiliki visi besar untuk masa depan, tetapi jika tidak ada rencana konkret dan tindakan untuk mencapainya, visi tersebut tidak akan pernah terwujud. Execution without vision is nightmare (Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk). Ini berarti melakukan tindakan tanpa tujuan atau rencana yang jelas hanya akan menghasilkan kekacauan dan kegagalan. Tanpa visi, tindakan-tindakan yang dilakukan mungkin tidak terarah, tidak efektif, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hasilnya bisa menjadi situasi yang tidak terkendali dan merugikan. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa untuk mencapai kesuksesan, baik dalam skala individu maupun organisasi, diperlukan kombinasi antara visi yang kuat dan kemampuan untuk mengeksekusinya dengan baik. Visi memberikan arah dan tujuan, sedangkan eksekusi memberikan cara untuk mewujudkan visi tersebut menjadi kenyataan.
Gaees,
Hidup ini random. Saya sendiri sangat menyadari kalau saya dulu adalah orang dengan idealisme garis keras. Dan karena itu juga, saya jadi banyak menderita karena idealisme saya sendiri xixixi. Sekarang, saya masih mencoba menggeser mindset saya untuk tidak terlalu bersikap perfeksionis lagi dalam setiap aspek. Sampai saya membaca bukunya mark manson yang subtle art of not giving a f*ck yang isinya relevan banget dengan kondisi saya yang lagi masa transisi dari idealis menjadi lebih realis. Disitu banyak fakta-fakta yang juga saya alami soal mindset yang salah, atau pribadi yang bertumbuh dan berkembang.
Hhhmm. Saya tidak boleh terlalu idealis lagi dalam hidup ini. Karena mimpi tidak seindah realita. Banyak hal yang menekan dan akhirnya mengaburkan dan menguburkan cita-cita saya. Tidak jarang, orang-orang di sekitar bahkan orang terdekat terasa menghalangi, mematahkan, menjauhi, bahkan merendahkan. Ada yang mengkritik untuk menjatuhkan..., dan menghukum atas sesuatu yang saya perjuangkan itu. Namun, kalau saya sudah berkomitmen terhadap sesuatu, tidak ada salahnya menjadi idealis untuk hal ini asal tahan terhadap keadaan dan halangan apapun. Selagi yang dicita-citakan itu adalah hal yang positif. "Kalo kita harus nunggu jago dulu, terus baru mulai. Biasanya cuma jadi wacana, kapan mulainya? Mendingan langsung aja..., gas dulu! Tapi nanti, kita perbaiki hal-hal yang kurang!". Abaikan apa kata orang. Artinya apa? Eksekusi lebih penting daripada ide dalam dunia bisnis.
Jadi. Ini tidak akan bercerita tentang menemukan ide yang bagus, tapi ini tentang eksekusi lebih penting daripada ide itu sendiri. Saya benar-benar membutuhkan keduanya, tetapi yang lebih penting, saya pertama-tama membutuhkan kesadaran diri. Seperti halnya bagaimana saya melihat arti dari "Learning by Doing" dari sisi lainnya. "Learning by doing" atau belajar melalui tindakan adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung. Ini adalah cara terbaik saya untuk belajar, karena teori tanpa praktik akan terasa hampa. Dengan terjun langsung, saya akan mengalami berbagai tantangan, membuat kesalahan, dan pada akhirnya, meraih pemahaman yang lebih mendalam. Jangan takut salah, karena setiap kesalahan adalah pelajaran berharga!
Mobil balap tidak ada gunanya tanpa bahan bakar, dan bahan bakar tidak ada gunanya tanpa mobil balap, __ jika tujuannya adalah mencapai garis akhir. Bahan bakar itu eksekusinya, sedangkan mobil balap itu idenya. Bila saya hanya punya bahan bakar (kerja keras/eksekusi), saya akan menghabiskan banyak waktu dan bahkan mungkin uang untuk mengejar hal-hal yang tidak penting. Kalau saya hanya punya mobil balap (ide), saya hanya akan duduk di garis start dan tidak akan pernah maju. Yang benar-benar saya butuhkan sebelum saya fokus pada ide atau eksekusi adalah kesadaran diri yang ekstrem. Ide apa yang paling tepat untuk saya jalankan? Eksekusi apa yang paling tepat untuk saya lakukan? Saya mulai lagi berpikir tentang masalah apa lagi yang tepat untuk saya pecahkan. Terus saja gitu. Dan terus. Hingga jadi kebiasaan saya tu, gas aja dulu....! Segala sesuatu yang lain akan berjalan sebagaimana mestinya, __learning by doing!
