Bunda... engkau berdiri di depan umat
Membacakan ayat, menyalakan semangat
Setiap kata darimu
Adalah siraman jiwa bagi hati yang penat
Di hadapan Muslimat yang mencarimu
Engkau tampak seperti cahaya tak padam
Namun aku tahu, di balik senyum itu
Ada luka yang kau kunci dalam diam
Bunda... sering kulihat engkau menunduk
Saat semua jamaah telah pulang
Air matamu jatuh perlahan
Seolah takut terdengar oleh malam
Bukan karena kau takut kekurangan
Bukan karena kau takut lapar
Namun karena empat anak yatimmu
Harus kuat melawan hidup yang getir dan sabar
Kau bisikkan namanya Allah...
Di sela-sela napasmu yang berat
Kau pasrahkan segalanya pada takdir-Nya
Meski pundakmu hampir tak kuat
Oh Bunda... pemimpin bagi hati yang gersang
Cahaya bagi jiwa yang meradang
Di depan umat engkau tampak tegar
Namun hatimu sering pecah di balik tabir
Engkau berdiri... meski ingin rebah
Engkau tersenyum... meski luka menampakkan darah
Oh Bunda... wanita mulia
Yang memimpin, saat jiwanya sendiri nyaris tak berdaya
Bunda... dunia merenggut suamimu
Begitu cepat, begitu sunyi
Tinggallah kau bersama empat yatim
Yang harus kau lindungi sendiri
Pagi kau mengajar doa dan ayat
Malam kau menangis tanpa suara
Namun tak ada seorang pun mendengar
Kecuali Tuhan dan ribuan bintang yang beku di udara
Bunda... aku melihatmu jatuh
Tetapi hanya sebentar, hanya di tempat sepi
Karena esok, kau kembali berdiri
Menjadi pemimpin yang dicari-cari
Engkau ajar kami tawakal
Padahal engkau sendiri sering goyah
Engkau ajar kami sabar
Padahal hatimu teriris oleh banyak masalah
Kau pendam segala perih
Agar kami tidak patah hati
Kau sembunyikan segala retak
Agar umat tetap menemukan cahaya dari diri
