Di malam sunyi kutulis namamu perlahan,
Seperti angin menyentuh tanah yang kehausan.
Aku memujamu dalam diam yang panjang,
Walau ku tahu, takdir tak memberi ruang.
Engkau wanita surga yang kutatap dari kejauhan,
Cahaya halus dari dunia yang tak bisa kusentuh.
Cintaku hanya bayang yang terbawa angin,
Tak mungkin menetap dalam pelukan nasibmu.
Seperti tanah menatap awan di langit tinggi,
Tak pernah bisa bersatu walau selalu rindu.
Ada jarak yang ditulis Tuhan sebelum aku lahir,
Dan aku hanya bisa mencintaimu dalam lagu bisu.
Engkau berkata lembut dengan doa yang suci,
"Semoga engkau mendapat surga impianmu."
Aku mengangguk, walau hatiku runtuh,
Karena kau tahu jalan hidupmu bukan menuju aku.
Abahmu telah memilihkan takdirmu sendiri,
Budaya orang-orang agung yang tak bisa kutandingi.
Aku hanya lelaki kecil yang memandang langit,
Meminta izin pada Tuhan untuk melepasmu tanpa benci.
Di antara rasa pasrah dan luka yang diam,
Aku titipkan namamu pada doa-doa panjang.
Bukan untuk memiliki, hanya untuk merestui,
Agar langkahmu selalu dijaga cahaya yang tenang.
Kini kututup buku cinta yang tak pernah terbaca,
Kutulis akhirnya dengan tinta air mata.
Andai dunia tak mengizinkan kita bersatu,
Biarlah surga kelak menjadi tempat kutemu dirimu.