Merealisasikan ide gagasan dari dalam pikiran berarti mewujudkan suatu gambaran daripada imajinasi. Berimajinasi dengan mewujudkan imajinasi tersebut tentu memiliki tingkat kesukaran yang berbeda dan juga effort yang berbeda pula. Mewujudkan imajinasi tentu jauh lebih susah, sehingga tidak mewujudkan ide dari dalam pikiran adalah konsekuensi dari ketidaksiapan seseorang untuk sesuatu yang lebih berat.
Banyak orang yang menganggap memulai sebuah bisnis itu beresiko. Memang iya. Saya rasa ngga ada satu pun orang yang berbisnis berpikir bahwa bisnis adalah tanpa resiko. Resiko adalah keseharian, teman pengiring tiap ada ide bisnis yang ditelurkan. Bahkan untuk bisnis berbasis data pun, dimana usaha memenuhi barang/jasa tertentu yang sudah pasti diminati orang bukanlah tanpa resiko. Sebagai gambaran, misal, saya dulu jual beras yang notabene adalah makanan pokok orang Indonesia, dengan harga paling murah dan tanpa pesaing, apakah masih tanpa resiko? Ternyata masih, masih ada faktor-faktor resiko lain seperti berapa lama beras itu bisa disimpan, dan sebagainya.
Sehingga banyak orang tidak memulai bisnis.
Karena menunggu sempurna dulu baru mau memulai dengan mindset perfeksionis. Yang kadang sebenarnya adalah takut gagal yang dibalut dengan kata" yang keren, wkwkka. Seperti kutipan Denny Santoso "Done Is Better than Perfect", walaupun ada satu titik kita memang harus Done & Perfect. Lalu mindset yang normalnya adalah tidak punya modal..., tidak punya skill..., tidak punya koneksi dll. Jika kamu masih memiliki mindset tersebut, jika boleh saya kasih saran. Upgrade kapasitas diri terlebih dahulu dengan membaca buku self-development..., seminar..., workshop..., bergaul dengan orang yang sudah pengalaman dibidang tersebut, dll.
Terkadang..., kamu hanya lambat aja kuq menyadari seberapa besar potensi yang terdapat pada dirimu. Kamu hanya tidak mau bermimpi aja atau tidak memiliki visi besar karena sudah pesimis duluan terhadap mimpi yang kamu idamkan terlalu muluk, sulit digapai, atau sulit untuk diwujudkan. Lalu kamu membandingkan hidup kamu dengan orang lain. Padahal ya, orang lain belum tentu lebih bahagia dari kamu atau bahkan ya, orang lain kan juga belum tentu lebih pahit dari kamu. Karenanya, kamu tidak boleh ragu atau khawatir lagi saat berada di posisi diuji jatuh atau ketidakpastian diluar zona nyaman, karena kamu harus yakin bahwa rencana Tuhan selalu terbaik bagi hidup kita. That's it!
Seringkali juga kan? Kita mendengar bahwa kunci sukses terletak pada inovasi dan ide brilian. Namun, pandangan ini sering kali menyesatkan. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Harvard Business Review, Andy Molinsky menyoroti sebuah realitas yang mungkin kurang diperhatikan. Kesuksesan kewirausahaan sebenarnya lebih ditentukan oleh kemampuan untuk mengeksekusi ide daripada sekadar memiliki ide itu sendiri.
Dawna Boone, pemilik Valet Maids, menegaskan bahwa "sering kali, memiliki ide atau konsep yang hebat dipuji, namun eksekusi adalah yang terpenting dalam bisnis dan kewirausahaan." Kenyataan ini menggambarkan perjalanan seorang pengusaha yang menghadapi tantangan besar, di mana kreativitas harus diimbangi dengan ketekunan dan disiplin dalam pelaksanaannya. Mengapa banyak ide yang tampak menjanjikan akhirnya gagal di lapangan? Jawabannya terletak pada eksekusi. Banyak pengusaha muda terjebak dalam siklus pemikiran tentang ide-ide besar, tanpa mengambil langkah konkret untuk mewujudkannya. Eksekusi adalah kunci.
Dalam ekosistem bisnis, ide hanyalah titik awal. Mereka muncul sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi pasar, namun tanpa strategi yang jelas dan tindakan yang terencana, ide tersebut hanya akan menjadi spekulasi belaka. Atau cuma jadi wacana. Boone menekankan bahwa eksekusi bukan hanya tentang melakukan sesuatu, tetapi tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dengan baik. Ini termasuk merencanakan, mengelola sumber daya, membangun tim, dan beradaptasi dengan umpan balik yang diterima.
Pernah ada yang menyatakan, bahwa 42% dari semua perusahaan rintisan gagal karena idenya kurang sesuai pasar. Jadi, memiliki ide saja sudah lebih dari separuh perjalanan... Tapi itu saja tidak cukup. Bahkan pengusaha papan atas pun terkadang punya ide-ide bodoh. Atau lebih seringnya. Mampu mengenali ide yang gagal sejak dini adalah hal yang penting. Gagal dengan cepat karena tidak pandai dalam eksekusi bisa jadi kritis. Tetap waspada terhadap peluang untuk mengubah ide dan menyesuaikan diri dengan pasar dapat membantu kita tetap bertahan.
Memvalidasi gagasan sejak awal (sebelum terlambat) dapat menghemat biaya investasi waktu dan sumber daya yang besar. Jadi, ini adalah perpaduan yang bagus. Jika saya harus bertaruh pada salah satu, saya akan memilih berusaha yang baik setiap saat. Ide hebat dengan kepemimpinan yang buruk kemungkinan besar akan gagal. Dan pemimpinnya tidak akan cocok untuk usaha apa pun. Statistik adalah ide yang buruk bagi pendiri yang gesit, cerdas, dan progresif. Terjun ke usaha yang tepat bisa jadi sangat sukses.
Dalam proses eksekusi, seorang wirausaha juga harus siap untuk menghadapi ketidakpastian. Sebuah ide yang brilian bisa saja tidak diterima dengan baik oleh pasar, atau mungkin ada hambatan yang tidak terduga yang muncul di sepanjang jalan. Di sinilah mentalitas seorang pemimpin diuji. Keberanian untuk terus maju, beradaptasi, dan melakukan perbaikan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Berkaca pada berbagai perusahaan besar, kita sering kali melihat bahwa banyak dari mereka tidak hanya berawal dari satu ide, melainkan dari eksekusi yang luar biasa dari berbagai ide. Contohnya, Apple dan Tesla, dua perusahaan yang dikenal karena inovasi mereka, telah berhasil karena eksekusi produk dan strategi bisnis mereka yang sangat baik. Mereka terus menerus berinovasi dan beradaptasi, tidak hanya pada produk yang mereka tawarkan, tetapi juga pada cara mereka menjual dan mendistribusikannya.
Namun, tidak semua pengusaha memiliki keberuntungan seperti itu. Banyak yang terjebak dalam perangkap ide-ide yang tidak terwujud.
Dalam pandangan Boone, penting bagi pengusaha untuk memahami bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari menemukan ide yang sempurna, tetapi juga dari tindakan yang tepat dalam mewujudkan ide tersebut. Ini berarti merangkul kegagalan sebagai bagian dari proses, belajar dari kesalahan, dan terus berusaha hingga berhasil. Di dunia yang serba cepat ini, kemampuan untuk beradaptasi menjadi salah satu aset terpenting bagi seorang pengusaha. Lingkungan bisnis yang selalu berubah menuntut para pemimpin untuk tidak hanya memiliki visi, tetapi juga keterampilan eksekusi yang mumpuni. Ini mencakup pemahaman tentang pasar, tren, dan perilaku konsumen, serta kemampuan untuk memanfaatkan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan.
Melihat ke depan, bagi para calon pengusaha, penting untuk diingat bahwa ide yang hebat adalah titik awal, tetapi tanpa eksekusi yang baik, semua itu tidak ada artinya. Dawna Boone mengingatkan kita untuk fokus pada langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk membawa ide-ide kita ke kehidupan nyata. Memastikan bahwa kita memiliki rencana yang solid dan tim yang berdedikasi adalah kunci untuk membuka potensi kesuksesan.
Saat kita mengakhiri pembicaraan ini, mari kita ingat bahwa dalam dunia kewirausahaan, ide hanyalah separuh dari perjalanan. Eksekusi adalah jembatan yang menghubungkan ide dengan realitas, dan bagi mereka yang berani mengambil langkah tersebut, dunia terbuka untuk kemungkinan yang tak terbatas. Menjadi pengusaha yang sukses bukan hanya tentang memiliki ide brilian, tetapi juga tentang kemampuan untuk melaksanakan ide tersebut dengan baik. Itulah yang sesungguhnya membedakan antara pengusaha yang sukses dan yang gagal.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak terduga dan lanskap bisnis yang terus berubah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk berfokus pada eksekusi. Dalam setiap langkah, kita diingatkan bahwa keberhasilan sejati datang bukan dari ide yang kita miliki, tetapi dari seberapa baik kita dapat merealisasikan ide-ide tersebut menjadi sesuatu yang nyata dan bermanfaat bagi dunia. Kita dilahirkan di dunia untuk menjadi pemenang, tapi untuk menjadi pemenang kita juga harus bersiap untuk menang, berencana untuk menang, dan berharap untuk menang.
Hidup kita kedepan, ditentukan dari pemikiran kita saat ini. Bagaimana kita menjalani hidup saat ini, menentukan bagaimana hidup kita pada 5, 10, 20 tahun kedepan, __dan kita tentunya ingin agar hidup kita atau keluarga kita merasakan hidup yang lebih baik, sukses, sehat, dan berkecukupan. Maka selalulah berusaha yang terbaik dalam hidup, __Beyond Expectation!
#KSStory